Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kang Aher: “Katakan Baik Jika Barangnya Baik, Katakan Ada yang Rusak Jika Barangnya Rusak”

Kang Aher: “Katakan Baik Jika Barangnya Baik, Katakan Ada yang Rusak Jika Barangnya Rusak”

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. (wartanews.com)
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. (wartanews.com)

dakwatuna.com – Sebelas tahun lalu, membaca kisah kisah di buku “Bukan di Negeri dongeng” itu, membuat  saya membayangkan, menyusun frame demi frame kejadiannya, benar benar berusaha menghadirkan diri di sana.

Membayangkan bagaimana susunan rumah di komplek Iqro’ itu. Beberapa sosok di buku itu sudah pernah ketemu, (Alm) Ust Rahmat Abdullah, Ust HNW, dengan Ust yang dipanggil ust Heryawan ini, ahh sama sekali belum.

Sebelum akhirnya 2008, sebelum akhirnya sosok itu menjadi calon Gubernur Jawa Barat dan terpilih.

Membayangkan sosok itu mengantri sayuran, seperti yang diceritakan di “Sang Pemimpin Belanja Sayur” membayangkan betapa sudah terbiasanya beliau dengan pasar, dengan pasar tradisional, dengan pasar rakyat.

Operasi Pasar, kunjungan ke pasar pasar rakyat, menyapa pedagang dan pembeli di sana, survey harga, bukan hal baru bagi kang Aher, jauh sebelum beliau Gubernur, sudah biasa melakukannya, ke pasar Rakyat itu.

“Kenapa disebut pasar rakyat karena di undang-undang yang baru Pasar tradisional diganti dengan pasar rakyat. Katanya kalau disebut pasar tradisional khawatir kesannya itu kumuh, kotor dan jauh dari kemajuan”

“Kalau pasar rakyat; mau tradisional, modern, pokoknya pro ke rakyat makanya disebut pasar rakyat”

“Inilah yang disebut dengan tema ekonomi kerakyatan. Hati-hati jangan sampai salah sangka, sebab dalam pikiran masyarakat kita, termasuk para pejabat kita disebut ekonomi kerakyatan yang munculnya ini ekonomi kecil, ekonomi rakyat jelata, ukm, yang kumuh, yang jauh dari hiruk pikuk moneter, yang jauh dari hiruk pikuk kebijakan fiskal, yang jauh dari hiruk pikuk unsur-unsur ekonomi makro”

“Ternyata kalau pemahaman pasar tradisional atau ekonomi kerakyatan seperti itu, pemahaman yang salah. Yang benar adalah ekonomi kerakyatan mau ekonominya mikro, mau ekonominya kecil, mau menengah, mau besar sepanjang gerak keseluruhan ekonomi tersebut  diejawantahkan, didedikasikan untuk kesejahteraan rakyat itulah ekonomi kerakyatan”

“Bahaya kalau ada ekonomi kerakyatan, rakyat kita semuanya ngurusin yang kecil-kecil, yang gede diurus batur (orang lain), diurus asing kan bahaya.  Jadi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang berorientasi menyejahterakan rakyat, menengah silakan, kecil silakan, besar juga silakan. Yang penting sepanjang perekonomian kita diejawantahkan dan didedikasikan untuk kesejahteraan rakyat kita itulah ekonomi kerakyatan.”

“Jaga perdagangan dengan baik, katakan barangnya baik jika barangnya baik, katakan ada yang rusak  jika barangnya rusak supaya ada keberkahan. Sebab kejujuran pedagang adalah  bagian dari keberkahan yang akan meletakkan keuntungan bagi pedagangnya sendiri. Penipuan, manipulasi baik manipulasi harga atau manipulasi barang, manipulasi kiloan, manipulasi kualitas, secara agama adalah perbuatan dosa, pada saat yang bersamaan tidak akan menguntungkan sama sekali”

Ada yang tergiur oleh keuntungan seakan-akan untung ketika mengurangi kiloan, padahal rugi.  Di dunia rugi, nggak akan untung sebab ketika orang yang tertipu kiloannya dikurangi ketahuan dan dia tahu, nggak akan beli lagi kesitu. Rugi kan! Hilang pelanggan. Padahal untuk mendatangkan seorang pelanggan adalah sangat mahal. Tapi gara – gara ada kecurangan, gara – gara ada penghianatan, ada kecerobohan, kemudian orang lain terugikan biasanya seumur-umur kita tidak akan dipercaya orang lain.

“Nanti di depan ada posko ukur ulang supaya ada mekanisme secara langsung manakala seseorang membeli barang di dalam pasar, kilo deui (lagi) di luar. Kalo kurang balik lagi berarti kiloannya belum diatur ulang atau sebetulnya sengaja ada pengurangan kiloan. Dan di akhirat, Allah berfirman wailullilmuthaffifiin. Neraka itu untuk muthaffifiin yaitu orang yang sering curang dalam mengukur timbangan dalam perdagangan” tutup kang Aher dalam sambutannya saat peresmian Pasar Rakyat Warung Kondang Cianjur, Jawa Barat, siang itu.

“Ah, saya jadi mengkhayal, seandainya negeri ini dipimpin oleh orang orang yang berakhlak mulia, yang mempunyai keharmonisan keluarga, yang dekat dengan anak dan istrinya, yang punya hubungan baik dengan para tetangganya, yang memuliakan wanita dan kaum papa” ujar mbak Muttaqwiati di “Bukan di Negeri Dongeng”

Sudah mbak, sudah jadi milik rakyat Jawa Barat sekarang, dan tidak berubah, masih ust Heryawan yang dulu, masih kang Aher yang dulu, yang hangat, yang harmonis, yang baik, yang memuliakan masyarakat, kita doakan semoga selalu dalam kasih sayang Allah, diberikan kekuatan mengemban amanah.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Fadly Amran: Pasar Digital Kubu Gadang Tarik Minat Kunjungan Wisatawan

Figure
Organization