Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menghadapi Hari Perpisahan

Menghadapi Hari Perpisahan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Orang yang bertani akan menuai hasil yang ditanam sesuai dengan apa yang ditanamnya. Dalam proses menanam, mereka dibebaskan untuk megelola apa saja yang mereka tanam dengan cara mereka masing-masing. Karena hasilnya, mereka sendiri yang akan memetik dan merasakannya. Seperti itulah gambaran hidup didunia bagai petani yang menanam.

Dunia bukanlah tempat yang kekal bagi manusia, di sinilah kita disuruh untuk mencari bekal akhirat. Bekal yang akan kita bawa dikehidupan yang tidak terbatasi oleh waktu, kehidupan yang kekal, kehidupan yang mana seseorang akan mendapatkan keadilan seadil-adilnya, tidak ada yang mendzalimi atau yang terdzalimi. Kehidupan ditimbangnya amal-amal setiap manusia, maka berbahagialah bagi mereka yang timbangan amal kebaikannya berat dibanding amal keburukannya.

Setiap manusia akan menghadapi hari perpisahan mereka, dipisahkan dari sanak keluarga, tentangga dan dari dunia fana. Setiap orang akan merasakan beberapa fase sebelum masuk dimasa yang kekal abadi yaitu fase kematian, di tempatkan di alam kubur, berada dipadang masyar, di tempat ditimbangnya amal dan baru masuk di hari pembalasan.

Jika kita termasuk orang-orang yang berakal, maka kita harus menyiapkan perbekalan untuk hari perpisahan ini. Nabi Muhammad saw bersabda : “Orang yang berakal adalah orang yang mampu menghinakan nafsunya dan beramal untuk hari setelah kematian”

Seperti yang dikatakan oleh ibnul jauzi juga dalam kitab Shaidul Khatir bahwa :

“Orang yang berakal adalah orang melaksanakan kewajibannya pada waktunya, sehingga bila kematian mendatanginya secara mendadak dia sudah punya kesiapan untuk menghadapinya”.

Bila seseorang sudah menghadapi kematian maka tidak ada lagi hari untuk berbekal, waktunya sudah habis, seperti orang yang melakukan perlombaan yang mana sekali tanding, langsung menjadi pemenangnya ataupun pecundangnya. Di hari ini kita tak bisa protes, mengajukan grasi ataupun meminta keringanan siksa dari-Nya, karena semua akan berjalan sesuai keadilan Allah Maha Kuasa.

Mulut kita terkunci, tangan dan kaki terikat. Mata, teliga, hidung, rambut, tangan dan seluruh anggota lain akan menjadi saksi hidup kita didunia. Tak hanya itu seluruh cerita kehidupan kita telah tercatat dan dibukukan oleh Allah swt. Tak ada yang tertinggal sedikitpun walau hanya sebiji sawi. Karena semua akan mendapat balasan dari Allah Maha Adil dan Bijaksana.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Nama Saiful Bahri, lahir di tanah Jawa tepatnya di Kota Tuban Jawa Timur, pendidikan pesantren mulai dari MTs-MA, sekarang sedang menempuh study di Lembaga Islam dan Bahasa Arab atau lebih dikenal LIPIA Jakarta tingkat syari�ah semester 2. Tinggal sementara di dekat pasar minggu Jakarta Selatan.

Lihat Juga

Gaza Eksekusi Mati 3 Orang Mata-Mata Israel

Figure
Organization