Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Memperbanyak Keturunan

Memperbanyak Keturunan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (visitlawrencecounty.com)
Ilustrasi. (visitlawrencecounty.com)

dakwatuna.com – Saat ini, kita sering mendengar program keluarga berencana. Inti program tersebut bermaksud membatasi jumlah kelahiran. Adapun proses teknisnya, saat ini sudah sangat beragam. Yang saat ini terkenal dengan media utamanya, yang bernama alat kontrasepsi. Dan perlu diketahui, bahwa ide ini bukanlah ide yang baru. Karena sesungguhnya alat kontrasepsi sudah muncul sejak awal abad 19 oleh Gregory Pincus, seorang ahli biologi dari Amerika. Dahulu Gregory Pincus membuat alat kontrasepsi pertamanya, ialah pil sebesar biji saga. Hal tersebut disambut baik oleh warga Amerika, di mana banyak wanita pada saat itu yang ingin tetap menjalani hubungan seksual tanpa harus mengalami proses kehamilan.

Orang-orang yang sangat mendukung program keluarga berencana beranggapan bahwa, ini adalah salah satu upaya menahan pertumbuhan penduduk yang pesat. Mereka beranggapan bahwa ledakan penduduk harus dihindari, karena akan membahayakan siklus kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Selain ledakan penduduk mereka juga beranggapan bahwa, semakin banyak anak, maka akan semakin menyulitkan perekonomian keluarga.

Ide-ide di atas sungguh bersebrangan dengan pemahaman Islam, seperti sabda rasul :

“Menikahlah kamu, berketurunanlah, dan perbanyak keturunan, karena sesungguhnya aku akan bangga dengan jumlah kamu di antara umat yang lain (H.R. Abu Daud dan Nasa’i)

Hadits diatas dengan tegas memberi penjelasan kepada kita, agar kita memperbanyak keturunan. Karena memang pertumbuhan penduduk bumi sudah menjadi keniscayaan, dan tidak dapat dihindari. Memperbanyak keturunan juga sejalan dengan maqashid syariah (maksud syariah), yaitu hifzun nasl (menjaga keturunan). Bahwa keluarga yang menjadi basis sosial paling mendasar dalam siklus kehidupan, memiliki peran penting untuk memperluas syiar Islam. Keluarga pun harus menjadi tempat syiar pertama dan utama. Karena hubungan anak dan orangtua yang sangat dekatlah; yang menjadikan dakwah dalam tingkatan keluarga itu terikat sangat kuat. Dan tidak ada faktor pranata sosial yang lebih kuat memberi dorongan kepada seorang anak untuk berdakwah, melebihi peran keluarga.

Terlebih lagi permasalahan rezeki. Sudah jelas bahwa yang mengatur rezeki adalah Allah swt. Karena dalam sebuah hadits, rasul bersabda:

” Sesungguhnya salah seorang dari kamu sekalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat pulah hari berupa air mani. Kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging dalam waktu empat puluh hari. Lalu diutus seorang malaikat kepada janin tersebut dan ditiupkan ruh kepadanya dan malaikat tersebut diperintahkan untuk menuliskan empat perkara, yaitu: menulis rezekinya, batas umur-nya, pekerjaannya dan kecelakaan atau kebahagiaan hidupnya.”

Sehingga bukanlah alasan, bahwa banyak anak, maka akan menyulitkan perekonomian. Karena Allah pun sudah mengatur rezeki kita dari jauh-jauh hari. Bahkan pepatah lama mengatakan, ‘banyak anak, banyak rezeki’. Karena pepatah tersebut sejalan dengan ajaran Islam, bahwa seorang muslim tidak memandang rezeki hanya sebatas harta. Lebih jauh dari itu. Kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, hingga jumlah keturunan merupakan rezeki dan karunia dari Allah swt.

Sungguh, dari keturunanlah kita akan memperluas dan memperkuat dakwah kita. Bahkan ketika anak kita semuanya menjadi anak yang shalih, doa merekalah yang akan menolong kita di hari akhir kelak. Sehingga memperbanyak keturunan tidak hanya berdampak langsung terhadap kehidupan di dunia, tetapi juga kehidupan di akhirat. Semakin banyak anak shalih yang mendoakan kita, semakin banyak pula amal jariyah yang terus mengalir. Lebih bahagia lagi diri kita, jika pemeluk Islam dapat bertumbuh dengan pesat, dan pertumbuhan tersebut juga tidak terlepas dari dakwah kita di internal keluarga. Karena memang memperbanyak keturunan bukan hanya sekadar mengamalkan anjuran rasul, tapi juga menjadi modal pembangunan pilar-pilar peradaban umat Islam dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization