Topic
Home / Pemuda / Essay / Mengapa Harus Pemuda?

Mengapa Harus Pemuda?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Berbicara tentang pemuda memang tak pernah ada habisnya. Apalagi di abad 21 ini. Cobalah, lemparkan satu saja pertanyaan kepada para tetua tentang para pemuda zaman sekarang, maka hampir sebagian besar dari mereka, hanya sanggup menggelengkan kepala atau mungkin justru sumpah serapahlah yang keluar dari mulut mereka.

Mengapa? Jelas, karena hampir sebagian besar kata pemuda, seringkali dikaitkan dengan kata pemabuk, pencuri, pengangguran, berandalan, dan yang baru marak akhir-akhir ini, pembegal. Kalau tidak percaya, bisa kita intip di berita harian televisi, ada berapa banyak pemberitaan mengenai pemuda yang masuk bui akibat tindak kejahatan mereka? Ada berapa banyak nyawa mereka yang melayang dengan sia-sia hanya karena miras oplosan atau tawuran pelajar?

Kita yang juga pemuda ini, harusnya miris bin eneg dengar stigma yang menyakitkan hati ini. Kita kan nggak melakukan itu, tapi imbasnya kita juga yang tertuduh. Lagi pula, mengapa justru image seperti ini sih yang menyebar di media-media cetak, audio, maupun audio visual Indonesia? Para pemuda yang digadang-gadangkan menjadi pemimpin, penggerak dan pembawa Indonesia menuju ambang kesuksesan, justru malah terpuruk, tak tentu arah. Seolah tak punya semangat dan motivasi melihat kondisi bangsanya yang carut marut tak karuan.

Cobalah, kita tanyakan sekali lagi kepada para tetua tentang para pemuda. Bukan, bukan di masa kini, tapi pemuda di masa mereka. Perhatikanlah raut muka mereka, maka kita akan melihat mata mereka yang mulai sayu, seolah kembali menjadi muda. Dengan penuh senyuman yang berseri-seri, mereka akan menceritakan kehebatan mereka di masa itu. Perjuangan mereka merebut kembali tanah air tercinta. Tak terbayangkan darah, air mata, serta keringat yang telah mereka kucurkan kala itu terbayar dengan kemerdekaan Indonesia. Tapi apa? Apa yang diperbuat para pemuda zaman sekarang untuk berterima kasih pada para kakek dan neneknya? Hura-hura, pacaran, sex bebas, aborsi, menyedihkan sekali.

Stigma buruk tentang para pemuda masa kini inilah yang harus kita ubah. Generasi kita dan generasi orang tua kita tidaklah terpaut jauh. Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat seolah menjadi jembatan panjang perbedaan kita. Pemuda masa kini terlampau nyaman dengan fasilitas serba canggih di sekitarnya. Bukannya terpacu semangat memanfaatkan kemudahan yang ada, malah justru loyo dan berleha-leha, menganggap bahwa waktu mudalah saat yang tepat untuk bersenang-senang. Tak ada kerja keras.

Lalu mengapa? Mengapa harus pemuda yang menjadi sorotan? Mengapa bukan orang dewasa? Bukankah mereka lebih bijak dan stabil emosinya? Lalu mengapa pula Bung Karno pernah ngotot mengatakan “Beri aku 10 pemuda, maka akan aku goncang dunia!” Apa pula maknanya itu? Tak lihat apa mereka itu pembuat onar?

Tapi ternyata, di balik image pemuda yang serba amburadul gak jelas, Allah memberikan keistimewaan yang begitu besar pada kita para pemuda. Iya, kita. Usia, kesempatan belajar, idealisme, dan energi, itu semua milik para pemuda. Tak hanya itu, Allah juga menganugerahkan kita kekuatan intelektual, ingatan, dan analisa yang tajam. Ingat Muhammad Al Fatih sang penakhluk kokohnya benteng Konstantinopel? Atau Salman al Farisi, pencetus ide pembuatan parit untuk menghadang puluhan ribu musuh yang tak sebanding jumlahnya dengan kaum muslimin kala itu? Atau Khalid bin Walid, panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang hidupnya dalam peperangan, bukan hanya kepiawaiannya dalam menggunakan senjata, tapi juga kecerdasannya mengatur strategi perang. Berapa usia mereka? Masih sangat belia… merekalah para pemuda yang memberi andil besar dalam tonggak sejarah Islam.

Jika Bung Karno hanya butuh 10 pemuda, maka di sinilah Indonesia memiliki hampir 63 juta pemuda. Potensi yang sangat besar untuk menjadi “otak” penggerak lajunya roda pembangunan bangsa dan negara kita. Tenaga produktif yang mampu menciptakan ide-ide baru, segar dan nyentrik.

Potensi besar para pemuda inilah yang sangat penting untuk dididik, dibina, dikembangkan, serta diarahkan agar dapat menghasilkan kontribusi yang positif bagi pembangunan nasional. Agar tak menjadi sampah, tapi Hero di masyarakat. Agar tak hanya sekadar benalu, tapi pohon kokoh yang berdiri dengan tegak dan menjadi tempat bernaung bagi yang lain.

Tak perlu kita berkecil hati bergelar pemuda Indonesia, bukan Jepang atau Amerika yang sangat maju. Di balik image kelam pemuda Indonesia yang tersorot di media tv, masih banyak kuntum-kuntum yang tengah mekar berprestasi mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Ada Ahmad Zainuri, penemu Brailevoice, ada Nurul dan Nanda yang menemukan bahwa energi matahari dan urine dapat berubah menjadi energi listrik, ada ratusan pemuda lainnya yang menghebatkan diri melawan kemalasan dan serius menekuni potensi mereka hingga mampu tumbuh dan menjadi sosok inspirator yang dihargai dunia karya-karyanya.

Jadi, masih bertanya mengapa harus pemuda?

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswi LIPIA, saat ini aktif sebagai member dari oraganisasi kepemudaan Youthcare Indonesia, alumni Young Trainer Academy batch 1 dan anggota KAMMI Komisariat LIPIA.

Lihat Juga

Principal’s Award, Apresiasi untuk Anak-anak Berprestasi

Figure
Organization