Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mengabdi adalah Seni

Mengabdi adalah Seni

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(Sunali Agus Eko Purnomo)
(Sunali Agus Eko Purnomo)

dakwatuna.com – Ironi pendidikan saat ini, di sekolah hanya diajarkan pada aspek pengejaran prestasi melalui indikator nilai dan adanya suatu pengkastaan suatu mata ajar yaitu dari mipa, matematika, bahasa, baru ketrampilan dan pendidikan jasmani, bahkan kalau bisa ketrampilan dan pendidikan jasmani ini dihilangkan sekalian.

Akibatnya tertanam padanya yang penting pintar dan sehat serta terampil itu tidak penting. Saat ini pula mereka lebih suka terkungkung dengan mengerjakan PR (pekerjaan rumah) setiap hari, hingga ia jarang bergaul dengan teman-temannya. Serta tertanam di benak mereka, kalau belajar ya di kelas dan yang bisa mengajar hanyalah seorang guru. Di samping itu saat ini kurikulum pendidikan pun lebih cenderung untuk membuat anak mengikutinya bukan kurikulum mengikuti bakat, minat dan yang diinginkan oleh murid.

Oleh karena itu saya ikut bergabung dengan “Kelas Matahari” yang memegang tagline “Berani Bermimpi Untuk Negeri”. Visi ini didukung oleh misi-misi yang dijalankan di Kelas Matahari melalui program-programnya seperti “KiPed” yaitu Kartu Pedia yang berisi mimpi-mimpi dari anak didik, dan yang menjadi target dari komunitas kami adalah anak-anak sekolah dasar yang menjadi penentu akan perkembangan anak di masa yang akan datang. Lalu ada “Jala Seru” yang merupakan Jalan-Jalan Seru, yang dilakukan ke tempat-tempat sejarah seperti museum, makam pahlawan, kunjungan ke kebun binatang, dan tempat-tempat edukasi lainnya. Kelas Matahari ini mempunyai suatu sistem yang dapat membedakannya dengan komunitas lain yaitu disetiap kegiatan yang dilakukan pasti ada suatu dongeng yang dibawakan oleh pengajar dari kelas matahari yang pada umumnya lebih berisi tentang pendidikan moral, akhlak dan tata karma, tapi juga tetap mengajarkan mata pelajaran sehingga tak sedikit dari mereka yang mampu menjuarai berbagai macam lomba yang diadakan baik antar sekolah, kecamatan hingga kabupaten. Selain mempunyai prestasi yang tinggi, mereka punya sesuatu yang beda dari yang lain yaitu moral dan kepribadiannya terbentuk menjadi baik hingga akhirnya nanti mampu membawa manfaat bagi perkembangan anak tersebut di masa yang akan datang.

Tak ada satu pun alasan selain untuk mengabdi, karena mengajar bukan hanya memerlukan pengorbanan tapi juga merupakan kehormatan, begitulah Anies Baswedan mengatakan. Berikut idealisme yang selalu tertanam dalam hati bahwa, “Kami tidak mengharapkan sesuatupun dari manusia, tidak mengharap harta benda atau imbalan lainnya, tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terimakasih, tapi yang kami harap adalah tebentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Allah Pencipta Alam Semesta.”

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa S1 Biolodi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Kadept. Syiar JIMM FST UNAIR dan Peserta PPSDMS Nurul Fikri angkatan VII Regional 4 Surabaya.

Lihat Juga

Tradisi Ilmu dan Pendidikan antara Islam dan Barat

Figure
Organization