Topic
Home / Berita / Opini / Perlukah Lesson Study di Sekolah Kita?

Perlukah Lesson Study di Sekolah Kita?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (ydsf.org)
Ilustrasi. (ydsf.org)

dakwatuna.com – Merujuk pada UU No. 20/2003 pasal I (1), pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan hal di atas ada 3 kata kunci yang harus ditelaah secara serius dan mendalam. Ketiga kata kunci tersebut adalah usaha sadar-terencana, suasana belajar-pembelajaran dan mengembangkan potensi diri siswa.

Usaha sadar-terencana menyiratkan makna perlunya desain atau rancangan yang sistematis sebelum proses-proses pendidikan itu berlangsung. Suasana belajar-pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses pembiasaan dan latihan yang dilakukan secara kontiniu agar dapat melatih aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketika usaha sadar-terencana dilakukan secara optimal ditambah adanya keberlangsungan suasana belajar-pembelajar yang bernafaskan edukasi maka potensi diri siswa akan berkembang dengan sendirinya. Oleh sebab itu, pemeran utama dari kesemua proses ini adalah guru dan siswa dalam interaksi pedagogis ini.

“Guru, tokoh utama perubahan dunia pendidikan. Sehebat apapun kurikulum, semegah apapun gedung sekolah, secanggih apapun inovasi pendidikan, tanpa hadirnya sosok guru profesional non berkarakter, sumber daya manusia, seperti apa yang akan dihasilkan?” (Asep Sapa’at :Stop Menjadi Guru! Jika tidak : 2012).

Dari paragraf di atas, lantas munculah sebuah pertanyaan yang layak untuk dipertanyakan kepada diri Anda, apakah Anda adalah guru yang hebat? Apakah cara mengajar Anda sangatlah fantastis sehingga dapat menyihir siswa Anda hanya dengan mengayunkan tongkat? Maka dari itu marilah kita membenahi diri kita agar mewujudkan perubahan pada dunia pendidikan dengan berkomitmen mewujudkan generasi yang cerdas intelektual, spiritual dan dapat menginspirasi dunia.

Demi mewujudkan itu semua, diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pelbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas tersebut, salah satunya dengan mengadakan pelatihan bagi para guru. Pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 Pasal 2 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan. Para gurupun berlomba-lomba demi mendapatkan tunjangan yang cukup lumayan besar melebihi gaji pokoknya yang telah dijanjikan.

Namun , fakta di lapangan cukup mengejutkan. Ada 13.000 sertifikat palsu dari peserta sertifikasi yang dimanfaatkan sebagai persyaratan dalam mengikuti tes sertifikasi. Ironis sekali, ketika menemukan beberapa oknum yang berbuat nekad seperti itu. Bahkan integritasnya pun tergadaikan hanya untuk mendapatkan tunjangan yang dapat menjamin hidupnya di dunia. Sebahagian besar lagi memandang program sertifikasi sebagai program peningkatan kesejahteraan guru semata. WaAllahu’alam.

Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan disadarkan pada lembah kebenaran penuh cahaya keberkahan.

Di sisi lain, hal serupa dengan pernh diungkapkan oleh Mantan Ditjen PMPTK Depdiknas, Prof. DR. Fasli Jalal, Ph. D. Beliau berkata bahwa keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas, hampir semua bangsa di dunia ini selalu mendorong keberadaan guru yang berkualitas (Asep Sapa’at:Stop Menjadi Guru! Jika tidak:2012:73).

Guru dituntut untuk bisa menghadirkan pembelajaran yang berkualitas. Namun, pada kenyataannya sulit menemukan seorang guru yang seperti itu. Kendati demikian bukan berarti semua guru di dunia ini tak mau melakukan perubahan, ada sebahagian yang mencoba untuk melakukan hal tersebut. Salah satunya dengan mengadakan Lesson Study. Hal ini merupakan langkah awal yang ditempuh agar dapat meningkatkan kualitas mengajar seorang guru.

Lesson Study didefinisikan sebagai belajar bersama dari suatu pembelajaran yang dilakukan baik pada pembelajaran oleh dirinya sendiri maupun pembelajaran orang lain, mulai dari persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran tersebut.

Lesson study bertujuan untuk :

  • Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
  • Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan, dan urutan materi dalam kurikulum
  • Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa
  • Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berfikir dan belajar siswa

Beberapa tahapan dalam Lesson Study, antara lain :

1).       Merencanakan pembelajaran (Design lesson), yang selanjutnya disebut Plan,

2).        Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini disebut Do,

3).        Melaksanakan refleksi dan diskusi bersama pengamat. Kegiatan ini disebut See

Di salah satu SD di Pandeglang-Banten, yaitu SDN Sindangresmi 2 yang terletak di Kampung Lebak Gedong Desa Sindangresmi Kecamatan Sindangresmi Kabupaten Pandeglang tempat saya ditugaskan saya mengadakan Lesson Study. Ketika itu saya membawakan mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dengan materi Musik Ansambel, submaterinya Musik Ansambel gabungan. Sebelum melaksanakannya, terlebih dahulu kita harus merencanakan tentang kegiatan lesson study ini. Bersama para guru, saya merencanakan kegiatan ini mulai dari guru modelnya, RPP yang akan dipakai, serta media dan alat peraga yang akan digunakan. Harus sesuai dengan content materi yang akan disampaikan.

Antusiasme para guru mengikuti program yang dicanangkan oleh Sekolah Guru Indonesia pada saya sebagai Relawan di penempatan membuat semangat mengajar mereka berkobar bak api yang disirami dengan bahan bakar. Melihat metode yang saya gunakan berbeda dari yang biasanya disertai media yang dapat menunjang pembelajaran yang atractive di kelas membuat kelas saya semakin ricuh layaknya kegaduhan yang terjadi dalam sebuah rumah tangga. Begitulah ketika saya mengajar, terjadi pembelajaran yang penuh kegembiraa. Gelak tawa menghancurkan suasana yang saat itu tie’ies (Bahasa Sunda:dingin). Hanya saja, setelah kegiatan do (pelaksanaan) selesai, ada refleksi sebagai bahan evaluasi yang harus dilakukan guna memperoleh saran dan kritikan apabila pada kegiatan Lesson Study yang sudah dilaksanakan tadinya dapat menjadi tolak ukur perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan ini di lain waktu.

Semoga dengan adanya kegiatan Lesson Study, diharapkan guru-guru dapat merubah cara mengajar yang old method (Baca: konvensional dan ceramah) dengan pembelajaran yang lebih menyenangkan. Sehingga dapat menciptakan suasana kelas seperti surga bagi para peserta didik.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa. Penempatan Kab. Pandeglang-Banten.

Lihat Juga

Program Polisi Pi Ajar Sekolah, Pengabdian Polisi Jadi Guru SD dan TK

Figure
Organization