Topic
Home / Berita / Opini / Menakar Kepahlawanan Kita

Menakar Kepahlawanan Kita

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

pahlawandakwatuna.com –  Setiap tanggal 10 November, kita memperingati hari Pahlawan. Ya, hari penting dan sangat bersejarah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peringatan hari Pahlawan kali ini, hendaknya memberi makna yang mendalam bagi kita semuanya terutama bagi para wakil rakyat. Apalagi di tengah carut marut perpolitikan nasional yang semakin membara dengan terjadinya dualisme kepemimpinan DPR. Hal ini telah menambah catatan kelam yang menciderai keindahan demokrasi Indonesia.

Sederetan dagelan politik yang memalukan sekaligus memilukan justru dipertontonkan wakil rakyat dengan jelas dan disiarkan media secara massif. Setelah rakyat menyaksikan ketidakcerdasan mereka dalam mengelola perbedaan. Kemudian muncul lagi insiden tragis waktu pemilihan pimpinan alat kelengkapan DPR yang seharus tidak perlu terjadi. Begitulah drama politik yang tak indah ini dilakoni oleh bintang Senayan yang nyata-nyata bertolak belakang dengan semangat kepahlawanan.

Sangat ironis, wakil rakyat sejatinya dapat membahagiakan hati rakyat dengan etos kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas kedewanan namun yang terjadi justru malah membuat kegaduhan politik dengan membuat pimpinan DPR tandingan. Ini nyata-nyata inkonstitusional karena tidak ada landasan hukumnya sekalipun atas dasar kekecewaan atau tidak proporsionalnya pembagian pimpinan anggota legislatif tersebut.

Oleh karena itu, kehadiran peringatan hari pahlawan ini, hendaknya dapat mengukur atau menakar kepahlawanan kita. Apakah kita layak disebut sebagai seorang pejuang dan pahlawan bangsa atau justru sebaliknya. Jawabannya tentu ada pada diri kita masing-masing. Namun yang jelas sebagai anak bangsa, apapun profesi kita, bagaimanapun level kepemimpinan kita, maka harus mampu memahami makna Hari Pahlawan dan meresapi nilai-nilai kepahlawanan yang terkandung di dalamnya.

Kita harus kembali menelusuri sejarah panjang perjuangan bangsa ini..Bagaimana perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Luar biasa! Mereka telah mempersembahkan sesuatu yang indah dan sangat berharga buat negeri tercinta ini yang telah kita nikmati. Nah, kini tinggal peran dan kerja nyata kita dalam melanjutkan perjuangan mereka dengan membangun negeri menuju kemerdekaan yang hakiki.

Menelusuri Jejak Hari Pahlawan

Kenapa tanggal 10 November dijadikan sebagai momem peringatan hari pahlawan? Ya, karena pada tanggal tersebut, 69 tahun yang lalu, terjadi pertama kalinya pasukan Indonesia melakukan perang melawan tentara sekutu setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Selain itu merupakan pertempuran terberat dan terbesar sepanjang sejarah Revolusi Nasional Indonesia. Setelah Indonesia merdeka dan mengalahkan tentara Nica. Perjuangan anak bangsa bukannya berakhir namun justru semakin menggelora untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah ada.

Dengan alasan melucuti senjata Jepang dan memulihkan keamanan Indonesia, tentara sekutu yang dikomandani Inggris memasuki Jakarta dan kemudian menduduki kota Surabaya. Ternyata, semua itu hanya sebagai alasan untuk mengembalikan Indonesia sebagai negeri jajahan Belanda. Hal ini terbukti dengan hadirnya kembali tentara Belanda dalam koalisi tentara sekutu tersebut. Ditangkapnya pejuang Indonesia dan adanya ultimatum agar seluruh pejuang menyerahkan senjatanya menunjukkan kebusukkan misi koalisi tersebut.

Para pejuang menolak dengan tegas tentang ultimatum tentara Sekutu, karena ini dianggapnya sebagai penghinaan dan pelecehan terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Apalagi setelah terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang bertanggung jawab untuk mempertahankan kemerdekaan negeri. Maka para pejuang bahu-membahu mengadakan perlawanan terhadap tentara sekutu yang telah membombardir kota Surabaya.

Bung Tomo dengan pasukannya (arek-arek Suroboyo) mampu memberikan perlawanan hebat. Walaupun persenjataan yang dimiliki sangat sederhana namun berkat semangat yang membara dan keinginan kuat untuk tetap merdeka. Bung Tomo secara heroik mengobarkan semangat perjuangan para pemuda dan pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Teriakan takbir dan desingan peluru berpadu, menggetarkan nyali penjajah untuk menyerah pada pahlawan bangsa. Akhirnya, usaha ini berbuah manis dengan hengkangnya pasukan sekutu dari negeri pahlawan ini.

Mewujudkan Nilai-nilai Kepahlawanan

Banyak nilai-nilai kepahlawanan yang kita butuhkan dalam membangun negeri untuk mewujudkan cita-cita proklamasi. Dengan nilai-nilai tersebut tentu kita juga dapat mempersembahkan sesuatu yang berharga untuk negeri tercinta sebagaimana yang telah diberikan oleh pahlawan tempo dulu. Adapun nilai-nilai penting itu meliputi:

Pertama, berjuang sekuat tenaga. Untuk mewujudkan tujuan kemerdekaan yang benar maka semua kita bertanggung jawab dan berusaha memberikan yang terbaik untuk negeri ini. Sungguh, kemerdekaan yang kita nikmati sekarang bukanlah hadiah dari penjajah atau pemberian cuma-cuma dari mereka. Namun didapat berkat perjuangan yang amat dahsyat dengan mengorbankan harta benda bahkan jiwa raga. Maka dari itu, kita juga hendaknya mampu berbuat seperti para pejuang atau pahlawan bangsa, tentu dalam membangun negeri tercinta ini.

Kedua, rela berkorban. Sebagai konsekwensi perjuangan maka pengorbanan sangat dibutuhkan. Mustahil kita akan mendapat hasil perjuangan yang maksimal tanpa pengorbanan. Bagaimana hendaknya kita mampu berkorban untuk bangsa dan negara ini dengan cara menghargai jasa-jasa para pahlawan, membangun negeri dengan politik yang santun, menghargai hasil demokrasi, bangga dengan karya anak bangsa, membayar pajak, bahkan berkorban jiwa raga dari ronrongan dunia luar dan gangguan dari dalam negeri.

Ketiga , mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa. Persatuan dan kesatuan adalah hal yang penting. Tidaklah negeri ini merdeka tanpa persatuan dan kesatuan. Dengan persatuan dan kesatuan, negara kita bisa kuat dan beribawa di mata dunia. Maka dari itu, marilah kita membina persatuan dan menjauhi perpecahan. Jangan sampai perbedaan partai politik, suku bangsa dan agama membuat kita bercerai berai tetapi justru hendaknya menjadi kekuatan besar dalam keberagaman yang indah untuk membangun kejayaan bangsa.

Selamat hari pahlawan! Terima kasih wahai para pahlawan bangsa. Semoga engkau berbahagia di alam sana. Aamiin.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Batusangkar tanggal 28 September 1967. SD sampai SMA di Batusangkar dan menamatkan S1 pada Fakultas Tarbiyah IAIN �Imam Bonjol� Batusangkar. Tamat April 1993 dan kemudian mengajar di MTSN Batusangkar sebagai tenaga honorer. Tahun 1992-2005 aktif mengelola kegiatan Pendidikan dan Dakwah Islam di bawah naungan Yayasan Pendidikan Dakwah Islam Wihdatul Ummah. Tahun 1995 bersama aktivis dakwah lainnya, mendirikan TK Qurrata A�yun , tahun 2005 mendirikan SDIT dan PAUD. Semenjak tahun 1998 diangkat sebagai guru PNS dan mengajar di SMAN 2 Batusangkar sampai sekarang. Tahun 2012 mendirikan LSM Anak Nagari Cendekia yang bergerak di bidang dakwah sekolah dan pelajar diamanahkan sebagai ketua LSM. Di samping itu sebagai distributor buku Islami dengan nama usaha � Baitul Ilmi�. Sejak pertengahan Desember 2012 penulis berkecimpung dalam dunia penulisan dan dua buku sudah diterbitkan oleh Hakim Publishing Bandung dengan judul: "Daya Pikat Guru: Menjadi Guru yang Dicinta Sepanjang Masa� dan �Belajar itu Asyik lho! Agar Belajar Selezat Coklat�. Kini tengah menyelesaikan buku ketiga �Guru Sang Idola: Guru Idola dari Masa ke Masa�. Di samping itu penulis juga menulis artikel yang telah dimuat oleh Koran lokal seperti Padang Ekspress, Koran Singgalang dan Haluan. Nama istri: Riswati guru SDIT Qurrata A�yun Batusangkar. Anak 1 putra dan 2 putri, yang pertama Muthi�ah Qurrata Aini (kelas 2 SMPIT Insan Cendekia Payakumbuh), kedua Ridwan Zuhdi Ramadhan (kelas V SDIT ) dan Aisyah Luthfiah Izzati (kelas IV SDIT). Alamat rumah Luak Sarunai Malana Batusangkar Sumbar.

Lihat Juga

Keikhlasan Dalan Kerja Dakwah

Figure
Organization