Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Wahid, Tauhid, Satu Jua

Wahid, Tauhid, Satu Jua

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Mendengar kata tauhid, sudah tentu kita bisa mentafsirkannya ke berbagai macam arti. Tauhid memang diidentifikasikan dengan banyak macam makna. Ada yang bilang artinya satu sama dengan wahid, dan dikonotasikan dengan tauhid. Bagaimana menurut teman teman? Apalagi dengan derasnya globalisasi, tauhid bahkan sudah memiliki banyak pengertian dari banyak ulama. Pengen tahu apakah sebenarnya arti di balik kata Satu? Apakah makna di balik frase Wahid? Nah muncul pertanyaan kan?

Kita sebagai manusia diharuskan belajar mengenai sesuatu hal. Apapun yang kita lakukan baik itu berdagang, belajar, bekerja haruslah tahu bagaimana prosedurnya dan bagaimana mekanisme yang harus dilakukan sampai yang dilarang untuk dilakukan. kita semua belajar agar tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak untuk dilakukan. “Mulianya sebuah ilmu bergantung pada mulianya sesuatu ilmu tersebut.” Semisal diri kita sebagai civitas akademika di sebuah fakultas kedokteran belajar mengenai anatomi, ataupun pelajaran lain. Apabila pelajaran anatomi susah dan terlihat lebih bergengsi, maka otomatis kita akan mempelajarinya dengan saksama, daripada pelajaran yang mungkin lebih mudah lainnya. Kita akan lebih terlihat paling menonjol apabila kita menguasai ilmu yang bergengsi tersebut.

Sama dengan Ilmu Mulia yang kali ini akan dibahas, bahwa Ilmu Tauhid adalah termasuk ilmu yang amat mulia karena ilmu ini mempelajari tentang zat yang paling mulia yaitu tentang Allah Azza Wa Jala. Sebaiknya apabila kita belajar sesuatu kita harus segera mencatatnya karena manusia tempatnya luput dan lupa, “Ikatlah Ilmu dengan mencatatnya.”

Dalam mempelajari Tauhid, ada dua pertanyaan besar yang menunggu kita. Yang pertama apa sebenarnya arti Tauhid dan apa saja klasifikasi dari Tauhid. Pada zaman Rasullulah saw tidak ada yang membahas apakah makna tauhid, apakah klasifikasi tauhid karena pada zaman Rasul, para Sahabat tidak terlalu banyak bertanya mengenai titah Rasul. Selama dipinta oleh Rasul, Para Sahabat langsung mengerjakannya. Tauhid akan membuat sesuatu hal menjadi satu, Tauhid juga bisa dimaknai dengan mengikhlaskan ibadah kta hanya kepada Allah swt. Banyak contoh yang dipaparkan ustad Amrullah, misalnya ada orang yang meyakini bahwa ada makhluk lain selain Allah yang dapat mengatur alam semesta. Sungguh celakalah orang itu karena dosa tidak bertauhid kepada Allah adalah dosa yang amat pedih dan akan kebal di neraka selama-lamanya. Maka sebelum itu terjadi lekatkanlah nama nama Allah dan sifat sifat Allah disetiap sekelumit doa yang kita panjatkan selepas shalat fardu. Kita harus memiliki keyakinan akan kuasa Allah sebagai sang Pencipta.

Namun, para Ulama melihat beberapa ulasan mengenai perilaku Rasul apabila dalam pengerjaannya Rasul mengerjakannya dan itu terlihat di Alquran wajib, maka hukumnya wajib. Kalau Rasulullah mengerjakan suatu hal namun boleh tidak dilakukan, sesuai kata Rasul, maka artinya Sunnah. Ada juga haram dan Makruh dimana Rasul pernah melakukannya walau pernah juga dilarang. Maka dari itu Tauhid dibagi menjadi 3 pokok besar, antara lain :

  1. Tauhid Rububiyyah

Yaitu mengesakan Allah dalam penciptaan, kepemilikan dan pengaturan.

Ustad Amrullah memberikan contoh tentang seorang Firaun yang congkak dan angkuh. Firaun amatlah menentang kalimat Tauhid. Ia dengan sombongnya mengaku sebagai Tuhan.

Di dalam Alquran juga dikisahkan Ada Raja Namrud, raja yang mengaku bisa menghidupkan dan mematikan manusia dengan memberikan hukuman mati dan bebas hukuman. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kemudian mengatakan, “Sesungguhnya Allah yang menerbitkan matahari dari Timur maka terbitkanlah dari Barat!” Ketika itu diamlah si thaaghut ini dan tidak bisa menjawab apa-apa. Dengan kisah ini, kita dapat ambil kesimpulan bahwa manusia dengan segala keterbatasannya harus memahami bahwa kita adalah makhluk kecil nan lemah.

Untuk arti Tauhid Rububiyyah, Yang dimaksud mengesakan Allah dalam penciptaan adalah seseorang meyakini bahwasannya tidak ada pencipta kecuali Allah. Ini sudah merupakan fitrah manusia.

Adapun yang dimaksud dengan mengesakan kekuasaan dan kepemilikan adalah meyakini bahwa tidak ada yang menguasai dan memiliki seluruh makhluk yang terdapat dilangit maupun dibumi kecuali Allah. Hal ini Allah nyatakan dalam firmannya:

Sedangkan yang dimaksud mengesakan Allah dalam pengaturan adalah yaitu seseorang meyakini bahwasannya tidak ada yang mengatur kecuali Allah semata.

Tidak ada yang mengingkari tauhid Rububiyyah kecuali Fir’aun,Namrud dan kaum komunis.Orang yang mengingkari tauhid Rububiyyah terhitung sebagai kafir mulhid (atheis).

  1. Tauhid Uluhiyyah

Tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam peribadatan kepada-Nya. Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah.

Kebanyakan manusia pada umumnya mengingkari dan menentang tauhid ini. Maka demi mengembalikan tauhid inilah Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya kepada mereka.

Orang-orang yang mengingkari tauhid jenis ini adalah kaum musyrikin di masa lalu dan para penyembah kubur di masa sekarang.

  1. Tauhid Asma’ was Sifat

Tauhid Asma’ was Sifat adalah memurnikan nama-nama dan sifat-sifat-Nya bagi Allah.

Maka barangsiapa tidak menetapkan atau menolak apa yang Allah tetapkan bagi diri-Nya, maka dia seorang mu’aththil (orang yang menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah). Dan tindakannya ini serupa dengan Fir’aun. Dan barangsiapa menetapkannya namun disertai dengan penyerupaan, maka dia menyerupai kaum musyrikin yang menyekutukan Allah. Dan seorang muwahhid (orang yang bertauhid) adalah yang menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk-Nya.

Untuk itu, demi menjada aqidah yang telah kita pegang teguh selama ini agar tak mudah tergerus oleh kerasnya hantaman globalisadi dan modernisasi oleh dunia Barat, hendaknya kit kita senantiasa mengingat kembali dasar aqidah kita, mengenalnya dan melakukannya dengan penuh pemahaman, Tauhid.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi FK UGM 2013, Santri PPSDMS NURUL FIKRI REGIONAL 3 YOGYAKARTA.

Lihat Juga

Pernyataan Sikap PP Pemuda PUI Tentang Insiden Pembakaran Bendera Tauhid di Garut

Figure
Organization