Topic
Home / Narasi Islam / Resensi Buku / Parcel Mini La Tansa

Parcel Mini La Tansa

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Cover buku "Parcel Mini La Tansa".
Cover buku “Parcel Mini La Tansa”.

Judul: Parcel Mini La Tansa
Penulis: Nurul F Huda
Editor: Dian Yasmina Fajri
Penerbit: Gema Insani Press
Cetakan: I, Juni 2004
Tebal: 234 halaman
ISBN: 979-561894-6

 

Keberhasilan: Keseimbangan Antara Keinginan dan Kesungguhan Usaha

dakwatuna.com – Parcel Mini La Tansa merupakan serial novel kedua Nurul F Huda. Lulusan Sastra Arab UGM ini pernah menjabat sebagai Ketua Umum Forum Lingkar Pena Batam. Di usianya yang hampir menginjak kepala empat, ibu dua orang anak ini telah melahirkan banyak karya dari kumpulan cerpen Biarkan Aku Memulai, serial novel komik Double Ef Team 1 dan 2 hingga beberapa karya yang termuat dalam Antologi Suatu Petang di Kafe Kuningan yang disusun bersama Tim FLP se-nusantara.

Novel Mbak Nurul kali ini sebenarnya serial dari novel Kafe Gaul 1: La Tansa Male Café. Bedanya dengan serial yang pertama adalah masalah yang disajikan lebih kompleks. Namun tetap disajikan dengan bahasa dakwah dan guyonan ringan ala Mbak Nurul. Uniknya, novel mungil ini menyajikan cerita tentang permasalahan remaja laki-laki yang natural dari sudut pandang Mbak Nurul, seorang perempuan.

Serial Kafe Gaul 2 ini masih tetap bersama dengan lima cowok yang mendirikan kafe sebagai sebuah jalan untuk berdakwah. Fely pentolan grup nasyid, Hari komikus ulung, Adjie sang fotografer, Jimmy calon dokter hewan, dan Arief sang ustadz. Mbak Nurul meracik karakter mereka dengan sangat pas dengan alur cerita yang seru, rame dan lucu. Kini mereka bejualan parcel untul kejar setoran. Di tengah gigihnya usaha mengejar uang balik modal, ada gosip bahwa kafe merka adalah kafe gay! Memang kafe yang didirikan khusus cowok saja yang boleh masuk. Wah, benar tidak ya gosip itu??!

Jadi, cerita dimulai saat Kafe La Tansa yang modal awal dari ayah Adjie belum juga terpenuhi. Para cowok keren ini mulai berpikir jalan keluar untuk segera mengembalikan modal dan tercetuslah ide parcel mini karena sebentar lagi akan menyambut bulan puasa Ramadhan. Ada kalanya parcel itu habis, ada kalanya pula parcel itu tak sampai pada alamat tujuan.

Di tengah bisnis baru mereka, Fely si vokalis nasyid selalu mendapat kiriman parcel dengan pengirim Black Tiger. Usut punya usut, si Black Tiger ini memang sering nongkrong di kafe La Tansa. Setelah terbongkar identitas si pengirim, Tiger dan Fely kian akrab ngobrol segala macam hal. Hingga pada akhirnya semua anak La Tansa kecuali Fely tahu bahwa Tiger adalah mantan gay. Sebelum terlambat mereka segera menuju ke tempat Fely. Dan ternyata Fely hampir saja dinodai oleh Tiger ketika mereka tiba disana. Entah bagaimana, gossip La Tansa sebagai kafe gay mulai santer terdengar. Panas hati dan telinga tentu saja. Sarana dakwah yang mereka bangun dianggap sebagai sarana maksiat. Setelah berdiskusi antar pengurus La Tansa hingga menemui seorang ustadz, mereka sepakat untuk tetap melanjutkan usaha ini dan kembali meluruskan niat.

Adjie, sang fotografer itu berniat untuk mengadakan pameran hasil jepretannya. Ingin fokus dahulu pada bidang yang ditekuninya itu ternyata menciptakan sedikit ketegangan diantara mereka. Hari sebagai leader merasa itu akan sedikit mengganggu keberlangsungan La Tansa, Arief sendiri merasa bahwa Hari terlalu banyak mengatur ini itu untuk urusan La Tansa. Adjie tetap berusaha meyakinkan Hari dan mencoba mengingatkan Hari pada komitmen awal bahwa La Tansa tidak akan mengganggu aktivitas pengembangan diri masing-masing. Setelah melalui perbincangan yang agak panas akhirnya hal itu disetujui Hari. Adjie pun menawarkan Hari untuk meletakkan pula beberapa hasil goresan tangannya untuk dipajang di pamerannya nanti. Tentu saja Hari setuju dan sangat senang.

Tanpa diduga oleh siapapun, karya Hari lah yang mendapat perhatian dari penerbit komik. Hari diberikan tawaran untuk ke Jakarta. Setelah berdiskusi panjang dengan anggota La Tansa, dengan berat hati Hari meninggalkan mereka dan leader kini di tangan Arief. Senang bukan kepalang Arief karena ia sudah jenuh diatur ini itu oleh Hari. Setelah kepergian Hari, di bawah kepemimpinan Arief manajemen La Tansa menjadi longgar, tidak seketat zaman Hari. Alhasil, tiap anggota lebih sibuk mengurusi dunianya masing-masing. Jimmy sibuk belajar, Fely dengan nasyidnya dan Adjie dengan kameranya. Kini Arief baru merasakan kehilangan sosok Hari. Jauh di Jakarta sana, Hari terus memikirkan La Tansa, seakan sudah menjadi darah dalam dirinya. Hari pun memutuskan pulang ke Jogja.

Hari disambut antusias anggota lain termasuk Arief. Leader pun kembali pada Hari. Mereka memulai introspeksi diri dan memperbaiki niat untuk apa mereka ada di La Tansa. Sembari membangun semangat itu dari awal lagi, mereka mulai terbesit pikiran tentang menikah. Ada yang setuju menikah muda ada pula yang tidak. Hingga mulai membahas satu per satu masalah percintaan mereka di masa lampau yang cukup membuat masing-masing pendengar menganga tak percaya.

Tak terasa bulan puasa Ramadhan telah tiba dan mereka mengadakan rapat sepanjang malam untuk membahas strategi usaha kafe mereka. Akhirnya disepakati mereka akan berjualan keliling dengan tenaga memasak dari Fely dan bibi si Adjie. Semua berjalan dengan lancar meski terkadang keluhan itu datang dari mulut mereka. Lebaran pun tiba, masing-masing pulang ke kampung halaman. Setelah berlebaran di rumah masing-masing mereka memutuskan untuk refreshing dan mengatur ulang strategi dakwah mereka di La Tansa.

Hal yang menarik dari serial ini adalah ide-ide yang selalu ada untuk menciptakan masalah-masalah remaja mulai pacaran, menikah, part time bahkan gay. Cerita ini pun menunjukkan bagaimana ide-ide gila para remaja itu menjadi sebuah realita dengan usaha bukan sekadar wacana. Begitupun karakter fely yang manja, hari yang top leader, adjie dengan sikap coolnya, jimmy yang pintar tingkat dewa dan arief yang sering berceramah dihadirkan begitu hidup dan nyata di setiap tindakan mereka. Hanya saja memang alur yang sedikit melompat-lompat dari cerita satu ke cerita lain membuat kita harus sedikit berpikir bagaimana cara menghubungkannya.

Dengan semua kelebihan dan kekurangan yang ada, serial novel ini layak dan menarik untuk dibaca oleh semua remaja tak hanya pria ataupun kader dakwah. Karena dengan membaca ini kita justru menjadi tahu bagaimana kehidupan para remaja perkuliahan yang sesungguhnya. Alangkah lebih baik juga apabila para remaja laki-laki dan para kader dakwah turut menjadi yang terdepan mempelopori untuk membaca serial ini. Penutup dari semua ini adalah sebuah kutipan dari buku Mbak Nurul yang satu ini, “ Kegagalan bisa disebabkan oleh satu kelemahan manusia, yaitu tidak adanya keseimbangan antara keinginan dan kesungguhan dalam menyempurnakan ikhtiar

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi FK UGM 2013, Santri PPSDMS NURUL FIKRI REGIONAL 3 YOGYAKARTA.

Lihat Juga

Salimah Siap Gelar Silaturahim Koperasi dan UKM Nasional

Figure
Organization