Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ikuti Prosedur Ta’aruf, Agar Menikah jadi Berkah

Ikuti Prosedur Ta’aruf, Agar Menikah jadi Berkah

Ilustrasi. (kawanimut)
Ilustrasi. (kawanimut)

dakwatuna.com – Saya yakin siapapun tak terkecuali, tentu ingin merasakan yang namanya sebuah pernikahan. Namun, tak mudah untuk menuju pintu gerbang pernikahan yang katanya hanya ingin sekali seumur hidup.

Beragam cara ditempuh oleh sebagian orang untuk bisa segera menikah. Ia berusaha sendiri mencari kenalan dari media sosial atau minta tolong melalui temannya untuk dicarikan pasangan. Apakah itu salah? Tidak! Namun, bagaimanapun prosesnya, prosedur taaruf (dibaca: perkenalan) harus tetap berlaku.

Namanya orang sedang berikhtiar mencari pasangan jiwa, yang utama muncul adalah kecondongan emosi jiwanya. Karena bisa jadi orang yang ingin segera menikah bukan karena ia sudah siap melainkan ada sebuah emosi yang timbul akibat tekanan dari luar yang mendesaknya untuk segera menikah. Misalnya tekanan dari orangtua yang katanya ingin segera menimang cucu, atau tekanan dari masyarakat yang tidak menghendaki adanya perawan tua atau bujang lapuk.

Padahal menikah bukan karena sebuah tekanan. Seharusnya hasrat untuk menikah karena ingin menyempurnakan separuh agama dan sebagai bentuk penjagaan diri. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan pertama kali dalam mencari pasangan adalah membersihkan niat karena Allah. Luruskan niat bahwa menikah adalah sebagai ibadah semata untuk mencari ridha-Nya. Tidak mudah menerima “calon pasangan” kita apa adanya, apabila yang kita cari ternyata tidak sesuai dengan “kriteria” yang diharapkan. Di sinilah ujian pertama keikhlasan kita untuk bisa menerima ketidaksempurnaan dari calon pasangan.

Selanjutnya adalah menjaga kesucian proses perkenalan atau ta’aruf sesuai dengan rambu-rambu syariat seperti tidak boleh berkhalwat, harus menjaga pandangan, menjaga aurat dll. Seseorang yang berada dalam proses ta’aruf juga harus memiliki kejujuran. Kedua belah pihak diperbolehkan menanyakan apa saja yang dibutuhkan untuk mengarungi rumah tangga nantinya contohnya mengenai keadaan keluarga masing-masing, prinsip dan visi misi hidup, sesuatu yang disukai dan tidak disukai dll. Selain itu prosedur ta’aruf lainnya adalah kedua belah pihak harus serius dan sopan dalam berbicara serta menghindari membicarakan hal-hal yang tidak perlu.

Jika sudah ada keputusan atau hasil akhirnya; menerima atau menolak mesti disampaikan dengan cara yang baik. Bila selama ta’aruf ditemukan kecocokan maka akan dilanjutkan ke jenjang selanjutnya, namun jika selama ta’aruf tidak ditemukan kecocokan maka si calon bisa menyudahi ta’aruf dengan cara yang baik dan menyatakan alasan yang masuk akal. Jangan sampai membuat calon menunggu lama, karena akan dikhawatirkan calon akan sangat kecewa karena telah berharap lebih.

Ta’aruf yang baik dan sesuai syariat sebenarnya adalah proses perkenalan yang dilakukan dengan perantara. Mengapa? Karena jika tanpa adanya perantara dikhawatirkan rentan dari kebersihan hati. Bila ta’aruf dilakukan hanya berdua saja maka semua hal bisa saja terjadi. Kata-kata yang tidak sepatutnya dikeluarkan atau diumbar akan begitu mudah terlontarkan.

Perantara bisa melalui orang terdekat kita. Bisa dari orangtua, keluarga atau saudara dan bisa juga dengan bantuan teman kita. Dengan adanya perantara maka akan membantu mempertegas proses ta’aruf. Seorang perantara akan membantu memberikan batas waktu kepada pasangan ta’aruf, kapan deadline ta’aruf, kapan ta’aruf selanjutnya dilakukan, kapan pertemuan dengan orang tua, kapan acara lamaran dll. Semuanya tentu akan lebih menjadi jelas dan tidak berlama-lama ketimbang ta’aruf hanya dilakukan berdua saja.

Selain itu, sebaiknya yang menjadi perantara adalah orang yang telah menikah karena tentunya ia sudah mengetahui proses menuju pernikahan dan untuk menghindari fitnah yang terjadi dengan salah satu calon ta’aruf.

Suatu hari saya pernah mendapat pertanyaan dari teman saya. “Apakah dengan sekali ta’aruf langsung nikah bisa menjamin keluarga menjadi SAMARA?” Lalu, kalau saya balik bertanya bahwa “Apakah dengan pacaran bertahun-tahun akan terjamin pernikahannya nanti langgeng dan awet?”. Maka tentu jawabannya “Tidak ada yang bisa menjamin apa-apa kecuali jika Allah yang menghendaki dan tergantung dengan usaha suami istri tersebut dalam memperjuangkan sebuah hubungan agar menjadi keluarga yang SAMARA”. Mengapa sih, kita harus menjerumuskan diri ke dalam tindakan sia-sia yang disebut dengan pacaran jika tindakan tersebut juga tidak menjamin apa-apa malah hanya akan menambah dosa untuk kita?

Jaga hati.. jaga diri..
Godaan setan selalu menyelinap di sini.
Kencangkan kembali..
Sabuk iman kita sejak dini.
Agar penyesalan tiada nanti.

Saya rasa, di luar sana banyak pasangan yang hanya ta’arufan lalu beberapa kali bertemu dan akhirnya memiliki keluarga SAMARA. Kalau sosal cocok tidak cocoknya antara pasutri yang harus dipersiapkan adalah hati. Butuh keyakinan kuat dengan proses yang dijalani untuk memegang komitmen bahwa inilah pilihan saya, dan saya harus siap dengan segala resikonya. Tentu semua itu dibarengi dengan doa yang dipanjatkan untuk diberi kelanggengan dalam rumah tangga. Namanya menikah tidak melulu harus sempurna, saling belajar dan mencoba mencari kesamaan dan jalan keluar yang terbaik jika ada pertengkaran. Kuncinya adalah ikhlas dalam menjalaninya tanpa paksaan, ikhlas dengan pilihan dan ikhlas menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan.

Semoga Allah memudahkan ikhtiar bagi yang ingin segera menikah.. Tempuhlah dengan cara yang benar dan sesuai syariat agar jalannya mudah dan peroleh berkah.

Pernikahan.. bukanlah akhir dari sebuah cinta. Justru pernikahan adalah awal dari sebuah cinta. Karena dengan pernikahan, cinta yang sesungguhnya akan dibuktikan dan diperjuangkan oleh pasangan suami istri tersebut.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Fulltime mother yang sedang asyik mengurus seorang putra, senang menulis dan mengembangkan kemampuan diri menjadi seorang pembicara atau moderator acara kemuslimahan. Mengisi kesehariannya dengan mengelola web islami dan usaha Rumah Koleksi Antaradin yang bergerak di bidang fashion islami.

Lihat Juga

Bukan Mau tapi Siap, Inilah 4 Hal yang Wajib Dilakukan Muslimah Sebelum Menikah

Figure
Organization