Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Usai Pertemuan Qatar-Mesir, Channel Aljazeera Tak Lagi Kritis

Usai Pertemuan Qatar-Mesir, Channel Aljazeera Tak Lagi Kritis

Logo channel Aljazeera. (islammemo.cc)
Logo channel Aljazeera. (islammemo.cc)

dakwatuna.com – Doha. Channel Aljazeera Mubasher Misr, yang merupakan bagian dari channel Aljazeera yang berpusat di Doha, Qatar, kini mengalami perubahan sikap dalam pemberitaan terhadap pemerintah kudeta Mesir saat ini. Hal tersebut terjadi menyusul dilakukannya pertemuan antara pimpinan Mesir Abdulfatah As-Sisi dengan delegasi dari Amir Qatar di Kairo, turut hadir pula dalam kesempatan itu delegasi dari Saudi Arabia.

Reporter An-Nadholu Turki mengamati channel Aljazeera Mubasher Misr yang mengudara dari Mesir ini mengalami perubahan yang signifikan paska pertemuan di Kairo tersebut. Misalnya saja dalam penyebutan nama As-Sisi, kini Aljazeera menyebut As-Sisi dengan istilah “Presiden As-Sisi” setelah sebelumnya, atau tepatnya sejak paska kudeta militer yang terjadi pada tanggal 3 Juli 2013 lalu, channel berita ini menyebut As-sisi dengan istilah  “Pimpinan Kudeta Militer.” Lalu setelah As-Sisi menjadi presiden melalui pilpres, ia disebut sebagai “Presiden Terpilih setelah Kudeta.”

Sebutan “Presiden As-Sisi” ini pertama kali digunakan Aljazeera Mubasher Misr pada hari Ahad (21/12/2014) kemarin, sebutan yang digunakan untuk As-Sisi antara lain sebagai Presiden Mesir, Presiden Negara Mesir dan Presiden As-Sisi.

Perubahan lainnya juga nampak dalam penyajian berita. Berita terkait rekonsiliasi antara pihak Qatar dengan Mesir yang difasilitasi oleh Saudi Arabia berulang kali ditayangkan. Sedangkan istilah pergolakan di dalam Mesir, yang sebelumnya menyebut Kubu Oposisi menentang “Pemerintah Kudeta Mesir” kini berubah hanya menjadi “Pemerintah Mesir” tanpa mencantumkan lagi penyebutan kata “kudeta”.

Seperti yang banyak diberitakan, bahwa hubungan Mesir dan Qatar menegang paska dilengserkannya Mursi dari kursi keprisedanan yang sah pada bulan Juli 2013 lalu. Paska peristiwa berdarah tersebut, pihak Qatar menampung sejumlah petinggi Jamaah Ikhwanul Muslimin yang berpihak kepada presiden Mesir, Muhammad Mursi, serta beberapa tokoh politik pendukungnya yang pergi meninggalkan Mesir.

Perseteruan antara kedua belah berakhir setelah negara-negara Teluk mengadakan pertemuan pada tanggal 19 November 2014, hadir dalam kesempatan itu pimpinan dari Kerajaan Saudi Arabia, Qatar, Bahrain dan Kuwait. Mereka kemudian membuat kesepakatan untuk berpihak kepada Otoritas Mesir, dan berkomitmen untuk sama-sama membuka lembaran baru. (msy/imo/dakwatuna)

Redaktur: Muh. Syarief

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Wakil Direktur Studi Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir 2008

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization