Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Transformasi Sekolah Demi Cetak Generasi Kompetitif

Transformasi Sekolah Demi Cetak Generasi Kompetitif

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Sekolah (inet)
Sekolah (inet)

dakwatuna.com – Dewasa ini, banyak masyarakat khususnya di Indonesia para orang tua di kalangan menengah ke atas yang seolah-olah mendewakan sekolah, sehingga perkembangan anak seperti pendidikan tata karma, belajar, ataupun yang lain hanya bisa dilakukan di sekolah. Telah tertanamkan pula mindset bahwa yang mendidik itu harus seorang guru yang ada di sekolah dan tugas orang tua hanya seolah membiayai pendidikan anaknya tanpa mendidiknya sehingga rata-rata keluarga saat ini banyak yang telah kehilangan fungsinya sebagai keluarga dan fungsi produktivitasnya pada perkembangan anak, padahal keluargalah madrasah pertama yang intens dalam mendidik dan mengembangkan potensi seorang anak.

Yang menjadi ironi lagi, saat ini sekolah-sekolah yang ada di Indonesia masih menerapkan dan meniru sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintahan Inggris dalam revolusi industri di mana sekolah hanya disiapkan untuk menjadi pekerja dan pegawai di pabrik, sehingga sistem pendidikannya seperti yang ada pada pabrik di mana memiliki suatu standar keberhasilan seperti kurikulum di mana ini merupakan suatu sistem yang memaksa seorang anak atau siswa untuk mengikutinya (outside in) bukan kurikulum yang mengikuti apa yang menjadi bakat minat dan ketrampilan anak sehingga ketika anak lulus sekolah tidak ada yang unik darinya dan semua menjadi sama yaitu memiliki mentalitas pabrik.

Proses belajar mengajar pun sangat tidak sesuai dengan kondisi psikologis siswa. Murid hanya disuruh duduk diam mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru seolah-olah mereka seperti batu sehingga tak ada siswa yang aktif dalam sistem belajar mengajar tersebut. Tak ada interaksi yang lebih antara siswa dan guru, bahkan tertanam jiwa seorang anak yang bertanya itu bodoh atau tidak mengerti apa yang disampaikan oleh guru, sehingga jarang pernah ada yang bertanya dalam sistem belajar mengajar tersebut. Akibatnya tak ada siswa yang mencari sumber pengetahuan lain baik dari buku atau internet melainkan yang didapat siswa hanyalah materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru di kelas.

Selain itu muncul anggapan suatu mindset pengkastaan suatu pelajaran juga di sekolah dimana dimulai tertinggi yaitu Sains (IPA), MTK, IPS, baru Seni dan yang terakhir Pendidikan Jasmani. Anggapan yang tertanam pada benak siswa adalah yang penting itu pintar sedangkan sehat dan ketrampilan itu tidak penting. Oleh karena itu tak sedikit siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai bakat dan minatnya.

Ada juga polemik tentang kelulusan siswa tergantung dari nilai ujian akhir nasional yang hanya dilaksanakan sekitar seminggu, tanpa melihat sikap, tata krama, keterampilan, kreativitas dan aspek-aspek lainnya selama siswa tersebut bersekolah. Padahal aspek-aspek itulah yang nantinya akan membentuk karakter anak dan menjadi bekal ia dalam menjalani hidup ini.

Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan reformasi pendidikan dan mindset yang telah tertanam dalam masyarakat. Bahwa yang terpenting itu bukan sekolahnya tapi proses belajarnya yang tidak hanya bisa dilakukan di sekolah saja. Selain itu masyarkat harus sadar dan mengembalikan fungsi-fungsi yang ada dalam keluarga sebagai madrasah pertama bagi anak.

Para guru-guru yang ada di kelas harus juga berubah yang tidak hanya mengajar materi pelajaran tapi juga selalu memeberi motivasi dan dukungan kepada siswa untuk berani bercita-cita dan meraih cita-citanya. Selain itu juga harus mendidik jiwa dan membentuk karakter jati diri para siswa agar selalu berperilaku baik dan menjauhi keburukan.

Kemudian mindset para siswa pun juga harus ikut berubah, bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya didapat dari guru yang ada di kelas tapi bisa didapat dari buku-buku pengetahuan lain dan juga perkembangan internet yang ada. Disamping itu siswa jangan hanya terkungkung pada pelajaran yang ia sukai tapi juga harus mempelajari ilmu-ilmu lainnya, sehingga pengetahuan dan keterampilan siswa dapat meningkat dan merasa percaya diri dan dapat bersaing di lingkungan global. Selain itu para siswa harus bisa mengembangkan bakat dan minat yang ada di dalam dirinya melalui mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler baik yang ada di sekolah maupun di lembaga non formal.

Tak ketinggalan sistem dan kurikulum sekolah juga harus berubah yang harus mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa, bukan siswa yang mengikuti kurikulum tapi kurikulum harus mengikuti apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan siswa.

Selain itu diperlukan juga peran pemerintah dalam mengatasi masalah ini serta merealisasikannya seperti dalam mengubah orientasi sekolah, memperbaiki tata kelola sekolah, memperkecil peran sentralistik pada kementerian pendidikan dan kebudayaan, tapi bisa dengan melaui pemandatan kepada masing-masing daerah untuk mengaturnya kebijakannya dan peran kementerian hanya sebagai pengawas, serta dalam pembentukan dewan pendidikan nasional yang berfungsi untuk mengatur pendelegasian pendidikan di daerah-daerah yang ada di pelosok negeri dan memberantas gejala bentuk korupsi sistemik yang terjadi dalam sektor pendidikan. Sehingga ketika suatu sistem pendidikan telah baik dan menjadi engine of growth, maka dapat meningkatkan kualitas dan kualifikasi sumber daya manusia sehingga masyarakat dapat berkembang dan dapat mewujudkan pembangunan nasional yang menjadikan negara dapat menjadi maju. Oleh karena itu ketika suatu negara ingin maju maka para pemudalah yang menjadi perhatian, sehingga ketika pemudanya rusak dan buruk akhlaknya maka sudah dapat dipastikan rusaklah negara tersebut.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa S1 Biolodi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Kadept. Syiar JIMM FST UNAIR dan Peserta PPSDMS Nurul Fikri angkatan VII Regional 4 Surabaya.

Lihat Juga

Launching Asrama Tahfizh ISQ, Gerbang Menuju Generasi Qurani

Figure
Organization