Topic
Home / Narasi Islam / Sejarah / Ibnu Taimiyah, Sang Guru Kharismatik

Ibnu Taimiyah, Sang Guru Kharismatik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ibnu Taimiyah (inet)
Ibnu Taimiyah (inet)

dakwatuna.com – Selama ini kita mengenal Syaikul Islam Ibnu Taimiyah sebagai seorang sosok ulama pejuang dan pemikir pembaharuan. Beliau telah mengukir sejarah indah dengan perjuangan dan pengorbanannya untuk mempertahankan kemurniaan Islam dan keselamatan umatnya. Ternyata Ibnu Taimiyah juga berperan sebagai sosok guru kharismatik yang luar biasa. Karena kemampuan ilmu dan kesungguhannya dalam usaha pendidikan, banyak orang yang belajar pada dirinya. Di antara muridnya yang cemerlang yang kemudian juga menjadi ulama besar dan guru teladan pada masanya adalah Ibnu Qayyim dan Ibnu Katsir. Kedua muridnya inilah yang melanjutkan tradisi keilmuaan Ibnu Taimiyah hingga sampai saat ini. Gagasan pemikiran dan guratan hati gurunya (Ibnu Taimiyah) masih hidup di hati dan pikiran ulama pejuang dalam menjaga keorisinilan dakwah Islamiyah.

Keluarga Orang yang Berilmu

Ibnu Taimiyah dilahirkan pada hari Senin, tanggal 10 Rabi’ul Awwal tahun 661 H atau 22 Januari tahun 1263M di desa Harran, sebuah desa yang terletak di antara Syam (mencakup Palestina, Suriah, Jordania, dan Lebanon) dan Irak, sebelah Tenggara Turki sekarang. Nama lengkap Ibnu Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abd al-Halim bin Taimiyah. Ayahnya bernama Syihab ad-Din Abd as-Salam lahir tahun 627 H – dan wafat tahun 972 H). Ayah Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama besar yang mempunyai kedudukan tinggi di Masjid Agung Damaskus. Kakek Ibnu Taimiyah bernama Saikh Majd ad-Din al Barakat Abd al Salam ibn Abdullah, dikenal sebagai seorang muffasir (ahli tafsir), muhaddits (ahli hadits) dan faqih (ahli figh).

Paman Imam Taimiyah bernama Al-Khatib Fakhruddin adalah seorang cendekiawan muslim popular dan pengarang produktif pada masanya. Sedangkan adiknya ternyata juga dikenal sebagai seorang sebagai ilmuan muslim yang bernama Syarafuddin Abdullah ibnu Abdul Halim. Nah, dengan demikian Imam Taimiyah hidup dan berasal dari keluarga ulama dan pemikir Islam yang telah memberi konstribusi besar untuk membangun khazanah Islam dan peradaban umat yang cemerlang. Itu sebabnya Ibnu Taimiyah memiliki keutamaan dan kelebihan yang luar biasa di bidang ilmu dan hikmah hingga banyak orang yang belajar padanya.

Pendidikan Ibnu Taimiyah

Sejak kecil, Ibnu Taimiyah, sudah menampakkan kesungguhan dan kegigihannya dalam belajar. Beliau memiliki kekuatan hafalan dan kecerdasan pikiran yang dahsyat hingga pelajaran yang dibaca atau disampaikan gurunya sekali saja cepat didapat, baik lafazh maupun maknanya. Gurunya Al-Imam Abu Thahir As-Sarmari mengakui kekuatan hafalan (hifzh) di Ibnu Taimiyah yang luar biasa dan sangat mengagumkan. Ibnu Taimiyah sangat mudah menguasai pelajaran bahkan beliau mampu mengungkapkan kembali secara sempurna.

Hari-hari Ibnu Taimiyah sarat aktivitas belajar. Beliau belajar dari satu guru ke guru yang lain dalam rangka menambah wawasan dan mengasah kecerdasan. Tidak sampai di situ beliau juga berani menanyakan sesuatu pada gurunya sampai mengerti dengan ilmu tersebut. Makanya sederet ulama besar pada waktu itu merupakan gurunya yang sangat dicintainya, di antaranya, Abdud Da’im, Al-Qasim Al-Irbili, Al-Muslim bin ‘Allan, Zainuddin Ibnul Munja, Al-Majd Ibnu ‘Asakir, dan Ibnu Abi ‘Umar.

Dr. A’idh Al-Qarni dalam bukunya “Di Wajah Mereka ada Cahaya” mengungkapkan kejadian yang luar biasa yang dilakukan Ibnu Taimiyah,” Sejak umurnya menginjak delapan tahun, ia (Ibnu Timiyyah) sudah mengguling-ngulingkan wajahnya di tanah saat fajar sambil berkata,” Wahai yang mengajari Ibrahim, ajarilah aku. Wahai yang memberikan pemahaman pada Sulaiman, pahamkanlah aku”. Maka Pengajar Ibrahim telah mengajarinya dan Yang Memahamkan Sulaiman telah memahamkannya dan memberinya ilmu tidak seperti ilmu-ilmu lainnya, serta memberi kepahaman tidak seperti kepahaman lainnya”.

Ketika Ibnu Taimiyah berumur 17 tahun, beliau telah diberi peluang oleh gurunya (Imam Syamsudin Al-Maqdisi) untuk memberikan fatwa karena beliau merupakan seorang murid yang dikurniai Allah, kekuatan hafalan yang tinggi dan kemampuan nalar yang luar biasa. Hal ini menjadikan posisi Ibnu Taimiyah sangat terhormat di sisi gurunya dan teman belajarnya.

Peran Ibnu Taimiyah Sebagai Seorang Guru

Kemampuan beliau dalam berbagai bidang Ilmu Islam, menjadikan Ibnu Taymiyah sebagai seorang guru penting di zamannya. Banyak orang belajar pada Ibnu Taimiyah dari berbagai daerah bahkan ulama besar pada eranya juga bertanya dan berdiskusi dalam memecah persoalan umat. Dari usahanya yang maksimal dalam dunia pendidikan dan pengajaran, banyak kemudian hari lahir ulama besar yang juga harum namanya dan besar jasanya seperti Ibnu Qayyim dan Ibnu Katsir yang setia belajar dan melanjutkan perjuangan dan pemikirannya.

Di samping Ibnu Taimiyah sibuk berdakwah dan mendidik umat, beliau juga aktif menulis buku (kitab) yang menghiasi lembaran serjarah. Kekuatan aqidah dan kejelasan fikrah (pemikiran) Ibnu Taimiyah menjadikan bukunya sangat berbeda dari buku-buku yang ditulis oleh ulama lainnya pada masa itu. Kekuatan pikirannya dan Ketajaman penanya memberikan sesuatu yang berharga dalam mengingatkan penguasa dan umat dari bencana dan azab Allah SWT yang amat dahsyat.

Karya Ibnu Taimiyah telah mencapai lebih kurang 4 ribu naskhah dengan 300 jilid. Kitab beliau yang popular dan termasyhur sampai saat ini adalah Ar-Radd Alal Manthiqiyyin (menolak pendapat ahli Mantiq). Kandungan kitab ini telah menolak pemikiran ahli falsafah Yunani yang mempengaruhi pemikiran manusia melalui teori Logika Matematik. Ibnu Taimiyah dengan bahasa yang tajam dan gaya tulisan yang menarik mengkritisi beberapa ulama atau pemikir yang banyak mengunakan filsafat Yunani sebagai sandaran dalam pemikirannya.

Ketajaman Pena Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah terkenal dengan sebutan ulama atau guru yang konsisten dengan kebenaran Islam. Beliau juga sangat kritis terhadap pemerintah yang berkuasa pada masanya, apalagi berkaitan dengan kebijakan Negara yang berseberangan dengan kepentingan Islam. Karena memang pada masa itu, pemerintahan dikuasai dan dipimpin oleh orang yang tidak benar dan berambisi memenuhi birahi semata. Fatwa-fatwa yang Beliau kemukakan membuat pemerintah geram dan menuduh Imam Taimiyah sebagai pembuat kekacauan dan penghasut umat.

Karena kekritisan itulah yang menyebabkan Ibnu Taimiyah dipenjarakan sebanyak 4 kali. Setelah dibebaskan dari pada tahanan yang pertama, bukanya beliau berhenti bersikap kritis, namun justru tetap vokal dan mengingatkan penguasa dengan gagah berani. Akibatnya beliau dipenjarakan lagi oleh Sultan Baibar Al-Jaishankir dan diasingkan di Alexendria. Tetapi ketika penguasa Mesir berganti, beliau dibebaskan, bahkan diangkat menjadi penasihat Sultan Nasir Muhammad Bin Qaawun, penguasa pada waktu itu.

Walaupun Ibnu Taimiyah bertindak sebagai penasehat Sultan, bukan berarti beliau bungkam menyaksi kemungkaran dan tetap mengeluarkan fatwa-fatwa keras untuk menyelamatkan umat. Akibatnya, Pada tahun 1318 M, Sultan Nasir mengirim sepucuk surat untuk Ibnu Taimiyah agar beliau jangan lagi berfatwa dengan fatwa yang bertentangan dengan Mazhab Hambali dan menentang kebijakan negara. Permintaan Sultan ditolaknya dan dia tetap mengeluarkan fatwa sebagai tanggung jawabnya pada umat. Makanya, Sultan marah dan memenjarakan Ibnu Taimiyah lagi di benteng Damaskus selama 5 bulan 18 hari.

Akhir Hayat Ibnu Taimiyah

Begitulah, perjalanan hidup Ibnu Taimiyah yang penuh dengan prahara. Penjara bagi dirinya bukan sesuatu yang berbahaya tetapi justru saat –saat yang indah baginya untuk lebih dekat lagi dengan Khaliknya. Di penjara Beliau tekun beribadah dan aktif menulis, mengungkapkan pikiran dan hatinya dalam bentuk tulisan. Banyak buku yang di karang oleh Ibnu Taimiyah justru ketika, berada dalam penjara. Badannya saja yang terkurung, namun hati dan pikirannya melalang buana ke angkasa untuk mendapatkan hidayah yang berharga yang kemudian tertuang dengan bahasa yang indah dalam setiap risalah (buku) nya.

Ibnu Taimiyah meninggal dunia di Damaskus pada tahun 728 hijrah. Semoga Allah Swt, merahmati beliau atas jasa-jasanya yang berharga dalam memperjuangkan Islam dan mendidik umat menjadi umat yang mempunyai harga diri. Dalam perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dan rintangan justru menjadikan beliau sebagai seorang pejuang sejati yang tetap konsisten dalam menjaga prinsif kebenarannya.. Beliau adalah seorang “guru kharismatik “ yang telah berjaya di hati dan diri umat Islam. Sampai hari ini pemikiran dan perjuangannya masih menginspirasi umat Islam dapat menggapai kebangkitan Islam yang hakiki. (usb/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Batusangkar tanggal 28 September 1967. SD sampai SMA di Batusangkar dan menamatkan S1 pada Fakultas Tarbiyah IAIN �Imam Bonjol� Batusangkar. Tamat April 1993 dan kemudian mengajar di MTSN Batusangkar sebagai tenaga honorer. Tahun 1992-2005 aktif mengelola kegiatan Pendidikan dan Dakwah Islam di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dakwah Islam Wihdatul Ummah. Tahun 1995 bersama aktivis dakwah lainnya, mendirikan TK Qurrata A�yun , tahun 2005 mendirikan SDIT dan PAUD. Semenjak tahun 1998 diangkat sebagai guru PNS dan mengajar di SMAN 2 Batusangkar sampai sekarang. Tahun 2012 mendirikan LSM Anak Nagari Cendekia yang bergerak di bidang dakwah sekolah dan pelajar diamanahkan sebagai ketua LSM. Di samping itu sebagai distributor buku Islami dengan nama usaha � Baitul Ilmi�. Sejak pertengahan Desember 2012 penulis berkecimpung dalam dunia penulisan dan dua buku sudah diterbitkan oleh Hakim Publishing Bandung dengan judul: "Daya Pikat Guru: Menjadi Guru yang Dicinta Sepanjang Masa� dan �Belajar itu Asyik lho! Agar Belajar Selezat Coklat�. Kini tengah menyelesaikan buku ketiga �Guru Sang Idola: Guru Idola dari Masa ke Masa�. Di samping itu penulis juga menulis artikel yang telah dimuat oleh Koran lokal seperti Padang Ekspress, Koran Singgalang dan Haluan. Nama istri: Riswati guru SDIT Qurrata A�yun Batusangkar. Anak 1 putra dan 2 putri, yang pertama Muthi�ah Qurrata Aini (kelas 2 SMPIT Insan Cendekia Payakumbuh), kedua Ridwan Zuhdi Ramadhan (kelas V SDIT ) dan Aisyah Luthfiah Izzati (kelas IV SDIT). Alamat rumah Luak Sarunai Malana Batusangkar Sumbar.

Lihat Juga

Program Polisi Pi Ajar Sekolah, Pengabdian Polisi Jadi Guru SD dan TK

Figure
Organization