dakwatuna.com – Kairo. Pemerintah kudeta di Mesir, Senin (11/5/2015) kemarin, menyatakan bahwa menteri hukum, Mahfouz Saber, telah mengajukan pengunduran dirinya. Sementara itu, perdana menteri, Ibrahim Mahlab, menemuinya pagi hari ini sebelum resmi mundur.
Pernyataan mundur ini dilakukan Saber sehari setelah dirinya mengeluarkan pernyataan kontroversial dalam sebuah wawancara televisi. Dirinya mengatakan bahwa anak tukang kebersihan tidak mungkin bisa menjadi seorang hakim.
Keterangan pemerintah juga menyebutkan bahwa pengunduran Saber sebagai sebuah penghormatan terhadap opini publik. Karena banyaknya kecaman di media sosial. Dirinya memohon maaf atas kesalahan yang menurutnya hanyalah keseleo lidah saja. Dirinya juga menekankan bahwa seluruh elemen masyarakat di Mesir mempunyai kehormatan, bahkan jasa para pekerja sangat besar.
Sementara itu, sejarawan sekaligus pengamat politik di Mesir, Mohamed Gwady, berkomentar bahwa mundurnya Saber bukti pentingnya media sosial. Gwady menampik pendapat bahwa media sosial tidak berpengaruh dalam menggulingkan penguasa kudeta di Mesir. Gwady menyatakan, “Semoga kalian yakin bahwa tweet kalian bisa menurun menteri-menteri, menakut-nakuti para pengkhianat, dan membakar penguasa yang mengaku-aku berhak memerintah. Semoga Allah Taala memberkati semua jemari yang mentweet dan meretweet.” (msa/dakwatuna/akhbaar24.argaam)
Sumber: Akhbar24
Redaktur: M Sofwan
Beri Nilai: