Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mem‘booming’kan Permainan Asal Medan di Kampung Tagelan, Pandeglang Banten

Mem‘booming’kan Permainan Asal Medan di Kampung Tagelan, Pandeglang Banten

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
(Ulfa Wardani)
(Ulfa Wardani)

dakwatuna.com – Salah satu program kami selama di penempatan adalah Istana Anak. Di program istana anak ini ada beberapa kegiatan yang harus kami lakukan diantaranya adalah : menghidupkan kembali permainan dan budaya tradisional. Aku berencana mengajak anak-anak untuk bermain dihari minggu. Semasa aku Sd dulu, ada sebuah permainan yang sampai sekarang menjadi permainan kesukaanku yaitu permainan “ pecah piring”.

“ Ada yang tahu permainan pecah piring?” tanyaku pada anak-anak kelas 5 dan 6 MI Miftahul Huda Tagelan- Pandeglang. “ eta piring dipecahken ya bu..? “ Tanya kembali salah seorang siswaku. Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala “ kalau ada yang mau tahu bagaimana cara bermainnya, besok hari minggu kumpul di lapangan sekolah jam 8 pagi ya… kita main pecah piring. Mau? Tanyaku penuh semnagat pada mereka. Tak kalah semangat mereka menjawab “ Mau bu..”.

Hari minggu pagi, 22 Februari 2015 hari yang kami sepakati untuk bermain pecah piring. Siswa yang datang hanya 6 orang dari 18 siswaku. Tunggu dulu… sebelum aku ceritakan bagaimana cara bermainnya aku perkenalkan dulu apa itu permainan “pecah piring?”. Dari buku tematik kelas 2 SD dengan tema “bermain di lingkunganku”, aku pernah membaca bahwa permainan pecah piring ini berasal dari Sumatera Utara, Karena alasan ini lah aku bersemangat mengenalkan permainan pecah piring ini pada siswa-siswaku. Ada misi tersendiri ketika aku mengajak mereka bermain permainan ini selain memperkenalkan ini permainan dari Medan aku juga ingin mengajarkan pada mereka bagaimana kerja sama untuk meraih kemenangan yaitu dengan kekompakan (tidak boleh egois) dan saling percaya kalau teman-teman setim kita bisa. Nah…. saatnya aku menjelaskan cara bermainnya.

Terlebih dahulu jika kalian ingin bermain permainan pecah piring ini siapkan peralatannya yaitu : pecahkan beberapa batok menjadi pecahan-pecahan kecil yang bisa ditumpuk tinggi. Dan satu lagi alatnya adalah bola kasti, berhubung di sini jauh sangat untuk membei bola kasti, jadi bola yang kami gunakan adalah tumpukan sampah jajanan yang dibentuk seukuran bola kasti lalu diikat dengan lakban, Jadilah bola kasti buatan kami. Setelah peralatannya disediakan sekarang bagi setiap anak yang ngin ikut bermain menjadi 2 kelompok. 1 kelompok kita sebut kelompok pelempar. Dan 1 lagi kelompok penjaga. Kelompok pelempar bertugas melempar bola agar mengenai tumpukan pecahan batok itu, jika tumpukan batok itu ada yang jatuh maka tugas kelompok penjaga adalah menjaga tumpukan pecahan piring itu agar tidak disusun oleh kelompok pelempar. Cara menjaganya adalah dengan menyerang kelompok pelempar, jika salah satu anggota kelompok pelempar ada yang terkena bola anggota badannya maka terjadi pergantian posisi, maksudnya kelompok penjaga menjadi kelompok pelempar yang bertugas berusaha menyusun pecahan batok tersebut. Jika ada kelompok yang berhasil menyusun pecahan batok itu maka kelompok itulah yang mendapatkan skor.

Cukup satu minggu, membuat permainan ini booming di kampung Tagelan tempat tinggalku. Hari ini ketika aku menulis tulisan ini permainan ini sudah menjadi permainan yang berulang kali dimainkan di saat jam olahraga oleh seluruh siswa di MI Miftahul Huda Tegelan. Pelopornya adalah 6 orang siswaku yang menjadi orang-orang perdana yang menikmati sensasinya permainan pecah piring. Maka sungguh banyak pelajaran dari setiap permainan tradisional selain murah meriah , permainan tradisional juga syarat makna, tinggal bagimana tugas orang dewasa untuk memberikan arahan dan bimbingan agar permainan yang mereka mainkan tidak sekadar permainan.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Sekolah Guru Indonesia Angkatan VII. "Jangan sampai ada dan tiada dirimu, tiada bedanya".

Lihat Juga

Kampung Inspirasi: Mencipta Muslim Tangguh Luar dan Dalam

Figure
Organization