Topic
Home / Berita / Opini / Bukan Sekadar Berdaulat Pangan Tetapi Juga Berdaulat Pangan Halal

Bukan Sekadar Berdaulat Pangan Tetapi Juga Berdaulat Pangan Halal

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

halal muidakwatuna.com – Peringatan Hari Pangan Sedunia yang jatuh tepat setiap tanggal 16 Oktober, mengingatkan akan salah satu misi keumatan yang belum juga terwujud hingga kini yaitu pangan yang tercukupi bagi semua masyarakat. Kecukupan pangan yang dalam tatanan nasional bisa diimplementasikan dalam bentuk ketahanan pangan atau kedaulatan pangan. Kondisi Indonesia kini masih menganut konsep kedaulatan pangan, artinya kecukupan pangan dalam negeri bisa tercukupi dari mana pun termasuk dengan importasi. Tingginya tingkat importasi berbagai bahan makanan seperti beras, garam, daging, gandum, dan bahan pangan lain membuat konsep kedaulatan pangan ingin segera terwujud dengan harapan Indonesia bisa benar-benar merdeka serta tiada lagi penghambaan terhadap negara eksportir. Hal ini didukung dengan kenyataan di lapangan bahwasanya sumber daya memang ada namun butuh penanganan yang lebih telaten. Hingga pada saatnya nanti semua umat mampu makan cukup, dari tingkat akar rumput hingga pejabat negara.

Meskipun geliat perjuangan kedaulatan pangan mulai terasa gregetnya baik dari tingkat akademisi hingga pemerintahan, namun rasanya ada yang kurang sreg jika tidak dibarengi dengan jaminan bahwa pangan yang beredar adalah makanan-makan yang halal. Rasa sreg yang muncul karena bisa menjalankan perintah Allah. Apalagi bagi seorang muslim, bagaimana bisa dia acuh dengan apa yang ia masukkan ke dalam perutnya? Maukah ia menjadikan dagingnya sebagai bahan bakar api neraka? Maukah akhlak yang menghiasi dirinya adalah akhlak buruk akibat makanan haram yang tertelan? Atau maukah ia tiada terkabul doa-doanya karena makanan haram yang mengalir di pembuluh darahnya? Tidakkah ia tau kisah Abu Bakr Ash Sidiq yang susah payah memuntahkan lagi makanan dari pembantunya karena makanan itu diperoleh dari upah meramal si pembantu di jaman yang telah lampau? Betapa besar sikap wara’ para sahabat, sudah seberapa besarkah usaha kita memastikan tubuh ini hanya diisi oleh yang halal?

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (QS. Al Maidah:3)

Makanan yang halal dan haram telah jelas bedanya, jelas syariatnya. Ketika setiap muslim sudah peduli kehalalan pangannya, jihad menegakkan kedaulatan pangan halal akan lebih mudah dilakukan karena adanya sinergis dan keinginan menyeluruh dari umat atas dasar kesadaran, baik dari tingkat akademisi hingga pemerintahan. Karena jihad kedaulatan pangan halal tak hanya sekadar memastikan umat mampu dan mudah mengonsumsi makanan halal, tapi ini juga tentang memperjuangkan syariat Allah di muka bumi sebagai seorang khalifah.

 

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi aktif di Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian angkatan 2012. Anak ke-2 dari bersaudara yang ingin senantiasa menjadi pembelajar dan menebar manfaat di mana saja.

Lihat Juga

Arie Untung: Emak-Emak Pelopor Utama Pemasaran Produk Halal

Figure
Organization