Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Pemuda, Bangunlah, Berbuatlah untuk Bangsa!

Pemuda, Bangunlah, Berbuatlah untuk Bangsa!

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: tribunnews.com)
Ilustrasi. (Foto: tribunnews.com)

dakwatuna.com – “Pemuda sebagai generasi penerus bangsa” telah menjadi kalimat yang sering kita dengar. Konotasinya positif, namun mari melihat fakta yang terjadi.

Sebuah kisah menyakitkan yang tak pernah lekang dari ingatan, UIN Sunan Kalijaga sempat membuat geram umat muslim Indonesia dengan sensasi dalam tema OSPEK mereka, “Tuhan Telah membusuk” dan mereka adalah pemuda. Lanta apa mereka akan menjadi generasi penerus bangsa? Sudikah apabila bangsa ini dikuasai oleh orang-orang seperti itu? Tidak berhenti di sana, menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi pada tahun 2013 Indonesia telah menduduki peringkat pertama pengakses situs-situs porno. Yang lebih menyedihkannya lagi menurut riset sebanyak 68% siswa sekolah dasar di Indonesia telah mengakses situs-situs terlarang.

Mari merenung bersama, sudah sebanyak apakah kerusakan moral yang terjadi di negeri kita ini? Bibit yang rusak apakah akan mampu tumbuh? Apakah yang bisa memberi manfaat?

Tentu kita bersedih terhadap fakta-fakta di hadapan. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia nampak penduduknya tak mampu memikul keagungan julukan tersebut. Para pemudanya sibuk dengan santai-santai, bermalas-malasan, berfoya-foya, memenuhi nafsunya semata. Kuliah hanya sekadar kuliah. Tidak ada waktu yang berkualitas akan tetapi kian membobrokkan diri. Datang ke kampus terlambat, tidak ada semangat, tugas menjiplak, ujian lirik kiri kanan lupa adanya malaikat. Pulang kuliah hang out tidak karuan menghamburkan uang orang tua untuk hal-hal tidak bermanfaat.

Tentu ini semua terjadi karena hilangnya rasa tanggung jawab. Tanggung jawab atas diri sendiri, atas orang tua, atas bangsa dan negara, terlebih atas Allah subhanahu wa ta’ala. Manusia yang kehilangan rasa tanggung jawabnya bak hilang jati diri. Hidupnya tak tentu arah tanpa tujuan. Ini yang terjadi terhadap sebagian besar pemuda Indonesia. Orientasinya hanya untuk dirinya sendiri; kuliah, kerja, menghasilkan uang. Lupa memikirkan masyarakat sekitar apalagi negara Indonesia yang besar.

Sebagai mahasiswa kampus STIU Al-Hikmah, sudah selayaknya kita tidak bersikap apatis terhadap segala sesuatu yang terjadi di negeri ini. kepedulian kita tak sebatas turut prihatin namun turut membawa perubahan. Ishlah negara Indonesia juga menjadi tugas kita. Mau tidak mau, suka tidak suka. Sebab kita hidup di Indonesia. Baik buruknya pemimpin Indonesia juga menjadi urusan kita sepenuhnya. Sebagai mahasiswa kampus Islam kitalah yang lebih tahu kriteria pemimpin yang sesuai syariat. Jadi, apakah dibenarkan apabila kita temui kesalahan terhadap pemimpin negara dan kita hanya berpangku tangan?

Jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang hanya gemar mencemooh, namun tidak melakukan perubahan. Padahal kita memahami dengan baik hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُفَيَّرْهُ بِيَدِهِ افَاِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَا نِهِ, فَاِلَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ, وَ ذَ لِكَ أَضْعَفُ اْلاءِيْمَانٍ”

“barangsiapa yang melihat kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tanganya, jika tidak mampu, hendaklah dengan ucapannya, jika tidak mampu juga, dengan hatinya, namun hal itu adalah selemah-selemahnya iman.”

Apabila kita ingin mengubah kemungkaran dengan tangan kita, setidaknya kita harus memiliki kekuasaan. Demi Allah, kekuasaan tak mampu digapai dengan hanya diam saja. Laut lepas sebenarnya adalah muara dari sampah-sampah yang menggunung, namun karena hakikat air senantiasa bergerak itulah mengapa laut tetap indah dan anggun dengan pesonanya. Bergerak ia terus bergerak tak membiarkan gunungan sampah mencoreng wajahnya. Bergerak, maju, dan berkuasa.

Sebagai mahasiswa, hal minimal yang bisa tangan kita lakukan adalah mengajak orang-orang terdekat untuk turut peduli dengan apa yang sedang terjadi di negeri kita ini, menulis artikel-artikel bermanfaat, mengkritisi pemerintah dengan cara yang cerdas dengan tujuan membangun. Dan tentu saja yang paling fundamen adalah menerapkan syariat Islam secara sempurna terhadap diri kita terlebih dahulu. Sederhananya, “Sudahkah kita selalu duduk saat makan dan minum?”

28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda dibacakan,

Sumpah Pemuda
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia..

Terangi hati kami, sebagaimana Engkau menerangi hati Rasul-Mu yaa Allah.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Seorang yang menjadi thalibah aktif di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Al-Hikmah, Jakarta. Ketua Qism Lughah BEM STIU Al-Hikmah, Anggota Dept Kaderisasi KAMMI Komisariat Al-Hikmah. Tergabung dalam Fosil Alumni Rohis Asy-Syifa SMAN 2 Cibinong, menjadi mentor dan pengajar tahsin dan tahfidzh Al-Qur`an.

Lihat Juga

Principal’s Award, Apresiasi untuk Anak-anak Berprestasi

Figure
Organization