Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Gubahan Iman Mengangkat Insan

Gubahan Iman Mengangkat Insan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (iluvislam.com)
Ilustrasi (iluvislam.com)

dakwatuna.com – Dalam dekap iman seorang insan diangkat dalam posisi yang tinggi oleh Allah. Karena iman merubah perilaku hewani menjadi surgawi, merubah amoral menjadi bermoral, merubah dzalim menjadi alim. Iman telah masuk ke dalam hati manusia, menyebar dalam sel-sel darah hingga mempengaruhi detak jantung. Iman menjadi penyejuk hati di kala lara dan gundah gulana. Hingga perangai manusia tercibir saat kembali melakukan hal-hal menyimpang. Sedih ketika meninggalkan shalat seperti Umar ra hingga beliau menginfakkan kebunnya. Menangis ketika melakukan dosa seperti Ka’ab bin Malik yang lalai dari ajakan perang bersama Rasullulah SAW. Ataukah Khalid bin Walid yang bersimbah air mata karena sakit berkepanjangan justru didapatkanya di akhir hayatnya sedangkan syahid menjadi tujuan. Jangan tanya bekas pedang dan panah yang menancap di jasad yang oleh Rasullulah SAW dijuluki “Saefullah”.

Mereka semua beriman, namun keimanan yang menancap di dada tidaklah di dapatkan dengan kemudahan sembari membalikkan telapak tangan. Keimanan mereka tumbuh dari pemahaman Islam yang lebih mendalam, akal yang menalar dan teladan sahabat. Cinta kepada Islam datang dari kekalahan-kekalahan perang (Kisah Khalid ibn Malik), menistakan Al Qur’an (Kisah Umar ibn Khattab) hingga terbuai oleh kesenangan dunia (Kisah Ka’ab ibn Malik). Lalu kisah mereka terus dikenang dalam tinta emas peradaban Islam agar umat setelahnya paham dan belajar bahwa iman harus terus menerus dirajut di dalam hati, dalam ibadah yang khusyuk dan pengorbanan yang ikhlas. Karena Allah SWT telah menyediakan kegembiraan baginya:

“…Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Al Baqarah: 38)

Lalu apakah iman mengangkat derajat seseorang di mata Manusia? DR Abdullah Azzam dalam bukunya Tarbiyah Jihaddiyah menukil kisah keimanan Bilal. Suatu saat Suhail, Abu Sufyan dan Bilal ibn Rabah datang ke rumah Umar Ibn Khattab. Mereka pun mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Lalu Bilal dipersilahkan masuk sedangkan mereka berdua tidak. Lalu Abu Sufyan mengomel hingga Suhail menenangkanya, “Janganlah engkau marah, mereka dulu didakwahi kita pun didakwahi, tetapi mereka menerima dengan segera sedangkan kita berlambat-lambat menerimanya”. Bilal yang dulunya dijual dengan harga lebih rendah dari harga sebuah meja naik posisi di mata Sahabat karena keimanannya yang kuat.

Setelah Bilal, Al Faruq (Umar ibn Khattab) pernah membuat Abdullah ibn Umar terheran dengan perilaku sang Ayah. Pada masa kekhalifahanya, Umar memberikan tunjangan dari Baitul Mal kepada Usamah ibn Zaid jauh lebih banyak dari anaknya. “Wahai Ayah mengapa engkau memberikan Usamah lebih banyak dari pada aku?”. Umar berkata,”Dahulu ayahnya lebih dicintai Rasullulah SAW dari pada ayahmu. Dan dia sendiri lebih dicintai Rasullulah dari pada engkau. Karena itu aku tidak menyamakanmu dengannya dalam pemberian”. Lagi-lagi Umar membuktikan kalimat Allah:

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ

“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu…” (QS. Al Mujadillah: 11)

Ustad Rahmat Abdullah menggambarkan iman Sayyid Quthub dalam bukunya Warisan sang Murabbi bahwa tanpa izzah imaniyah, sukar membayangkan seorang Sayyid Quthub menggoreskan bait-bait tegar dalam penjara:

Akhi anta hurrun waraa as sudud
Akhia anta hurrun biltikal quyuud
Idza kunta billahi mu’tashiman
Famadza yudhiiruka qaydhul ‘abiid

Saudaraku, engkau merdeka di balik penjara
Saudaraku engkau merdeka dihimpit belenggu
Bila kepada Allah engkau berjaga
Makar musuh takkan dapat mencederaimu

Di tengah fitnah zalim yang diberikan penguasa kepada beliau, Sayyid Quthub tetap menjaga hati, ibadah dan tidak mendzalimi orang-orang yang memenjarakannya karena kekuatan iman yang ada dalam dadanya.

Untuk itu, sejarah telah banyak memberikan I’tibar manusia-manusia bebal karena iman yang kebal. Mereka semua mengukir prestasi dengan dedikasi dan caranya sendiri. Allah mencatat setiap amal ibadah hambanya hingga sejarawan dunia mengakui kebaikan mereka. Ternyata rahasia di balik kisah hidup orang-orang hebat ini hanyalah iman yang selalu dijaga, ditata hingga merekah. Mereka dikagumi musuh maupun lawan bukan karena kehebatan tapi kebaikan yang selalu dipupuk oleh iman. Lalu akankah kita masih disibukkan dengan dunia yang bandingannya hanyalah seperti setetes air dunia. Semoga syair singkat Ustazah Yoyoh Yusroh membuka tabir noda hitam di dada:

”Ya Rabb aku sedang memikirkan posisiku kelak di akhirat,
mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita
Khadijah Al Qubra yang berjuang dengan harta dan jiwanya?
Atau dengan Hafsah ibn Abu Bakar yang dibela oleh Allah?
Atau dengan Aisyah dengan 3500-an hadist…

Atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad..
Atau dengan siapa ya Allah
?
Tolong beri kekuatan tuk mengejar amaliah mereka
Sehingga aku layak bertemu mereka bahkan
bisa berbincang dengan mereka di taman Firdaus-Mu”

(Alm. Ustazah Yoyoh Yusroh)

Wallahu’allam.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Kota Semarang, Jawa Tengah.

Lihat Juga

Keimanan Adalah Keberpihakan

Figure
Organization