Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Membedah Nubuwat Nabi Tentang Palestina, dan Siapa Pembebasnya

Membedah Nubuwat Nabi Tentang Palestina, dan Siapa Pembebasnya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Palestina
Palestina

قال رسول الله (صلعم): (لا تزال طائفة من أمتي على الحق ظاهرين، لعدوهم قاهرين، لا يضرهم من خالفهم، إلا ما أصابهم من اللأواء، قالوا يا رسول الله: وأين هم؟ قال: ببيت المقدس وأكناف بيت المقدس) رواه أحمد في مسنده

dakwatuna.com – “Akan ada segolongan kecil dari Umatku, yang terang membela kebenaran, bertindak tegas terhadap musuh-musuhnya, Tidak akan menggoncang mereka siapa-siapa yang membencinya. Para Sahabat bertanya; Dimana mereka Wahai Rasulullah? Rasul menjawab; Di Baitul Maqdis, dan tepi-tepi baitul Maqdis”

Palestina adalah sepotong besar aqidah kita. Mengumandangkan perjuangan membebaskannya, berarti menyuarakan kesejatian Aqidah, dan keutuhan Islam kita. Di sana negeri para Nabi, yang hadir hidup, berjuang, dan wafat di tanah yang aura keberkahannya begitu kuat. Jika Berjaya Palestina, berjayalah Kaum Muslimin. Jika terhinakan Palestina, maka terhinakanlah kaum muslimin, seperti yang kita lihat hari ini.

Apa perhatian Nabi Muhammad ketika Palestina masih dibawah jajahan Romawi? Sesungguhnya dalam Sirah Nabawiyah, ketika disebut perang Tabuk, perang Mu’tah dan pasukan besar pimpinan Usamah bin Zaid, kesemuanya adalah kasatuan besar masterplan besar Nabi untuk membebaskan Baitul Maqdis. Dengan kata lain, perjuangan Nabi untuk memenangkan tanah suci Palestina begitu hebat dan maksimal. Bahkan sejatinya, pasukan terakhir di kehidupan Nabi yang dipimpin Usamah bin Zaid adalah pasukan besar berisi sahabat besar menuju tujuan besar; Al-Quds! Palestina!

Hari ini, pejuang Palestina sedang dalam keadaan siaga. Perbekalan keimanan dan kekuatan militer sedang dikembangkan begitu besarnya. Setelah Pejuang Brigade Izzuddin Al-Qassam memenangkan Perang Furqon, Perang Asfim Ma’kul, lalu Perang Hijar min Sijjil, saat ini mereka sedang dalam persiapan maksimal menuju ‘Wa’dul Akhirah’, atau bisa dibilang hentakan besar-besaran melawan penjajahan Zionis Israel terhadap Palestina.

Sebenarnya seperti apa Palestina di benak manusia-manusia hebat ini? Dan bagaimana Rasulullah mendeskripsikan pentingnya tanah Syam yang di sana ada Palestina, Libanon, Suriah, Yordania dan sebagian Sinai dalam hadits-hadits shahih? Hingga para pejuang tidak kehabisan ide dan tenaga, bahkan menjadi pasukan hebat yang membuat Penjajah Zionis kewalahan? Beginilah sekelumit pemahaman dari pengetahuan Palestina yang begitu banyak.

***

Syam Negeri Penuh Keberkahan

“Berbahagialah Syam, berbahagialah Syam, berbahagialah Syam!”, kata Nabi memulai halaqah beliau. Sahabat bertanya, “Dengan apa yang Rasul Syam berbahagia?”, lalu dengan lugas Rasul menjawab, “Para Malaikat membentangkan sayap-sayapnya di Syam”. Al-Izz bin Abdussalam berkata: “Maksdunya adalah bahwa Allah dan para Malaikat memberkahi juga merahmati tanah Syam”

Tanah Syam, yang hari ini terdiri dari Palestina, Suriah, Libanon dan Yordania begitu penting bagi Nabi, juga menempati posisi khusus di hadapan Allah. Itulah mengapa keberkahannya nyata. Tumbuh-tumbuhan hidup, udara yang sejuk, lembah dan bukit-bukit subur yang indah, dan letak geografis yang sangat-sangat berharga bagi mereka yang ingin memenangkan pengaruh geopolitik.

Hadist dari Abdullah bin Hawwalah, bahwasanya Rasul bersabda; “Di malam Isra’, aku melihat tiang berwarna putih seperti mutiara, dibawa oleh para Malaikat. Aku bertanya, Apa yang kalian bawa?”. Para Malaikat menjawab, “Tiang Islam, Kami diperintahkan untuk meletakkannya di Syam”

Al-Izz bin Abdussalam menjelaskan, “Nabi mengabarkan bahwa tiang Islam, yaitu Iman, berada di Syam ketika zaman muncul banyak fitnah. Maknanya: Ketika muncul banyak fitnah pada ummat ini, penduduk Syam tetap teguh memegang Iman mereka.”

Syam Negeri Mahsyar Seluruh Manusia

Dari hadits Bahz bin Hakim bin Muawiyah Al-Qusyairi dari Ayahnya dari Kakeknya, berkata; “Wahai Rasulullah, kemana engkau memerintahkanku (untuk bermukim)?” kemudian Rasul menjawab, “Kesana”, dan tangan beliau menunjuk ke arah Syam, “Sesungguhnya kalian akan digiring menuju kesana (mahsyar) dalam keadaan berjalan kaki dan berkendara serta berjalan diatas wajah kalian.”

Kemudian ayat Quran surat Qaaf ayat 41, menjelaskan

وَاسْتَمِعْ يَوْمَ يُنَادِ الْمُنَادِ مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ

“Dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat.”

Para Mufassir menafsirkan bahwa yang dimaksud “tempat yang dekat” adalah Sakhrah, yang berada di Masjid Al-Aqsha. Dengan kata lain, Malaikat Israfil akan memanggil manusia menuju mahsyar di atas As-Sakhrah Masjid Al-Aqsha, dan Syam itu sendiri menjadi Padang Mahsyar.

Al-Ahwadhi berkata, “Tempat dikumpulkannya manusia berada di sebuah tanah suci di Syam, Allah mengumpulkan seluruh jiwa di sana, maka itulah padang Mahsyar.”

Syam Negeri Kecintaan Para Nabi

Dalam Kitab Mu’jam Al-Buldan, termaktub bahwa Ibnu Abbas pernah berkata, “Baitul Maqdis dibangun oleh para Nabi, dijadikan tempat bermukim para Nabi, dan tidaklah satupun jengkal di Baitul Maqdis melainkan telah menjadi tempat Shalat para Nabi dan tempat berdirinya para Malaikat.”

Para Nabi bergerak dan berjalan menuju Tanah Palestina, ia adalah tanah yang berkah, Negeri para Nabi, Negeri tegaknya agama Islam, dan negeri saksi peradaban dari Nabi Adam a.s hingga hari kiamat.

Syam Negeri yang Didoakan Nabi

Rasulullah bersabda, “Ya Allah berkahilah Syam kami, Ya Allah berkahilah Yaman kami, Ya Allah berkahilah Najd kami….”. Al-Izz bin Abdussalam menjelaskan, “Ketika Rasulullah mendoakan keberkahan Syam, lalu baru kemudian Yaman, menunjukkan bahwa keutamaan Syam atas Yaman.”

Pohon di Syam Seperti Pohon Di Surga

Dari hadits Utbah bin Abdissalmi berkata, seseorang badui datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, “Apakah di Surga ada buah?”.

Lalu Rasulullah menjawab, “Betul, dan di dalamnya pula ada sebuah pohon Thuba (kebahagiaan) dan ia berada di Surga Firdaus.”

Kemudian Si Badui bertanya lagi, “Di bumi ini adakah pohon yang menyerupainya?”

Lalu Rasul menjawab, “di bumi ini tidak ada pohon seperti itu, namun apakah engkau pernah datang ke Syam?”.

“Belum wahai Rasulullah”, jawab Si Badui.

Maka Rasulullah berkata, “Sesungguhnya ada sebuah pohon yang mirip dengannya di Syam yang disebut Al-Jauzah, tumbuh dengan satu batang, lalu tumbuh di atasnya cabang-cabang yang banyak.”

Muadzin Masjid Baitul Maqdis Didahulukan Masuk Surga

Dari Jabir r.a, bahwasanya seorang lelaki datang menemui Rasulullah dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang akan pertama kali masuk ke Surga?”. “Para Nabi”, jawab Rasulullah. “Lalu siapa?”, “Para Syuhada”. “Lalu siapa?”, “Muadzin Masjid Al-Haram”. “Lalu siapa?”, “Muadzin Masjid Baitul Maqdis”. “lalu siapa?”,”Muadzin masjidku ini”. “Lalu siapa?”, “Seluruh muadzin masjid-masjid sesuai dengan kadar amalan mereka.”

Dan hingga saat ini, ada sebuah sejarah besar yang mesti dibuka tabirnya. Bahwasanya Bilal bin Rabah tidak hanya mengadzani Masjid Nabawi dan Masjid Al-Haram. Ketika Umat Islam di bawah pimpinan Umar Bin Khattab membebaskan Masjid Al-Aqsha, maka Bilal bin Rab;ah menjadi Muadzin pertamanya setelah sekian lama beliau tidak mau adzan disbebabkan selalu menangis dan mengingat Nabi. Dan di hari pembebasan Tanah Al-Quds, Bilal bin Rabah adalah muadzin pertama masjid itu. Subhanallah!

