Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mencari Cinta Sejati

Mencari Cinta Sejati

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Setiap orang pasti pernah merasakan cinta. Cinta kepada lawan jenis misalnya. Setiap orang akan merasa senang, gembira, tersenyum, manakala bertemu dengan tambatan hatinya. Jangankan deberi cintanya, diberi senyum saja, seseorang bisa klepek-klepek dan keGRan. Seseorang akan memberikan apa yang dibutuhkan oleh sang tambatan hati. Entah itu barang, waktu, dukungan, semuanya akan diberikan. Selain itu, seseorang akan selalu memperhatikan apa yang dilakukan oleh sang tambatan hati. Mulai dari pakaian, tindakan, omongan, dan lain semuanya.

Ada juga cinta antara orang tua dengan anak. Cinta yang terikat oleh keturunan. Betapa besar cinta orang tua kepada anak, sampai-sampai mengorbankan nyawa untuk melahirkannya. Juga meluangkan waktu kepada anak untuk mengurusinya. Tidak hanya itu, orang tua rela berpanas-panasan, hujan-hujanan untuk mencari nafkah demi sang anak. Sungguh besar sekali cinta orang tua kepada anak.

Seorang anak juga memiliki cinta kepada orang tua, meskipun tidak sebesar orang tua kepada anak. Seorang anak mau menuruti apa yang diperintahkan orang tua. Seorang anak juga selalu berusaha untuk membahagiakannya. Itulah bentuk cinta anak kepada orang tua.

Ada lagi cinta seseorang terhadap harta. Tidak diragukan lagi, bahwa kita itu sangat cinta kepada harta. Buktinya kita selalu senang ketika sedang memegang harta, entah mobil, sepeda motor, HP, laptop, uang. Pasti kita kegirangan ketika memilikinya. Saking cintanya seseorang terhadap harta, sampai-sampai melakukan cara kotor, seperti, korupsi, mencuri, mengutil, merampok, merompak. Tidak heran jika ada banyak koruptor, pencuri, pengutil, perampok, karena setiap orang itu cinta terhadap harta. Harta bisa membuat kita merasa puas dan senang.

Tapi perlu kita ingat bahwa, cinta kepada lawan jenis, orang tua, anak, harta, itu hanya sementara. Jika kita mati, semua akan hilang begitu saja. Walaupun cinta kita begitu besar kepada pasangan kita, tapi sebentar lagi akan hilang. Sama halnya dengan orang tua, anak, dan harta, semuanya akan hilang. Dengan kata lain, cinta dengan semua itu bukanlah cinta sejati. Karena sifatnya hanya sementara. Tapi jika kita cinta kepada sang pencipta, yakni Allah, maka cinta kita akan selalu terjaga sampai di akhirat kelak. Buktinya para penghuni surga itu bisa masuk surga karena memiliki “cinta kepada Allah”. Bentuk dari cinta kepada Allah adalah taat kepada-Nya, melaksanakan perintah(shalat, puasa, zakat, dll), dan menjauhi larangan. Jadi, orang yang cinta kepada Allah akan merasa tenang, damai, tidak gusar, tidak galau, dan selalu berada di jalan-Nya.

Tidak perlu diragukan lagi hikmah dan manfaat yang didapat dari “rasa cinta” kepada Allah. Pasti jauh dari keburukan, karena acap kali mau melakukan keburukan, selalu ingat Allah. Tidak akan ragu-ragu dalam melakukan kebaikan. Sekiranya itu baik, maka tak akan ada rasa takut untuk melakukannya seperti hadits Nabi Muhammad yang berbunyi “katakan yang benar meskipun pahit” (H.R. Ibnu Hibban).

Intinya, tidak ada rasa cinta yang sifatnya lama. Bahkan antara Romeo dan Juliet sekalipun yang terkenal dengan percintaannya. Mereka berdua pada akhirnya juga mati. Hanya cinta kepada Allah-lah yan dapat bertahan lama. Karena Allah adalah sumber dari cinta. karena Allah memiliki sifat maha pengasih(ar-rahman), maha penyayang(ar-rahim), maha memelihara(al-hafidz), maha mencintai (al-wadud).

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization