Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Presentasi dan Umpan Balik

Presentasi dan Umpan Balik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Kita hidup di lingkungan dan di era yang semakin tidak apresiatif dan semakin tidak ekspresif. Ekspresi yang tidak definitif ini semakin kerap dipertunjukkan dengan cara yang tidak merasa ada yang salah dari sikap itu. ‘Bagaimana agendamu, nak?’ tanya seorang ayah pada anaknya. Dan jawabannya adalah ‘Yaa gitu dech.. Kasi tahu gak ya..’. Ini cuma sekadar contoh. Tetapi –dari dialog semacam itu- sudah sudah cukup tersampaikan adanya kesan tidak adanya keinginan yang kuat untuk berkomunikasi dengan baik. Perpaduan antara ketidakmauan atau keengganan berkomunikasi dengan baik dengan miskinnya keterampilan berkomunikasi menjadikan sikap tidak apresiatif dan sikap yang miskin ekspresi menjadi hal yang mudah dilihat di era ini dan terus berlangsung seperti tidak ada hal yang salah.

Dengan mengatasnamakan sikap praktis, tidak mau berbasa-basi, modern, independen, dan pandangan praktis, membuat banyak orang berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang miskin ekspresi dan miskin apresiasi.

Ekspresi dan apresiasi yang tersisa menjadi sesuatu yang banyak berhubungan dengan karir, uang, proyek, jabatan, atau perhatian publik. Bukan tidak ada sama sekali ekspresi dan apresiasi publik. Bahkan sebagian dari yang ada itu bisa sangat besar dan sangat seremonial. Lounching anu, peringatan ini, tagar itu, seratus tahun anu, program ini, dan semacamnya. Tetapi dari yang ada itu kebanyakan berhubungan dengan karir, uang, proyek, jabatan, atau perhatian public yang luas. Tanpa memiliki hubungan dengan hal-hal semacam itu, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang miskin apresiasi dan miskin ekspresi.

Yang segera terancam dalam situasi semacam itu adalah hubungan dalam keluarga yaitu hubungan antara suami dengan istrinya, hubungan orang tua dan anaknya, dan hubungan dalam keluarga besar. Karena hubungan dalam keluarga tidak memiliki hubungan langsung dan instan dengan karir, uang, proyek, jabatan, atau perhatian public yang luas.

Salah satu yang menjadi perhatian saya dalam mendidik anak-anak adalah mendidik soal kerja sama. Saya tumbuhkan iklim kerja sama di antara anak-anak dan kerja sama anak-anak dengan kami. Jika ada jadwal puasa sunnah, kami mengkomunikasikan hal itu lalu saling membangunkan di waktu sahur. Ketika ada musim ujian, kami berkomunikasi lalu bekerjasama untuk beberapa hal terkait rencana belajar dan jadwal mereka. Jika ada yang membutuhkan sesuatu, kami berkomunikasi lalu saya menciptakan iklim kerja sama. Saya menyengaja menciptakan iklim kerja sama, situasi saling mendukung,dan situasi saling mendoakan.

Ada beberapa hal yang kami biasakan untuk menciptakan iklim kerja sama itu. Tetapi tulisan kali ini hanya akan tentang bagian awal dan bagian akhirnya saja. Presentasi di bagian awal dan umpan balik di bagian akhir.

Presentasi dan Umpan Balik

Hal pertama adalah presentasi. Saya membiasakan dan memberi contoh presentasi yang memuat unsur penyampaian masalah dengan baik,jelas, jujur, berintegritas, dewasa, dan diakhiri dengan permintaan yang definitif. Saya mengkritik presentasi mereka jika terdapat hal yang kabur, jika kurang jujur, jika mengandung gangguan integritas, jika tendensius, jika agak memaksa dan tidak menghargai pihak lain, serta jika dilakukan dengan malu-malu untuk meminta bantuan. Saya membiasakan dan mencontohkan presentasi yang jelas, jujur, berintegritas, dan diakhiri dengan permintaan dukungan atau bantuan yang definitif.

