Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Melahirkan Generasi Terbaik dari Rahim Kaderisasi

Melahirkan Generasi Terbaik dari Rahim Kaderisasi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (ummunashrullah.blogspot.com)
Ilustrasi. (ummunashrullah.blogspot.com)

dakwatuna.com –Kaderisasi bukanlah sekadar agenda penyelamatan lembaga namun penyelamatan perseorangan.”

Begitulah kurang lebih inti sebuah tulisan yang pernah terpampang di dunia maya yang ditulis oleh seorang yang sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia organisasi. Sebuah kalimat pendek yang sekiranya langsung menjadi cambuk bagi para kaderisator, staf departemen pengembangan sumber daya manusia lembaga-lembaga, ataupun bagi staf human developmen di unit usaha. Hal ini karena kini kaderisasi hanya terkesan untuk memastikan keberlanjutan dari lembaga yang bersangkutan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kaderisasi diambil dari kata kader yang bisa berarti: orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai, dsb. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kaderisasi memang merupakan usaha yang ditujukan untuk membentuk kader-kader baru yang akan menggerakan lembaga. Inilah jika melihat kaderisasi dari kacamata umum saja. Namun, bagi seorang muslim hendaklah melihat keberhasilan kaderisasi bukan sekedar dari ketersediaan stok untuk keberlangsungan lembaga. Akan menjadi suatu hal yang penting bagi seorang muslim yang memahami perannya, maka kaderisasi akan menjadi suatu pekerjaan untuk penyelamatan perseorangan dalam organisasi, bukan sekadar penyelamatan organisasi.

Dalam surat Ali Imran ayat 110 Allah berfirman, ““Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” Berdasarkan ayat itni, maka ada sebuah peran dari seorang muslim yang selayaknya senatiasa dijalani yakni sebagai dai yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Begitu pula bagi seorang kaderisator, peran dai ini harusnya senatiasa melekat dan ia kolaborasikan dalam kerja lembaganya. Maka pada akhirnya seorang kaderisaator akan sadar tanggung jawabnya untuk mengajak target kadernya menjadi pribadi yang lebih baik melalui gerak dakwahnya sekaligus gerak kaderisasinya. Terjadi peningkatan kualitas kader dapat dirasakan baik dari segi manajerial lembaga, soft skill, dan yang terpenting dari segi kualitas keimanan. Dengan kondisi ini, maka kelak akan lahirlah generasi-generasi terbaik, yang tak hanya akan memastikan keberlanjutan lembaga, namun juga memastikan nilai-nilai Islam akan terus hidup dalam lembaga tersebut.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi aktif di Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian angkatan 2012. Anak ke-2 dari bersaudara yang ingin senantiasa menjadi pembelajar dan menebar manfaat di mana saja.

Lihat Juga

Wanita Itu Ibarat Buku

Figure
Organization