Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sukses Itu “To Be”, Bukan “To Have”

Sukses Itu “To Be”, Bukan “To Have”

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Mari menyimak sedikit uraian tentang betapa besarnya karunia Allah kepada kita, betapa banyaknya nikmat yang telah dicurahkan oleh Allah kepada kita, dan betapa agungnya penciptaan Allah pada diri kita. Sekaligus menggali arti; apakah yang harus kita lakukan sebagai bukti adanya kesyukuran di dalam hati. Dan, yang lebih penting; apa itu kesuksesan sejati?

Sungguh, satu kesalahan yang sangat besar apabila ada yang menganggap bahwa kesuksesan itu terukur dari apa yang dimiliki. Ini kesalahan fatal. Salah persepsi seperti ini akan membawa orang pada kehancuran, penyesalahan, dan ketidakbermaknaan. Mari kita menyimak firman Allah berikut:

“Bermegah-megah telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Kemudian, sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti. Niscaya kamu benar-benar melihat neraka Jahim. Kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).” (QS. At-Takatsur; 1-8)

Kemegahan dalam apa saja? Di dalam terjemahan Al-Quran bahasa Indonesia dijelaskan; kemegahan dalam soal banyak anak, harta, pengikut, kemuliaan, dan sebagainya. Sehingga semua itu melalaikan banyak manusia dari mengingat Allah.

Rasulullah saw adalah teladan yang dipilihkan oleh Allah untuk manusia sepanjang zaman. Kata Allah di dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21; “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik.”

Manakala Allah telah memilihkan bagi kita seorang teladan, maka selamanya tidak akan ada teladan yang lebih baik untuk diikuti daripadanya. Termasuk dalam menjalani kehidupan di dunia. Tentunya, kita menginginkan tercapainya kesuksesan, sebab dengannya kehidupan kita ini akan menjadi berarti. Maka, ketahuilah, memahami arti kesuksesan itu adalah setengah jalan menujunya.

Bagaimanakah kita memahami apa itu kesuksesan sejati?

Lihatlah Rasulullah saw. Beliau dan para sahabatnya adalah orang-orang yang paling sukses hidupnya. Mereka adalah orang yang telah menggenggam kesuksesan sejati.

Apa sebabnya mereka dikatakan sukses sejati? Bukan, bukan karena tumpukan harta. Bukan karena tingginya popularitas. Bukan karena banyaknya pengikut. Bukan karena mewahnya fasilitas. Bukan karena nikmatnya kehidupan di dunia. Tapi, apa? Mereka telah mendapatkan kesuksesan karena mereka telah dijaminkan oleh Allah bertempat di surga. Selama di dunia pun mereka telah mendapatkan ridha Allah. Sungguh, inilah kesuksesan sejati. Tidak bisa dibeli, meskipun seluruh gunung di dunia ini dijadikan emas untuk membelinya.

Rasulullah saw dan para sahabatnya tidak pernah menahan apa yang ada pada diri mereka untuk dinikmati sendiri. Tapi semua karunia yang Allah berikan kepada mereka dijadikan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah. Kita tentu ingat, di antara para sahabat banyak hartawan, miliarder, atau sebutan lainnya. Namun, mereka mulia bukan karena banyaknya harta. Mereka mulia karena menggunakan hartanya untuk beribadah kepada Allah. Mereka menafkahkan hartanya di jalan Allah. Bahkan, mereka telah menjual diri mereka sendiri untuk Allah ‘Azza Wa Jalla.

Begitulah seharusnya kita bersikap. Harta yang ada pada diri kita semestinya kita gunakan untuk beribadah kepada Allah. Jangan ditahan-tahan. Jika bertemu dengan orang yang membutuhkan, bersedekahlah. Jika suatu saat kita bertemu pada suatu keadaan yang menuntut wakaf, maka wakafkanlah sebagian harta yang kita punya. Terlebih, berzakatlah apabila telah sampai haul dan nisabnya.

Saudaraku sekalian, harta itu sifatnya tidak statis di tangan seorang muslim. Harta mereka tidak menjadi mudharat karena tidak ditahan dan dihambur-hamburkan. Mereka akan menafkahkannya untuk kebaikan, untuk beribadah di jalan Allah, untuk membantu sesama, dan untuk memudahkan mereka melakukan ibadah yang menuntut sejumlah uang seperti haji, umrah, membebaskan budak, bersedekah, dan sebagainya.

Inilah jalan kita. Jalan yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Semoga kita pun mendapatkan kesuksesan sejati—sebagaimana beliau saw dan para sahabatnya—di akhir kehidupan kita nanti. Mudah-mudahan pula, kelak Allah memperkenankan kita dengan rahmat-Nya untuk bergabung bersama mereka di surga-Nya. Amiin.

Tulisan ini terinspirasi dari buku motivasi Islami; “Beginilah Sang Pemenang Meraih Sukses” [Quanta (Elex Media Komputindo); 2014]

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan USU. Ketua �Al-Fatih Club�. Murid. Penulis. Beberapa karyanya yang sudah diterbitkan; Istimewa di Usia Muda, Beginilah sang Pemenang Meraih Sukses, Cahaya Untuk Persahabatan, dan lain-lain

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization