Topic
Home / Berita / Opini / Pasca UN, Kemaksiatan Merajalela

Pasca UN, Kemaksiatan Merajalela

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Tawuran, salah satu potret buram dunia pendidikan
Tawuran, salah satu potret buram dunia pendidikan

dakwatuna.com – Baru-baru ini siswa-siswi setaraf SMU se-Indonesia selesai menjalani Ujian Nasional (UN) untuk menentukan kelulusan mereka. Banyak di antara mereka yang berniat unrtuk langsung bekerja dan sudah merasa lega dengan berlalunya masa UN, di sisi lain banyak pula yang masih harus berjuang untuk dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Namun saat ini kita dapati bahwa tidak sedikit pula remaja yang justru merayakan momen berlalunya masa UN dengan perbuatan maksiat. Heboh di media-media tentang ditemukannya 10 pasangan mesum yang terpergok Satpol PP Kabupaten Kendal saat berduaan di dalam kamar hotel yang berada di kawasan wisata Pantai Muara Kencan Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Mayoritas dari mereka adalah pelajar yang berdalih mencari hiburan usai menjalani Ujian Nasional. Kepala Satpol PP Kabupaten Kendal, Toni Ari Wibowo mengatakan belasan remaja yang kepergok mesum itu ternyata sebagian besar masih duduk di kelas XII SMA dan baru saja mengikuti UN. “Ada yang kelas tiga SMA, mereka baru selesai Ujian Nasional,” kata Toni kepada wartawan (Kamis, 16/4/2015). Dari pengakuan siswa SMA yang terjaring razia tersebut, mereka berdalih refreshing setelah menjalani UN. Bahkan yang mencengangkan, salah satu pasangan remaja itu mengaku sudah sering berhubungan intim di hotel. Namun sejauh ini, yang dilakukan oleh petugas Satpol PP hanyalah sekadar pembinaan dan peringatan yang jika remaja-remaja tersebut terjaring kembali maka mereka terancam tindak pidana ringan. “Orang tua mereka kami beri pengertian. Diharapkan orang tua bisa mengawasi anak-anaknya lebih ketat. Jika diulangi lagi bisa dipidanakan,” terang tandasnya. Kejadian lain sehabis UN di Kendal, lain pula di Purwakarta, Jawa Barat. Pasca UN para siswa justru terlibat langsung dalam tawuran di Jalan Baru Purwakarta (Selasa, 14/4/2015). Karena ulah tersebut sejumlah siswa akhirnya diamankan polisi.

Sungguh mengherankan, pasca UN sekarang tidak lagi sekadar coret-coret baju dan konvoi kendaraan yang sejatinya adalah perbuatan yang tidak bermanfaat. Lebih jauh lagi, kini momen tersebut berkembang menjadi momen untuk zina masal, telanjang di tengah jalan, tawuran dan perbuatan maksiat lainnya. Apakah generasi muda semacam ini yang diharapkan untuk membangun bangsa?

Kemaksiatan yang semakin merajalela bahkan di kalangan remaja semacam ini menjadi cerminan lingkungan yang bobrok, dimana orang tua tidak lagi mampu untuk menjadi benteng dan penyaring bagi anak-anaknya dan sistem pendidikan yang ada hanyalah sistem yang hanya mengedepankan materi semata. Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana lalainya kebanyakan orang tua dalam mengawasi anak-anaknya. Para orang tua kini terlalu sibuk dengan urusan duniawi, seperti pekerjaan dan karir, yang membuat para orang tua tersebut tidak mampu membina anak-anak mereka dengan pendidikan Islam yang cukup. Ditambah lagi dengan pihak sekolah yang mayoritas hanya peduli pada perkembangan anak dari sisi akademis tanpa adanya pembangunan karakter dan kesadaran akan kewajibannya menuntut ilmu karena Allah SWT. Maka bukanlah hal yang mengherankan jika generasi muda yang terbentuk pun tidak akan jauh dari gaya hidup hedonis. Karena sistem pendidikan yang hanya bertujuan untuk memenuhi target nilai dan kelulusan semacam inilah yang menciptakan remaja-remaja yang hanya berorientasi nilai. Sehingga setelah selesai ujian yang mereka anggap ujian tersebut menentukan kelulusan, mereka merasa bebas sebebas-bebasnya untuk berbuat sekalipun itu adalah perbuatan maksiat. Inilah buah dari sistem kapitalis-hedonis yang menyuburkan liberalisasi dan lebih mengutamakan nilai akademis sebagai standar keberhasilan para pelajar, yang sesungguhnya telah gagal melahirkan output bermoral dan berkepribadian.

Islam sendiri sebagai ad-din yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk dalam aspek pendidikan, membangun sistem pendidikan yang tidak hanya mengutamakan pelajaran sains dan teknologi tetapi siswa juga pola pembinaan yang mampu membangun generasi muda ber-syakhsiyah Islam (kepribadian) dan ber-nafsiyah (pola sikap). Di mana sistem pendidikan semacam ini didukung penuh oleh lingkungan masyarakat yang bercirikan Islam. Penguasa pun bertanggung jawab terhadap filterisasi media yang beredar di masyarakat, sehingga dapat dipastikan tidak adanya pornografi dan pornoaksi yang bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan sistem semacam ini yang secara penuh memberikan perlindungan bagi generasi muda dari pemikiran-pemikiran kafir Barat yang rusak, maka adalah hal yang wajar jika hanya Islam-lah yang mampu memuliakan umat manusia. Oleh karena itu, sudah saatnya kita dengan bangga menyuarakan agar diterapkannya aturan Islam secara kaffah sebagai satu-satunya solusi untuk dapat membentuk generasi muda cerdas dan berkualitas.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Pelajar, SMAIT INSANTAMA.

Lihat Juga

Lenyapnya Keimanan

Figure
Organization