Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Doa Seperempat Abad

Doa Seperempat Abad

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (textures8.com)
Ilustrasi. (textures8.com)

dakwatuna.com – Nanar mata bening wanita paruh baya itu menatap lelaki di hadapannya. Tak tertahan air yang memenuhi bendung kelopak mata pun tumpah ruah. Berisik isaknya setelah beberapa menit tertahan membuat lelaki yang tadinya asyik muraja’ah hafalan Al-Qurannya, menoleh ke arah sang wanita dengan ekspresi kaget sambil berpindah menghampiri.

“Ummi kenapa?” sapa lembut lelaki itu, sambil menyentuh bahu sang wanita. Guncangan akibat tangis semakin menjadi. Suaminya hanya merangkul hangat hingga ia mereda. Memang bukan air mata pertama. Isak yang sama sering disaksikan sang suami di setiap sela khalwat istrinya berdua dengan sang Rabb di setiap 1/3 malam. Ia pun mereda.

“Abi…” serak berat suara wanita itu mulai menyusun kata. Masih dalam pelukan suaminya dengan romantisme yang masih sama seperti usia muda pernikahan.

“Abi…terima kasih telah hadir dalam hidup ummi. Syukur tak putus selalu ummi lantunkan kepada-Nya atas nikmat terbesar pengabulan doa ummi ¼ abad lalu. Dia yang Maha Baik benar-benar mengijabah doa ummi…tentang abi.”

“Memangnya apa doa ummi dulu?” jawab si suami dengan sikap cool menyembunyi rasa penasaran, sambil mengelus kepala bidadari yang masih mendekap.

“Abi, ummi ini bukanlah seorang yang baik pengetahuan agamanya. Tapi Dia beri ummi hidayah rindu pada-Nya, hingga ummi meminta pada-Nya dalam rangkai doa jodoh pecinta Allah. Ummi minta jodoh pecinta-Nya, yang bersamanya ummi semakin mencinta-Nya, yang bersamanya ummi bisa mendidik anak-anak yang Dia titipkan menjadi penjaga Al-Quran dan ummi pun bisa menyelesaikan hafalan juga, yang bersamanya keluarga kecil ini bermanfaat untuk umat, dan pada akhirnya semua ini mengantarkan kepada nikmat yang tiada tandingnya, nikmat bertemu Allah dan ummi merasakan setiap perubahan itu. Salah satu nyatanya di hidayah Al-Quran yang Allah titipkan di hati anak anak kita. Semoga Allah ridha dengan segala yang ada pada kita dan selalu dituntun-Nya”.

Ungkapan itu menyihir lelaki yang di panggil abi. Malu merona. Balik dia tertegun. Frekuensi iman yang sama akan menyatu dalam getar yang sama pula. Perlahan ia usap sendiri air mata di pipinya, menyembunyi dari sang istri terkasih.

“Maafkan abi karena tidak sempurna. Maafkan abi dengan segala kekurangan. Maafkan abi jika tidak bisa jadi wasilah menjembatani impian agungmu nanti,” getar suara bassnya menimpali. Rangkulnya semakin mengerat pada bidadari penyejuk hati. Ingatan lelaki berwajah teduh itu melayang ke doa ¼ abad silam yang rupanya mirip dengan lantunan sang istri. Berkali kali hatinya bertakbir. Indahnya rencana Allah ¼ abad silam. Dan tak ragu ia meminang gadis yang ia kenal lewat proposal pernikahan pertama yang ia terima, pertama menggetarkan hati akan visi misi sang gadis dengan segala orientasi ke sang Rabb. Dengan lafazh niat karena Allah dia memberanikan diri membulat khitbah setelah istikharah. Dan sungguh rencana-Nya sempurna.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Menyelesaikan pendidikan S1 di biologi Universitas Riau dan S2 di Biologi Tumbuhan IPB. Hobi menulis telah dimulai sejak SMP. Pernah aktif di beberapa buletin kampus saat S1. Saat ini telah mengabdikan diri sebagai Madrasatul ulla untuk anak2. Mencoba menjaga produktivitas, kebermanfaatan diri untuk berbagi kebaikan lewat tulisan. Semangat untuk terus menulis dibangun dengan bergabung di komunitas Rumah Belajar Menulis IIP (Insititut Ibu Profesional) Bogor.

Lihat Juga

Inggris Terapkan Hukum Syariah untuk Pertama Kalinya

Figure
Organization