Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Jodohku, Bagaimana Shalatku

Jodohku, Bagaimana Shalatku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (quran-the-truth.blogspot.com)
Ilustrasi. (quran-the-truth.blogspot.com)

dakwatuna.com – Sebuah foto tua berwarna hitam putih tergantung di dinding rumah orang tuaku. Sosok gadis berambut panjang sepinggang. Itulah ibuku saat gadis di tahun 60-an, belum berkerudung. Kalau membayangkan kondisi Ibu saat ini yang demikian militan dengan Islam, kadang terheran-heran aku dibuatnya. Betapa benar ungkapan yang mengatakan hidayah itu milik Allah semata.

Di dinding lain sebuah foto hitam putih lainnya menampakkan seorang ayah menggendong anak, didampingi seorang perempuan dan anak lelaki lainnya. Itulah saat Ibu dan Bapka baru memiliki dua putra yaitu aku dan kakakku. Jodoh yang hingga hari ini memasuki usia perkawinan ke-45 tahun. Semoga Allah memberkahi pernikahan Ibu dan Bapak..

Ibu bercerita…

Bapa (ayahku) bukanlah satu-satunya pemuda yang datang untuk mencuri perhatiannya. Beberapa kawan laki-laki dari kakaknya Ibu berdatangan untuk pedekate, namun tak satu pun sanggup meluluhkan hatinya. Ada pegawai pertamina yang kalau apel membawa satu tas uang juga tidak sanggup menarik minat Ibuku. Uang bukan segalanya.

Ibu bercerita…

Semasa gadis kalau selesai shalat hampir tak pernah lupa berdoa. Dan doa yang sering diulang-ulangnya adalah memohon jodoh seorang pria yang rajin shalat dan punya motor. Itulah kriteria sederhana Ibu tentang lelaki yang pantas jadi suaminya. Jadi dari sekian banyak kumbang yang datang, ternyata tak satupun rajin sembahyang… Kadang aku malu sendiri karena sering menganggap remeh kekuatan doa.

Sampai suatu hari datang seorang pemuda kurus dari Jampang Kulon dan tinggal di rumah kakaknya di Sukabumi untuk bersekolah. Dialah Bapak yang awalnya datang ke rumah Ibu untuk main ke rumah teman sekelasnya yang ternyata adalah kakak perempuan Ibu. Ibu sempat diberitahu oleh Bapak, bahwa Bapak sangat penasaran dengan kakak perempuan ibu yang rajin shalat di sekolah. Sepengetahuan Bapak hanya dua siswi yang rajin shalat, salah satunya adalah kakak perempuan Ibu. Dan itulah yang menggerakkan hati Bapak untuk berkunjung ke rumahnya.

Menakjubkan!

Ibu ingin mendapat suami yang rajin shalat, Bapak ingin mendapat istri yang rajin shalat. Allah mempertemukan mereka berdua karena kecintaan pada shalat. Cerita Ibu meyakinkanku pada ayat Allah yang menggambarkan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik, dan demikian sebaliknya.

Ibu bercerita…

Bapak lah satu-satunya pemuda yang datang bertandang untuk pedekate kepada Ibu dengan cara yang berbeda. Bapak lebih banyak menghabiskan waktu untuk berbincang dan diskusi dengan Abah (ayahnya Ibu). Dan bila waktu shalat tiba Bapak pasti minta izin untuk shalat. Cerita Ibu membuatku tahu bahwa jika kita mengharapkan sesuatu maka jangan jauhi pemiliknya.

Dan hari-hari ini adalah saat-saat terindah dalam hidupku saat menyaksikan mereka berdua terjaga di sisa malam yang sepertiga. Berwudhu dan berbincang dengan Rabb mereka yang telah menjadikan shalat sebagai pemersatu mereka.

Robbighfirlii wali waalidaya warhamhumaa kamaa rabbayaanii soghiiroo..

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Sukabumi, Menyukai membaca, menulis dan bercerita. Mengajar sebagai guru di Sekolah Penghafal Al-Quran di Lebak Bulus.

Lihat Juga

Kiat Menghafal Quran

Figure
Organization