Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Belajarlah Memimpin Negara Seperti Nabi Muhammad SAW

Belajarlah Memimpin Negara Seperti Nabi Muhammad SAW

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Sadarkah kita, ketika sebuah Negara yang besar dan kaya seperti Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang besar. Yakni membuat warga negaranya bahagia. Sadarkah kita, musibah yang silih berganti terjadi di Negara ini, mulai dari tanah longsor di Banjarnegara, banjir setiap tahun yang dapat melumpuhkan Ibu Kota dan daerah lainnya, kebakaran hutan yang menimpa Riau dan Kalimantan, serta cuaca buruk yang dapat mejatuhkan pesawat terbang dan mengambil nyawa para penumpangnya, bisa jadi musibah itu semua adalah teguran dari Allah kepada kita dan pemimpin-pemimpin kita. Korupsi yang menimpa elit Negara, fitnah yang saling ditujukan kepada lawan politik, perebutan kursi kepemimpinan Negara karena kepentingan golongan adalah sebuah tanda bahwa Indonesia sedang mengalami krisis kepemimpinan.

Negara yang telah melewati gerbang besar yakni Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi seperti Indonesia, seharusnya sudah menjadi Negara yang dewasa dan maju seperti Negara-negara lainnya di dunia ini. Pertanyaan besarnya adalah, apa yang salah dari para pemimpin bangsa sekarang sehingga belum mampu wujudkan konsep baldatun toyyibatun warobbun ghofur (negara yang baik dan selalu dalam ampunan Allah SWT)? Sebenarnya jika para pemimpin-pemimpin tersebut mau meneladani sikap kepemimpinan Rasullah SAW, mereka akan tahu bagaimana cara membuat rakyatnya bahagia, mereka akan tahu bagaimana membuat negaranya berkah, dan mereka akan tahu bagaimana cara memimpin secakap Rasulullah SAW.

Banyak sekali hal yang perlu kita contoh dari kepemimpinan Rasulullah SAW. Karena, beliau memang diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki budi pekerti dan akhlak manusia. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang artinya: “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (ridha) Allah, (kedatangan) hari akhirat dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya…”(QS. Al-Ahzab ayat 21).

Rasulullah SAW senantiasa menunjukkan akhlak yang terpuji, sehingga beliau dapat menjadi contoh pemimpin yang sangat teladan di dunia. Ia mempunyai kepribadian yang utuh dan terpuji, yaitu Fathanah, Amanah, Shidiq dan Tabligh. Dalam kepribadiannya yang Fathanah, menandakan bahwa Rasulullah adalah sosok pemimpin yang cerdas. Cerdas dalam memimpin adalah kunci untuk menyejahterakan sebuah bangsa. Jangan sampai pemimpin yang duduk di pemerintahan adalah pemimpin yang tidak memiliki kapabilitas yang mumpuni. Sehingga mereka bukan memajukan sebuah Negara, melainkan memundurkan sebuah Negara. Selanjutnya adalah Amanah. Rasulullah adalah pemimpin yang sangat dipercaya oleh rakyatnya. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya karena kapabilitasnya yang baik dalam memimpin. Sehingga tidak ada peristiwa dimana para rakyatnya mencaci pemimpinannya, memalukan pemimpinnya, dan tidak tunduk atas perintah pemimpin. Setelah Fathanah dan amanah adalah Shidiq. Ini yang sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin, yakni kejujuran. Ketika Rasulullah memimpin, semua rakyatnya merasakan kesejahteraan yang sangat melimpah, karena Rasulullah memimpin secara jujur. Tidak ada praktik-praktik korupsi seperti sekarang ini yang membuat rakyat semakin menjerit atas penderitaan yang didapat secara tidak langsung dari para pemimpin negaranya. Dan yang terakhir adalah Tabligh yang artinya menyampaikan. Seorang pemimpin harus menyampaikan kebaikan kepada para rakyatnya. Karena Rasulullah bersabda, sampaikanlah dariku walau satu ayat.

Fenomena sekarang, banyak pemimpin yang seakan tidak meneladani sikap kepemimpinan Rasulullah SAW. Doktrin yang menyatakan, Nabi Muhammad bukan pemimpin Negara, ia tidak pantas diikuti, tidak pantas diteladani, karena Muhammad hanya seoarang pemimpin agama. Doktrin-doktirn inilah yang merubah pardigma masyarakat, bahwa Islam seakan tidak boleh masuk ke ranah Negara. Mencoba memisahkan antara agama dan Negara adalah bentuk sekulerisasi. Dan ini adalah kesalahan besar dalam berbangsa dan bernegara. Padahal Rasulullah adalah sosok negarawan yang disegani oleh dunia dari dahulu sampai sekarang.

Michael H. Hart seorang yang beragama nasrani namun sangat kagum dengan pengaruh Nabi Muhammad SAW. The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History merupakan buku karya Michael H. Hart yang diterbitkan pada tahun 1978. Buku ini memuat 100 tokoh yang ia rasa memiliki pengaruh terkuat dalam sejarah manusia. Bukunya secara hangat diperdebatkan, konsep bukunya secara luas ditiru. Penting untuk dicatat bahwa Dr. Hart tidak memasukkan orang terbesar. Kriterianya ialah yang berpengaruh. Dalam bukunya tersebut ia mencumtamkan Nabi Muhammad SAW di nomor urut satu orang yang paling berpengaruh di dunia. Ketika Rasulullah memimpin Madinah, pengaruh Islam sangat luar bisa bagi peradaban dunia. Madinah kala itu menjadi pusat imperium Islam yang terus meluas wilayahnya di penjuru dunia. Rasulullah pun membuat piagam bertulis pertama di dunia yang bernama piagam Madinah.

Rasulullah pun sangat disegani oleh kerajaaan dan kabilah di luar Madinah pada kala itu. Nabi Muhammad tegas dalam memelihara perhubungan politik menerusi dasar luar dan hubungan antara bangsa yang dipegangnya. Contohnya memberi penghormatan tertinggi kepada perwakilan dan utusan kabilah serta kerajaan luar yang datang ke Madinah. Antaranya dari Abyssinia, Byzantium dan Mesir. Rasulullah sendiri yang menjaga dan melayani mereka ketika kunjungan mereka hingga sahabat mendesak untuk turut membantu menjaga temu negara itu. Rasulullah menegaskan bahawa utusan itu adalah temunya dan dengan itu, Baginda yang memikul tanggung jawab untuk memastikan segala keperluan mereka dipenuhi.

Peristiwa-peristiwa di atas menunjukkan bahwa Rasulullah bukan hanya seorang pemimpin agama, melainkan juga pemimpin negara. Ia adalah negarawan yang paling sukses dalam sejarah dunia. Ia adalah pemimpin politik dan diplomat terbaik yang patut dicontoh oleh para pemimpin-pemimpin di Negara ini. Indonesia membutuhkan sosok pemimpin seperti Rasulullah yang dapat menjadikan Indonesia menajdi model Negara-negara Timur dan Barat kelak. Dengan meneladani sikap kepemimpinan Rasulullah, insya Allah para pemimpin bangsa ini tahu bagaimana cara menjadikan Indonesia menjadi sebuah entitas Negara yang maju dan berkeadilan.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Staf Direktorat Aparatur Negara, Kementerian PPN Bappenas | Peneliti Center for Information and Development Studies (CIDES) Indonesia | Mahasiswa S2 Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia

Lihat Juga

Sekilas Tentang Maulid Nabi SAW

Figure
Organization