Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bagasilaleona, Permainan Anak Negeri Badak

Bagasilaleona, Permainan Anak Negeri Badak

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Nurhasanah)
Ilustrasi. (Nurhasanah)

dakwatuna.com – Sudah hampir dua pernama aku berada di penempatan. Aku adalah Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa yang ditugaskan di SDN Sindangresmi 02 tepatnya di Kp. Lebak Gedong Desa Sindangresmi Kec. Sindangresmi Kab. Pandeglang-Banten. Hari-hariku di sini sangat menyenangkan. Selain aku mendapatkan keluarga yang baru, akupun dikelilingi oleh anak-anak yang lucu, imut dan juga polos. Setiap pagi ketika aku sampai di sekolah dengan sepatu yang penuh dengan lumpur, mereka bergerombolan datang ingin bersalaman denganku bak hujan yang akan mengguyur. Mereka mengucapkan salam dan kemudia tersenyum seraya berucap “Assalamu’alaikum” walaupun masih belum fasih dalam melafazhkannya. Tetapi aku maklumi semua itu. Namun, aku mencoba untuk tetap mengajarkan mereka lafazh salam yang sesungguhnya. Karena setiap hari aku mengucpkannya.

Jumat sore setelah selesai melakukan aktivitas yang cukup menguras otak dan tenagaku, akupun mengajak anak-anak yang di sekitar rumahku bermain ke saung. Aku hanya ingin duduk tanpa melihat adanya buku ataupun alat tulis lainnya. Hanya refreshing yang sedang aku butuhkan saat itu.

Namun, aku mendengar salah seorang anak menanyakan sesuatu kepadaku.

“Bu Guru, bawa buku?” tanya Irpan.

Irpan adalah anak tetangga dekat rumah yang saat ini aku tinggali. Dia juga muridku kelas III dan sangat aktif dalam pembelajaranku di kelas. Tapi sayangnya anak ini masih memiliki kelemahan dalam membaca. Walaupun sudah bisa mengenali huruf dan membaca sepatah dua patah kata, dia tetap saja mengeja huruf tersebut. Maka dari itu aku putuskan untuk mengadakan les tambahan membaca pukul 16. 30 WIB. Seusai shalat ashar, akupun mengajarinya untuk membaca. Rumahnya tidak jauh dari rumahku, hanya beberapa langkah saja sampai di rumahku. Aku senang mengajarinya, karena anak ini memiliki semangat belajar yang sangat tinggi, sampai-sampai dia mau memintaku untuk mengajarinya setiap waktu.

Selain Irpan, aku ditemani oleh 2 orang murid kesayanganku juga yaitu Eka dan Aldi. Kedua anak ini selalu menemani hari-hariku. Walaupun tidak serumah, akan tetapi mereka selalu bermain bersama dan terkadang bermainnya di rumah induk semangku. Mereka sudah seperti keluarga baruku.

Selepas mengerjakan huruf abjad yang diwarnai dengan crayon dan kemudian dioleskan lagi dengan campuran lem fox dan air, aku menjemurnya di tengah terik matahari yang saat itu sedang menampakkan sinarnya. Tak butuh waktu yang lama, hanya beberapa menit saja, huruf-huruf itu sudah kering dan akupun mengangkatnya. Eka, Aldi dan Irpan menghampiriku.

“Bu guru, lagi ngapain?” tanya Eka kepadaku.

“Ibu lagi menjemur huruf-huruf yang sudah ibu buat tadi. Sekarang sudah kering dan harus diangkat. “Jawabku dengan penuh semangat menjelaskan.

“Itu untuk apa bu guru?”tanya Irpan penasaran

“Ada dech, heheheheh”. Jawabku tersenyum sambil mengangkat huruf-huruf yang sudah kering.

“Eka, Aldi dan Irpan, ayo kita maen ke saung yuk, “ ucapku sambil mengajak mereka.

“Ayuk bu,” Jawab mereka serentak.

“Bu guru, bawa buku?’ tanya Irpan.

“Tidak usah” Jawabku spontan kepada mereka seraya menegaskan kalau hari ini tidak perlu membawa alat tulis.

Kamipun memulai langkah kami, menuju ke sebuah saung dengan berjalan menyusuri saha nan hijau dan jalanan yang licin serta becek. Walaupun begitu keadaan yang harus kami lalui, tak akan pernah menyurutkan langkah kaki kami untuk tetap pergi.

Satu, dua, dan tiga, akhirnya kamipun sampai di sebuah saung milik warga Kp. Lebak Gedong. Tapi, sepertinya saung itu pernah kami sambangi. Lalu kami memutuskan untuk pindah ke saung yang lainnya. Jadi kamipun berjalan lagi dan bertemu dengan seorang petani yang sedang bekerja. Beliau sedang menyemproti rumput yang sudah sangat panjang. Bau racun yang terbawa angin membuatku terpaksa harus menutupi hidungku dengan kain jilbab yang terulur panjang. Setelah tak ada lagi bau racunnya, akupun berkonsentrasi untuk berjalan dijembata yang terbuat dari beberapa buah bambu saja. Aku berusaha untuk bisa memegang bambu yang terbentang sebagai pegangan melewati jembatan Sirotholmustaqim.

Setelah melewati itu semua kamipun me

BAGASILALEONA adalah singkatan dari Banteng, Gajah, Singa, Lalat, Lele, Onta dan Naga. Permainan ini memiliki peraturan yaitu sebelum bermain kita harus memilih nama binatang yang mereka singkat seperti yang sudah disebutkan. Lalu setelah memilih, kita kemudian membentangkan jari-jari kita sesuai yang kita inginkan. Mulailah jari-jari kita dihitung dengan jari-jari anak-anak yang ikut permainan ini. Cara menghitungnya bukanlah dengan angka, melainkan dengan menggunakan singkatan BAGASILALEONA. Apabila hitungan jari tersebut berhenti pada nama binatang yang kita pilih, kita tak perlu lagi mengikuti hitungan jari dengan teman main kita. Contohnya mendapatkan Ba artinya Banteng. Banteng menghukum dengan memukul.

Kemudian, kepada setiap pemain lainnya apabila sudah disebutkan nama hewan yang ia pilih, maka wajib baginya untuk menghitung jari lagi tetapi bukan dengan menyebutkan singkatan, namun menyebutkan SPJU. SPJU adalah singkatan dari Sedang, Pelan, Jumbo dan Ultra.

Jika mendapatkan Sedang berarti pukulannya harus terasa sedang. Apabila mendapatkan Pelan berarti pukulannya terasa pelan. Ketika mendapatkan Jumbo, pastinya pukulannya juga harus terasa kuat. Apalagi mendapatkan Ultra, itu artinya pukulan 2x lipat harus terasa lebih kuat.

Setelah menghitung SPJU nya, maka harus menghitung seberapa banyak pukulan yang akan digunakan. Cara menghitunya dengan bernyanyi sambil mentoskan tangan ke teman yang kalah dan langsung bersuit dengan jarinya. Bunyi lagunya seperti ini : “Pong, apong atu….atu, ala dua,..dua ala tiga…tiga ala empat.”

Bagi yang kalah, artinya tidak ada nama binatang yang disebutkan pada hitungan. Dan ia menjadi korban dari pemain lain yang disebutkan nama binatangnya dalam hitungan tadi. Di mana dia mendapatkan hukuman yaitu merasakan pukulan, cubitan bahkan garukan.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa. Penempatan Kab. Pandeglang-Banten.

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization