Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Lima Cara Jitu Mengambil Hati Anak Didik

Lima Cara Jitu Mengambil Hati Anak Didik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (wordpress.com/winterwing)
Ilustrasi (wordpress.com/winterwing)

dakwatuna.com – Dalam mendidik dan mengajar, seorang guru harus mampu menarik perhatian anak didik dan mengambil hatinya sehingga mereka merasa senang dan semangat dalam belajar serta betah berlama-lama bersama gurunya. Melakukan hal ini tidaklah mudah, perlu ada strategi dan cara jitu yang dapat dilakukan guru.

Mendidik dan mengajar sama halnya dengan berdagang atau berjualan. Untuk menjalani aktivitas bisnis ini diperlukan selling skill atau keterampilan menjual . Betapa hebatnya kualitas sebuah produk, apabila penjualnya atau salesmannya tidak dibekali dengan selling skill maka produknya tidak akan terjual. Dengan selling skill seorang penjual, mampu menyakinkan konsumen untuk membeli produknya dengan senang hati sekalipun harganya mahal.

Demikian juga halnya dengan seorang guru, dirinya juga berperan sebagai seorang penjual yang menjual produk berupa pelajaran pada anak didiknya. Produk ini memiliki mutu dan kualitas tinggi karena berisikan kebaikan yang sangat berguna bagi kehidupan anak didik. Apabila guru tidak mempunyai keterampilan mengajar maka pelajarannya akan sulit terjual dan diminati anak didiknya sebagai konsumen dalam proses pembelajaran.

Makanya, seorang guru harus memiliki selling skill sebagai cara jitu baginya untuk menarik perhatian dan mengambil hati anak didiknya. Secara tekhnis, guru harus dibekali dengan metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga tatap muka yang dilakukan penuh warna dan gaya. Secara non teknis, guru harus memiliki performen atau penampilan yang memikat dan mempesona anak didiknya.

Ada 5 cara jitu dan strategi ampuh dalam mengambil hati anak didik dalam belajar yang lebih dikenal dengan istilah 5 S.

Pertama, senyum. Dalam mengajar dan berkomunikasi dengan anak didik guru harus mampu menghiasi bibirnya dengan senyuman dan memperindah tampilannya dengan wajah yang berseri. Guru yang mengajar dengan senyuman manis dan raut wajah yang indah akan memberikan kekuatan luar biasa dalam mengambil hati anak didik. Mereka sangat suka kepada guru yang suka senyum dan tidak suka cemberut. Makanya guru harus berusaha melatih dirinya agar mudah tersenyum dan menjauhi cemberut apalagi marah-marah dalam melaksanakan tugas mulia ini.

Kedua, salam. Guru harus sering menyebarkan salam pada anak didiknya. Salam guru adalah ungkapan keselamatan seorang guru pada anak didiknya. Dengan mengungkapkan salam berarti guru telah mendoakan anak didiknya agar mendapatkan keselamatan dari Allah. Dalam Islam, kita diperintahkan untuk saling mendoakan agar selamat dunia dan akhirat, cara yang mudah untuk mendoakan orang lain dengan cara menebarkan salam. Guru yang mudah menebarkan salam dan mendoakan anak didiknya tentu akan menjalin ikatan batin antara dirinya dengan anak didik.

Ketiga, Sapa. Guru juga hendaknya suka menyapa anak didiknya. Dengan demikian anak didik merasa dihargai dan dimuliakan oleh gurunya. Guru yang suka menyapa dan menanyakan keadaan anak didik akan memberikan pengaruh besar pada anak didiknya bahwa dirinya merasa diperhatikan oleh gurunya. Makanya, guru harus banyak menyapa dan jangan berharap terlebih dahulu disapa oleh anak didiknya.

Keempat, sopan santun. Guru hendaknya juga berlaku sopan santun sebagai bentuk keteladanan nyata bagi anak didik. Guru yang bersikap sopan dan berkata santun akan lebih disukai anak didik dari pada sebaliknya. Apabila gurunya sudah berlaku sopan santun maka dengan sendirinya anak didiknya juga akan berlaku sopan santun sebagaimana guru kepada dirinya.

Kelima, sabar. Sikap sabar sangat dibutuhkan guru dalam melaksanakan tugas yang amat berat ini. Guru harus bersabar dalam mendidik dan membimbing anak didik karena yang dihadapi guru adalah makhluk hidup dengan beragam sikap dan karakternya. Guru yang sabar menghadapi anak didik maka akan mudah kakinya melangkah dalam mengantarkan anak meraih prestasi.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Batusangkar tanggal 28 September 1967. SD sampai SMA di Batusangkar dan menamatkan S1 pada Fakultas Tarbiyah IAIN �Imam Bonjol� Batusangkar. Tamat April 1993 dan kemudian mengajar di MTSN Batusangkar sebagai tenaga honorer. Tahun 1992-2005 aktif mengelola kegiatan Pendidikan dan Dakwah Islam di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dakwah Islam Wihdatul Ummah. Tahun 1995 bersama aktivis dakwah lainnya, mendirikan TK Qurrata A�yun , tahun 2005 mendirikan SDIT dan PAUD. Semenjak tahun 1998 diangkat sebagai guru PNS dan mengajar di SMAN 2 Batusangkar sampai sekarang. Tahun 2012 mendirikan LSM Anak Nagari Cendekia yang bergerak di bidang dakwah sekolah dan pelajar diamanahkan sebagai ketua LSM. Di samping itu sebagai distributor buku Islami dengan nama usaha � Baitul Ilmi�. Sejak pertengahan Desember 2012 penulis berkecimpung dalam dunia penulisan dan dua buku sudah diterbitkan oleh Hakim Publishing Bandung dengan judul: "Daya Pikat Guru: Menjadi Guru yang Dicinta Sepanjang Masa� dan �Belajar itu Asyik lho! Agar Belajar Selezat Coklat�. Kini tengah menyelesaikan buku ketiga �Guru Sang Idola: Guru Idola dari Masa ke Masa�. Di samping itu penulis juga menulis artikel yang telah dimuat oleh Koran lokal seperti Padang Ekspress, Koran Singgalang dan Haluan. Nama istri: Riswati guru SDIT Qurrata A�yun Batusangkar. Anak 1 putra dan 2 putri, yang pertama Muthi�ah Qurrata Aini (kelas 2 SMPIT Insan Cendekia Payakumbuh), kedua Ridwan Zuhdi Ramadhan (kelas V SDIT ) dan Aisyah Luthfiah Izzati (kelas IV SDIT). Alamat rumah Luak Sarunai Malana Batusangkar Sumbar.

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization