Topic
Home / Pemuda / Puisi dan Syair / Memang Harus Husnuzhan

Memang Harus Husnuzhan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Husnu-Zhan, menenangkan hati (inet)
Husnu-Zhan, menenangkan hati (inet)

dakwatuna.com

Diberi pelajaran tentang Husnuzhan,
Mungkin benar bahwa diri terlalu sok tahu tentang keadaannya sendiri.
Merasa sehat padahal sakit, mengira semangat padahal down.
Saat keinginan memuncak padahal kemampuan minim.
Saat nafsu memaksa diri “jadi baik” padahal pemahaman nol persen.
Senang saat kemauan terpenuhi, tapi lupa kebutuhan telah dilalaikan.

Marah saat Allah kata “nanti”, marah saat Allah kata “jangan”
Sok tahu tentang yang baik dan terbaik, merasa diri paling pintar.
Padahal sadar bahwa sekecil debu yang terbang pun Allah yang kendalikan.
Padahal sadar bahwa sebesar gunung yang gagah pun Allah yang menggenggam.
Mengira bahwa yang terencana baik ya harus terlaksana.
Mengira bahwa yang terencana baik ya memang yang terbaik akhirnya.
Takdir dikambinghitamkan, tutupi buruk diri yang kian menggerogoti.

Tangis, emosi, sesal, seakan benar sebagai refleksi.
Mengaburkan ilmu sabar yang seharusnya ada di awal.
Sabar. yang seharusnya ada di awal…
Menjadi benteng untuk hindari diri dari muslihat setan.

Wahai hati,
Ada kalanya Allah alihkan semangat menjadi istirahat.
Syukuri perhatian itu…
Wahai nafsu,
Ada kalanya Allah alihkan keinginan menggebu menjadi pemahaman tentang Ilmu.
Syukuri pelajaran itu…

Sekali lagi tentang Hikmah, yang banyak dibicarakan tapi sulit ditemukan.
Sekali lagi tentang teori ini, husnuzhan…
Yang sudah terlalu bosan dibahas, tapi nihil diamalkan.
Yang memberi apapun Allah, yang berhak mengambilnya pun hanya Allah.
Yang  meng-acc segala Allah, yang berhak me-reject pun hanya Allah.
Tenang saja selama hidup di bawah aturan Allah, di atas jalan Allah.

Redam nafsu, pulihkan iman, husnuzhan…
Karena semangat, kemauan, optimisme yang sudah begitu menggebu,
Boleh jadi bukan saat ini bisa direalisasi.
Mungkin ikhlas belum hadir di sana, introspeksi.
Mungkin pemahaman tentang ilmu belum mumpuni, pelajari.
Mungkin niat masih jauh melenceng dari apa yang seharusnya, luruskan.

Karena ujian, tekanan, penolakan yang terasa menyakitkan,
Boleh jadi hanya sedikit “pahit” dari obat yang pasti menyembuhkan.
Mungkin ada sombong terselip tak disadari, bersihkan.
Mungkin sabar masih sangat sedikit di dalam diri, latihlah.
Mungkin ikhtiar kurang maksimal untuk capai tujuan, optimalkan.

Mungkin, mungkin, dan mungkin.
Berjuta kemungkinan bisa dipikir, husnuzhan yang terpenting.
Berjuta teori baik biasa dituliskan, amal yang membuktikan.

Karena Allah selalu “welcome” dengan segala ke-Mahaan-Nya.
Menanti kita mendekat dan bertaubat, memberi kesempatan…
Mengiring setiap langkah kebaikan dan menegur di kala khilaf datang…
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?”

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pelajar Abadi yang sedang menjadi Mahasiswi di Fakultas Farmasi UMS. Mahasantri di Pesantren Mahasiswa KH.Mas Mansur. Senang Menulis, Senang Mengajar. Mencari dan Membagi Ilmu untuk Ummat. Cirebon-Solo.

Lihat Juga

Di Dalam Gerbong 8 Kereta Jakarta-Depok: Berbaik Sangka Lebih Baik

Figure
Organization