Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Amanah dan Tiga Pengembannya

Amanah dan Tiga Pengembannya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (Sumber: http://portalintelektualjpans.blogspot.com)
Ilustrasi (Sumber: http://portalintelektualjpans.blogspot.com)

dakwatuna.com – Amanah adalah kata dengan sejuta makna. Ia bisa bermakna ganda sebab kata amanah bisa menjadi kata sifat dan bisa menjadi kata kerja. Kata sifat apabila di awal kalimatnya ada subjek, misalnya kalimat “Si Fulan ini adalah orang yang amanah” makna kata amanah berarti dapat dipercaya atau bertanggungjawab. Tetapi amanah bisa menjadi kata kerja apabila kata amanah menjadi subjek, misalnya pada kalimat “Sebaiknya amanah ini diberikan kepada Si Fulan” makna kata amanah ini berarti sebuah tanggungjawab atau pekerjaan. Kata ini berasal dari bahasa arab yang diadopsi ke dalam bahasa Indonesia dengan makna yang sama.

Dalam kehidupan ini kita semuanya tidak akan pernah terlepas dari amanah dari Sang Khaliq, karena hakikatnya kita hidup menjadi manusia adalah amanah dari-Nya. Bagaimana tidak? Tersebab kita yang berasal dari sel sperma ini telah terpilih oleh Allah dari berjuta sel sperma lainnya untuk menjadi pemenang dalam ‘pertarungan’ membuahi sel telur. Begitupun aktivitas dakwah maka amanah adalah sesuatu keniscayaan bagi seorang aktivis dakwah. Karena amanah merupakan tulang punggung dakwah, bagaimana mungkin dakwah ini menyebar jika tanpa amanah amar ma’ruf tak diemban oleh para dai, lalu bagaimana pula kalau amanah nahi munkar tak ada yang mengembannya? Tentu dien ini takkan pernah sampai kepada diri kita. Amanah memang memerlukan para pengembannya untuk dapat berjalan sesuai harapan Sang Pemberi. Namun para pengemban amanah tak selalu sesuai harapan, sebab mereka adalah manusia biasa yang setiap saat berpeluang melakukan khilaf dan salah. Berlandasankan teori itu para pengemban amanah ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe.

Pertama, pengemban amanah yang kuat secara teori tetapi lemah secara praktik. Pengemban tipe ini punya kemampuan retorika yang luar biasa dengan banyak referensi literatur yang ia baca, wawasannya yang luas terkadang tak jarang mampu ‘menyihir’ para pendengarnya. Namun ketika amanah itu sampai padanya, ia seolah gagap menghadapinya. Ia kesulitan mewujudkan teori-teori yang ia punya dalam benak pikirannya, program-program yang ia buat seringkali hanya sampai pada cacatan buku agenda. Salah satu penyebabnya ia tak punya cukup pengalaman dalam kerjanya dan cendrung lebih menyukai aktivitas di depan publik tetapi kurang menyukai kerja-kerja teknis lapangan. Dan yang tak kalah penting ia kekurangan tekad untuk mendistribusikan ide-idenya menjadi sebuah realita. Penulis secara pribadi merasa takut dengan tipe ini dan mengingatkan kepada kita semua terutama penulis sendiri. Untuk berusaha sekuat tenaga menghindarinya oleh karena boleh jadi ini termasuk ke dalam salah satu ciri sifat munafik sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW bahwa ciri-ciri seorang munafik adalah bila bicara ia berdusta, bila berjanji ia ingkar dan bila diberikan amanah ia khianat. Tersebab lemah secara praktik sama artinya tak menunaikan amanah dengan baik.

Kedua, pengemban amanah yang lemah secara teori tetapi kuat secara praktik. Pengemban tipe ini biasanya cendrung sukses menunaikan amanahnya dengan baik berdasarkan pemahaman yang ia dapat dari pengalaman-pengalaman praktis kerja-kerja teknis di lapangan kerjanya. Pengembannya mayoritas merupakan ‘orang dalam’ yang terlibat secara langsung di dalam aktivitas-aktivitas dari amanah yang ia emban jauh sebelum ia secara ‘resmi’ memikulnya. Tetapi kelemahan dari tipe ini pengembannya cendrung kekurangan konsep dalam pengembangan kerjanya dan sangat membutuhkan personil-personil dalam timnya yang kuat secara teori. Menurut penulis tipe kedua ini lebih baik daripada tipe sebelumnya.

Ketiga, pengemban amanah yang kuat secara teori dan kuat pula secara praktiknya. Tentu kita semua mengharapkan agar kita dapat dikategorikan ke dalam tipe ini. Namun perlu diingat pengemban tipe ini cendrung sangat sedikit sekali. Pengembannya perlu melakukan persiapan intlektual dan pengalaman sekaligus. Hal ini membutuhkan kerja keras dan disertai pula kerja cerdas. Pengembannya harus bekerja dalam dua dimensi pada waktu yang sama. Selain ia harus menyiapkan kapasitas intelektualnya dalam teori-teori dengan memperbanyak referensi literatur tentang dunia kerjanya. Di sisi yang lain iapun harus mencari pengalaman-pengalaman praktis dalam kerja-kerja teknis di lapangan. Semoga Allah senantiasa menghadirkan orang-orang yang amanah di tengah-tengah kita. Aamiin…

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa tingkat akhir di Universitas Sriwijaya. Pernah menjadi Ketua Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa Unsri 2011-2012 dan sedang proses menyelesaiankan studi.

Lihat Juga

Berbakti Pada Bunda tak Mengenal Waktu

Figure
Organization