***

Siapa Pembebas Palestina?

Dalam sebuah dialog yang diampu oleh Ustadz Azhari Suhaemi sebagai Bidang Edukasi KNRP Pusat, beliau menerangkan tentang sebuah fakta sejarah, bahwa pembebas Al-Aqsha dalam sejarah kaum Muslimin tidak pernah dilakukan oleh orang-orang di dalam Palestina.

Umar bin Khattab, Khalifah pembebas Palestina, adalah bagian dari Bani Adi, orang Quraisy yang memimpin pasukan Muslimin bangsa arab membebaskan gerbang Palestina, dan beliau bukan orang Palestina.

Nuruddin Zanki, inisiator pembebas Al-Quds pasca dijajah pasukan Salib, bukanlah orang Arab, melainkan keturunan Bangsa Turki, lalu mengadakan agenda jihad yang fenomenal sehingga memutus rantai kekuasaan Penjajah Salib di beberapa wilayah penting di Syam.

Shalahuddin Al-Ayyubi, pembebas Al-Quds yang memenangkan Pertempuran Hattin 1187 Masehi bukanlah orang Palestina, bukan pula orang Arab. Beliau lahir di Benteng Tikrit di Iraq, keturunan Suku Kurdi. Meneruskan perjuangan Nuruddin Zanki, beliau berhasil membuka kembali gerbang Al-Quds setelah 88 tahun dibawah jajahan Pasukan Salib sejak 1099 M.

Lalu, Siapakah Pembebas Palestina di masa depan nanti?

Mari membahas hadits Nabi Muhammad SAW, “Kamu sekalian akan membunuh yahudi, kalian berada di timur sungai, dan mereka berada di barat sungai”. Dari hadist yang disampaikan Nabi Muhammad ini, ada sebuah fakta unik yang sangat menarik untuk ditelisik. Di mana barat sungai? Dan di mana timurnya?

Seperti kita tahu, di Palestina kita mengenal sebuah wilayah besar Palestina yang disebut sebagai ‘Dhuffah gharbiyah’ atau West Bank dalam bahasa Inggris, dan ‘Tepi Barat’ dalam bahasa Indonesia. Wilayah itu adalah daerah yang berbatasan langsung dengan Yordania. Dan di sanalah Masjid Al-Aqsha berdiri.

Yang menarik adalah penamaan tepi barat, daerah itu dinamakan ‘Tepi barat’ karena ia berada di sebelah barat Sungai Yordan. Begitu nyata hadist yang disampaikan Rasulullah dan dikaji hari ini di dunia nyata. Lalu, dengan logika sederhana mari mengambil pemahaman dari maksud Nabi Muhammad, bahwa saat pembebasan Al-Aqsha, Zionis Israel akan bermarkas di Tepi Barat, lalu Kaum muslimin berada di ‘timur sungai’.

Memaknai ‘timur sungai’ berarti tanah yang berada di timur sungai Yordania, jika meluaskan definisi itu, berarti segala negeri di timur Palestina adalah bisa jadi termasuknya. Seperti itulah yang dijelaskan dalam dialog edukasi itu.

Jika, bangsa Arab telah membebaskannya, bangsa Turki telah membebaskannya, Bangsa Kurdi telah membebaskannya, maka saat era depan pembebasan Al-Aqsha bukan tidak mungkin adalah saat Asia memasuki eranya yang lebih perkasa, lalu negeri-negeri timurlah yang menjadi pelaku pembebasan Palestina. Karena masa kepemimpinan Allah pergilirkan, dan setiap peradaban telah mengecap keberhasilan pembebasan Palestina, maka bisa jadi kesempatan untuk membebaskan Palestina di masa depan muncul dari negeri Timur.

Dan Indonesia menjadi bagian pembebasannya.

Inilah sekelumit Nubuwat Nabi Muhammad tentang betapa pentingnya Palestina dan bahkan Al-Quran dan hadits nabi telah memberitakan letak-letak peristiwa penting yang akan terjadi di hari depan Palestina sebagai jantung Umat Islam sedunia. Maka tidak sangsi jika Syaikh Ahmad Ali Muqbil sebagai Ketua Dewan Ulama Palestina Yaman berkata, “Palestina adalah sepotong besar aqidah kita!”

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo, Mesir | Alumni SMPIT Ihsanul Fikri Mungkid Magelang | Alumni Ponpes Husnul Khotimah Kuningan

Lihat Juga

Opick: Jangan Berhenti Bantu Rakyat Palestina!

Figure
Organization