Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Masih Utuhkah Syahadat Kita?

Masih Utuhkah Syahadat Kita?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (flickr.com -  Marie Kettani)
Ilustrasi (flickr.com – Marie Kettani)

dakwatuna.com – Syahadat merupakan gerbang awal seseorang masuk ke dalam agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam.

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah.

Kalimat yang begitu mudah diucapkan. Semua orang pasti bisa bila hanya mengucapkannya. Akan tetapi, bukan pengucapan saja yang diperlukan. Dibutuhkan komitmen yang kuat untuk melaksanakannya. Syahadat bukan sekadar diucapkan, tetapi diyakini dalam hati dan diterapkan dalam perbuatan. Begitu dalam makna yang terkandung dalam kalimat yang terangkai sederhana tersebut. Akan tetapi, ada satu hal yang harus kita tahu. Setelah kita mengucapkan syahadat dan tidak berkomitmen untuk melaksanakan syahadat tersebut akan ada saat dimana syahadat yang kita ucapkan itu dianggap batal.

Syirik, ilhad, dan nifaq. Tiga hal yang tersebut dapat membatalkan syahadat.

Lalu apa yang disebut syirik itu? Saat dimana ibadah yang kita lakukan bukan hanya untuk Allah semata, itulah saat dimana kita disebut syirik. Baik disengaja maupun tidak, hal itu tetap disebut syirik. Syirik akan terjadi ketika kita berlebihan dalam menyukai sesuatu sampai-sampai mengkultuskannya. Dan kecintaan berlebihan ini sudah dapat kita lihat dalam masyarakat kita sendiri. Ada golongan yang begitu cintanya pada Nabi SAW hingga seolah-olah Nabi adalah Tuhan baginya. Padahal Nabi Muhammad saw. sama seperti kita, sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Kecintaan yang sampai mengkultuskan Nabi ini tentulah menyebabkan kedzaliman yang besar dan dapat mencabik persatuan umat Islam. Ketika seseorang berlaku syirik, cahaya fitrah yang ada pada dirinya padam dan amal-amalnya dihapuskan. Sungguh merugi orang yang berlaku syirik kepada Allah. Bagaimana bisa kita umat Islam yang telah bersaksi dengan membaca syahadat mengingkari ucapannya dengan berbuat syirik. Apakah kita hendak mengingkari ucapan kita sendiri kepada Allah?

Selain syirik, syahadat yang kita ucapkan juga bisa dianggap batal akibat ilhad. Ilhad sendiri dapat berupa meragukan keberadaan Allah serta berbuat dzalim. Ilhad berbeda dengan kafir. Orang yang kafir sama sekali ingkar kepada Allah, sedangkan orang yang ilhad tidak mengingkari adanya Allah. Akan tetapi, orang yang ilhad mengingkari sifat-sifat Allah. Ketika kita telah bersyahadat, tidak mungkin kita mengingkari sifat-sifat-Nya karena ketika kita beriman kepada Allah, kita dituntut mengimani sifat-sifatnya juga.

Hal ketiga yang membatalkan adalah nifaq/munafik. Hanya beriman di mulut saja, tetapi hatinya tidak. Dan hal ini bukanlah hal yang cukup sering terjadi di masyarakat. Ada orang yang malas mengerjakan solat ketika tidak ada satu pun orang yang melihat. Akan tetapi, ia menjadi rajin shalat saat berada di hadapan banyak orang, seolah-olah ingin menunjukkan, inilah aku, sang ahli ibadah. Dan mereka tidaklah menyebut nama Allah melainkan sedikit sekali. Serta mereka enggan menafkahkan harta mereka. Padahal syahadat ibarat kita telah berbaiat kepada Allah. Apakah pantas orang yang telah berbaiat kepada Allah tapi setengah-setengah melakukan ibadah kepada-Nya? Enggan untuk menafkahkan harta di jalan-Nya?

Sebagai orang yang mengaku ber-Islam, marilah berintrospeksi. Sudahkah syahadat kita baik? Atau malah tanpa kita sadari, syahadat yang kita ucapkan sudah batal dan tidak diterima oleh Allah? Marilah kita bersyahadat kembali, dengan sadar dan sepenuh hati. Niatkan bahwa setelah ini, kita akan lebih berhati-hati lagi dalam bertindak dan berfikir. Niatkan bahwa setelah syahadat ini, kita benar-benar akan memberikan segala yang ada pada diri kita untuk Allah dan menghamba kepada-Nya semata.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Peserta PPSDMS Nurul Fikri Regional III Yogyakarta.

Lihat Juga

Alasan Dr Zakir Naik Belum Mengajak Wanita Konghucu Ini Bersyahadat

Figure
Organization