‘Aku lagi banyak tugas praktikum dan membuat laporan nih’, misalnya anak saya menulis itu di Grup WhatsApp keluarga. Saya akan menanyakan apa maksud dari tulisan semacam itu. ‘Kamu ingin kami membangunkanmu, nak? Kamu ingin dibangunkan jam berapa?’ Setelah itu saya bertanya mengapa sampai tugas kuliah jadi menumpuk, mengapa harus sampai lembur, apa yang sudah dilakukan, dan menyadarkan bahwa dia sedang membutuhkan bantuan orang lain serta meminta saudaranya atau ibunya membangunkannya sesuai permintaan. Saya juga berkomitmen untuk membangunkannya sesuai permintaan. Saya menumbuhkan iklim presentasi yang memuat unsur penyampaian masalah dengan baik, jelas, jujur, berintegritas, dewasa, dan diakhiri dengan permintaan yang definitif.

Permintaan bantuan yang definitif adalah bagian penting yang saya biasakan dan saya ajarkan pada anak-anak dan istri saya. Permintaan yang definitif ini adalah pengait penting dengan bagian akhir dari pelajaran pada topik ini nanti.

Dan di bagian akhir, saya mengajarkan dan membiasakan adanya umpan balik. Saya membiasakan dan menuntut adanya umpan balik. Bentuk dari umpan balik tersebut bisa berupa ucapan terima kasih, doa, hadiah, atau ucapan apresiatif. Saya tidak membiasakan sikap sluman-slumun. Saya tidak membiarkan sebuah kerja sama yang tidak diakhiri dengan hal-hal semacam laporan, apresiasi, doa, hadiah, atau ucapan-ucapan apresiatif. Saya tidak membiasakan kerja sama dan interaksi yang berakhir begitu saja tanpa apresiasi atau umpan balik.

Bagi saya, bagian akhir ini bukan ‘caper’ atau sikap gila puja-puji. Mencari umpan balik dari paket yang dikirim itu bukan ‘caper’ dan sikap gila puja-puji. ‘Bagaimana? Paket sudah sampai? Cocok? Warnanya kamu suka?’. Hal yang semacam dengan redaksi-redaksi itu, bukan cerminan dari sikap ‘caper’ atau wakil dari sikap gila puja-puji. Mencari umpan balik dari sebuah saran, resep, formula, know how, atau masukan tertentu yang sudah diberikan sebelumnya itu bukan cerminan dari sikap ‘caper’ dan wakil dari sikap sikap gila puja-puji. ‘Cocok nggak resepku? Bagaimana pengaruhnya? Jadi lebih sehat?’, dan redaksi-redaksi yang semacam dengan redaksi tersebut. Redaksi tersebut dan redaksi yang semacam dengan itu, bukan cerminan dari sikap gila puja-puji. Ini bagian dari penutup sebuah kerja sama yang biasa disebut dengan umpan balik.

Saya tidak mendidik anak-anak dengan sebuah kerja sama yang diawali dengan ketidakjelasan dan ditutup dengan ketidakjelasan. Harus ada sikap yang definitif di awal dan ditutup dengan hal yang definitif pula di bagian akhir dari sebuah kerja sama. Bagi saya, bagian awal dan bagian akhir dari sebuah kerja sama semacam yang saya biasakan dan saya ajarkan di atas adalah bagian dari akhlaqul karimah.

Penutup

Bukan tugas kita untuk menuntut orang lain memahami apa yang kita pikirkan, apa yang kita inginkan, dan apa yang kita mau. Tugas kita adalah memberi ekspresi yang jelas dan menampakkan akhlaqul karimah pada orang lain. Maka saya memberi kritik jika anak-anak tidak membuat presentasi yang relatif kokoh, jelas, dan jujur. Saya juga mengkritik ketika anak-anak tidak memberi apresiasi atas kinerja orang lain yang sudah membantunya, termasuk kinerja saudaranya dan kinerja orang tuanya. (usb/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Manajemen Pelayanan Publik

Figure
Organization