Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Berbahagia dengan Mudah

Berbahagia dengan Mudah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Manusia dengan fitrahnya ingin hidup berbahagia, berbahagia atas dirinya dan orang-orang yang dicintainya. Segala upaya dikejarnya guna mencapai kata bahagia, namun terkadang seseorang belum juga meraihnya, kenapa demikian?

Karena ia belum menjadikan bahagia berorientasi pada kehidupan akhirat yang berkekalan, adapun seseorang yang mengejar bahagia dengan tidak melupakan tujuan hidup di dunia sebagai hamba Allah Ta’ala, akan dengan mudah bisa berbahagia karena sudah mengikuti perintah Tuhannya.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang. tetapi kamu memilih kehidupan duniawi. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS : Al A’laa ayat 14-17)

Sungguh berbahagia tidaklah sulit, berbahagia adalah hak setiap manusia yang Allah Ta’ala karuniakan sebuah hati di dalam dadanya. Bahagia tidaklah sesulit yang dibayangkan, karena bahagia bukanlah beban yang memberatkan setiap pundak manusia.

Siapa saja bisa dengan mudah mendapat kebahagiaan jika ia pandai menempatkan sesuatu pada tempatnya, senantiasa pandai bersyukur di saat karunia Allah Ta’ala datang padanya, pandai bersabar di saat musibah datang menimpanya, tidak luput dari mengingat akan kebesaran Allah Ta’ala dan tidak pernah iri melihat apa yang dimiliki oleh orang lain. Dengan sifat inilah manusia bisa berbahagia dengan sangat mudah.

Ibarat seseorang yang sedang mengangkat dua ember berisi air, ia tetap fokus pada apa yang sedang dibawanya, tetap membawa dua ember tersebut menuju rumahnya sampai airnya bisa dirasakan manfaatnya, adapun jika ia tergesa-gesa untuk mengambil beban lima ember, ini hanya akan memberatkannya, apalagi jika ingin mengambilnya sekaligus tentu ini akan membuatnya berjalan dengan tertatih-tatih, pada akhirnya dia akan mengalami keletihan serta kepayahan.

Pikiran dan perasaan seseorang seyogyanya harus selaras dan serasi dengan kemampuannya, jika ia baru sanggup mengangkat dua ember maka angkatlah dua ember tersebut dengan sepenuh hati hingga bisa benar-benar bisa terbawa dan jika sanggup lebih dari dua ember maka belajarlah untuk memulai proses secara perlahan dan bekerja lebih keras.

Jika hal ini dihubungkan pada realita kehidupan manusia dewasa ini, usahakan agar pikiran anda tidak terkontaminasi dengan banyaknya unsur-unsur penyebab ketidakbahagiaan. Sebagai contoh saat seseorang sudah mulai terpengaruh dengan gaya hidup berlebihan, sedangkan dia memiliki kapasitas yang terbatas dikarenakan keadaan ekonomi, maka hendaklah seseorang berbuat sesuai dengan kapasitasnya.

Jangan sampai manusia lebih mendahulukan gengsi dan citra demi mengejar gaya hidup. Karena hidup dengan kepura-puraan bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kesalahan berpikir yang bisa mempengaruhi pola hidupnya menjadi tidak terarah.

Usahlah anda iri dengan hajatan besar-besaran, acara sunatan yang meriah, hingga resepsi pernikahan yang mewah nan wah dari kerabat, sahabat, rekan dan tetangga anda. Usahlah anda silau dengan mobil mewah tetangga anda yang baru saja dibelinya, usahlah anda iri dengan rumah mewah yang baru saja direnovasi oleh sahabat anda. Usahlah anda mempunyai banyak keinginan, ingin ini, ingin itu dan ingin banyak sekali sehingga memenuhi isi pikiran anda. Hingga pada akhirnya anda selalu memikirkan yang belum ada pada anda, usahlah pusing memikirkan hal yang memang belum ada dan jangan pula mengabaikan setiap karunia yang sudah ada.

Mulailah satu persatu mengerjakan apa yang ada di depan anda daripada anda menghabiskan pikiran dan waktu anda hanya demi memikirkan bagaimana bisa seperti orang lain, bagaimanapun juga anda tidaklah mungkin menjadi orang lain, tapi menjadi lebih rendah atau lebih hebat dari orang lain itu sangat mungkin bagi anda. Jadilah diri sendiri dan mudahkanlah hidup anda sendiri dengan memposisikan diri dengan kemampuan dan potensi yang bisa melejitkan prestasi anda.

Mudahkanlah pola pikir dan pola hidup anda, karena dengan itulah anda akan dengan mudah berbahagia, memudahkan bukan berati menjadi pribadi yang tidak berdinamika apalagi malas. Kerja keras tentu diharuskan bagi setiap insan agar dia bisa mencapai mimpi yang sekarang diharapkan.

Sungguh bahagia tidaklah sulit jika seseorang memposisikan bahagia dengan dirinya sendiri, bahagia adalah saat seseorang mengukurnya dengan kapasitas dan kemampuannya sendiri bukan membandingkannya dengan prestasi atau apa yang dimiliki oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.

Anda tidak perlu gelisah, resah, cemas apalagi tidak berbahagia saat melihat tetangga anda mempunyai rumah mewah, mobil mewah dan memiliki banyak perhiasaan. Tapi cukuplah apa yang anda lihat sebagai ujian duniawi.

Bukan berarti anda tidak perlu mencontoh keberhasilan atau kesuksesan hidup seseorang, akan tetapi yang lebih penting adalah hiduplah dengan diri anda sendiri terlebih dahulu, hiduplah dengan kebahagiaan anda sendiri, karena anda tidak tahu bagaimana isi hati orang-orang yang anda kira bahagia dengan segala materi melimpah yang ada padanya atau segala deretan prestasi yang disandangnya. Sekali lagi anda tidak akan pernah tahu, karena bahagia bukanlah diukur dengan yang nampak semata melainkan bahagia diukur dengan kekayaan hati seseorang.

Sungguh bahagia tidaklah sulit jika seseorang bisa memposisikan dirinya dengan baik dan benar. Seorang muslim yang baik tentu harus mempunyai target dalam kehidupannya dan harus fokus dengan apa yang sedang dikerjakannya, bukan malah sebaliknya meratapi kesedihan di masa lalu atau takut menghadapi masa depan yang penuh lika liku sehingga menyebabkannya tidak bahagia, sulit untuk move on, berlarut dalam kesedihan serta terus pesimis dan tak memiliki keberanian untuk melangkah menjalani hidup.

Dengan kemampuan dan akal sehat yang Allah Ta’ala karuniakan, seharusnya bisa menjadi barometer seorang muslim untuk mengejar target yang hendak dicapai dalam hidupnya. Adapun jika hasil yang didapat ternyata belum sesuai dengan keinginan atau gagal dalam mencapai target, yang harus diperbuat oleh seorang muslim bukanlah bersedih hati melainkan melakukan evaluasi dan intropeksi diri.

Seseorang yang menautkan dan mencurahkan segala urusannya hanya kepada Allah Ta’ala senantiasa akan diberikan taufik dan hidayah ketika hidup di dunia, serta dimantapkan agamanya dan diberikan ketenangan hati dan pikiran serta ketegaran jiwa dalam mengarungi luasnya samudera kehidupan.

Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS : Al Baqarah ayat 112).

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung (UNISBA) & PIMRED di www.infoisco.com (kajian dunia Islam progresif)

Lihat Juga

Bersyukurlah, Maka Hidupmu Akan Bahagia

Figure
Organization