Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Mengapa Manusia tidak Boleh Iri?

Mengapa Manusia tidak Boleh Iri?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (zukreenazulkeplee.blogspot.com)
Ilustrasi. (zukreenazulkeplee.blogspot.com)

dakwatuna.com – Setiap manusia dianugerahkan rasa, baik itu rasa berupa kebaikan (rasa cinta, rasa damai, rasa bahagia, rasa suka, rasa sayang) maupun rasa yang tidak dibenarkan (rasa benci, rasa iri, rasa sedih, rasa rendah hati, rasa sombong) karena ketika manusia diciptakan maka Allah lengkap rasa itu melekat pada jiwa manusia. Bilamana ada manusia yang tidak memiliki rasa mungkin terindikasi tidak normal atau tidak wajar.

Hanya saja setiap rasa yang dimiliki setiap manusia berbeda-beda kadarnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, agama, pendidikan dan pengalaman. Akan lebih indah rasa yang dimiliki manusia adalah rasa ketenangan jiwa sedangkan untuk mencapai rasa tersebut, ada upaya harus dilakukan yaitu mendekati diri pada Allah dan selalu berzikir pada-Nya.

Dekat dengan pemilik rasa akan mengantar manusia pada puncak kedamaian seperti yang dirasakan oleh para pejuang Islam meskipun diberi cobaan, dihina, difitnah, dicuekin, dimarahin, bohongi dan dipenjara tetap merasa ketenang batin bahkan menghasilkan karya. Kenapa bisa memperoleh ketenangan karena rasa yang dalam jiwanya sudah dipenuhi rasa cinta pada Allah sehingga tidak sempat rasa lain untuk hadir dalam sukma. Tentu tidak semudah itu untuk meraih masa tenang, apalagi saat ini banyak faktor yang membuat manusia gelisah, was-was dan panik. Semakin panik manusia maka semakin mudah setan membujuk rayu manusia untuk melakukan hal yang dilarang oleh agama. Maka dalam Islam dianjurkan untuk selalu ingat dengan Allah melalui zikirullah.

Atas dasar kegelisahan pula mendorong manusia untuk iri atas keberhasilan orang lain atau kesuksesaan orag lain. Ketika pertemuan pekanan dapat taujih dari guru ngaji dari sekian banyak kalimat yang terlontar dari guru ngaji. Ada kalimat yang begitu singkat tetapi memiliki makna yang luar biasa, mendorong untuk kontemplasi, menyentil hati maupun pikiran dan kalimat itu pula mengerak hati bahkan pikiran untuk merajut kalimat menjadi essay agar bisa dibaca oleh seluruh dunia. Padahal dalam islam bilamana manusia masih ada iri sesungguhnya hatinya belum bersih, hati sudah mudah dipenuhi bintik-bintik hitam, mungkin hatinya masih didominasi duniawi dan orang-orang yang iri adalah ciri-ciri manusia memiliki hati yang busuk (maaf).

Jujur setiap manusia pasti pernah iri dengan berbagai alasan, yang melatar manusia untuk iri pun berbeda-beda faktornya. Ada yang iri melihat teman yang sukses, ada iri melihat teman mendapat suami yang cakep atau istri yang cantik, ada iri melihat tetangga mobil baru, ada yang iri melihat teman begitu mudah dipromosikan untuk meraih posisi tertentu, ada yang iri melihat teman punya relasi yang banyak, ada iri yang melihat anak tetangga juara, ada iri melihat teman begitu mudah mendapat pekerjaan. Hal seperti itu sangat lumrah terjadi dalam kehidupan manusia. Akan lebih elok, bila iri mampu memotivasi menjadi brilian bukan sebaliknya iri mendorong manusia untuk melakukan perbuatan tercela. Jika meminjam kalimat para motivator jadikan rasa iri sebagai gas untuk menjadi orang berilmu, jadi rasa iri sebagai gas untuk rindu dekat pada Allah, jadi rasa iri sebagai materi evaluasi diri, jadikan rasa iri sebagai momentum perubahan iman, dan jadikan rasa iri bagian upaya terus perbaiki akhlak.

Bahkan dampak dari rasa iri tersebut juga sangat berbahaya ditinjau dari sisi apapun. Baik dari perspektif agama, sosial, kesehatan, dan interaksi membuat manusia tidak normal menjalani kehidupan. Padahal dalam Islam sangat dilarang untuk iri. Kenapa tidak boleh iri, tentu teman-teman sudah tahu baik berdampak sisi dunia maupun agama. Perkenanankan untuk menjelaskan dan memberi memberi jawaban singkat kenapa manusia tidak diperkenaankan untuk iri?! Karena kita tidak tahu cobaan apa yang sudah Allah berikan kepada mereka dan kita tidak tahu cobaan apa akan Allah berikan kepada mereka nanti. Bukankah kita sering mendengar bahwa cobaan akan diiringi rezeki dan rezeki akan diiringkan dengan cobaan. Atau setiap kenikmatan akan dibarengi ujian, sedangkan setiap ujian insya Allah ganti dengan kenikmatan.

Maka dari itu jangan iri karena kesuksesaan sudah diraih meraka ada sebab-akibat, mungkin Allah telah memberi cobaan yang tidak pernah kita tahui, mungkin cobaan yang dirasakan sangat luar biasa lebih dari kesuksesaan diraih atau perjalanan perjuangan yang dilalui penuh dengan ranjau-ranjau. Jadi sangat wajar merasa kenikmatan, kebahagiaan, kesuksesaan dan penghargaan. Andailah sebelumnya belum pernah mendapat cobaan ingat entah cobaan apalagi yang akan berikan padanya. Hidup ibarat rolling coaster. Berputar-putar terus menerus, silih berganti dan terkadang nikmat serta cobaan silih berganti. Andai masih ada rasa iri atas apa yang diperoleh oleh orang lain, untuk segera menghapus rasa tersebut sebab sudah mengetahui rahasianya.

 

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Unpad dan UGM. Berprofesi sebagai Dosen, Penulis Lepas dan Penyiar

Lihat Juga

Masih Mau Neh Ngiri?

Figure
Organization