Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bangkitnya Islam di Muka Bumi

Bangkitnya Islam di Muka Bumi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (tr.forwallpaper.com)
Ilustrasi. (tr.forwallpaper.com)

dakwatuna.com – Hukum kalah-menang memang sudah Allah pergilirkan, dan hal itu sudah termaktub di dalam Al-Quran. Adapun di saat menang, rayakan saja seperlunya, tanpa perlu jumawa. Namun jikalau kalah, jangan diratapi, terus saja melangkah. Begitulah siklus peradaban bergulir. Bahwa dahulu Yunani pernah memimpin peradaban, lalu hegemoni berpindah kepada peradaban Romawi. Dan setelah Islam lahir, barulah Islam memimpin peradaban. Jika dibandingkan rentang waktu ketiga peradaban tersebut memimpin, maka Islam-lah peradaban yang paling lama memimpin.

Perjalanan peradaban Islam-pun panjang dan, berliku. Dimulai dari periode dakwah Rasulullah, lalu memasuki masa Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, hingga Turki Ustmani. Pada masa Turki Ustmani pula-lah khilafah islamiyah runtuh, tepatnya pada 3 maret 1924. Runtuhnya khilafah Turki Ustmani dimotori oleh Mustafa Kemal Attaturk. Saat masa pemerintahan Turki Ustmani berlangsung, memang pemimpin Islam saat itu sudah mulai bergaya hidup materialistis. Mudah terbuai oleh harta, hingga akhirnya dengan mudah Islam diruntuhkan.

Menurut Al-bidayah wa Nihayah, sejak runtuhnya Khilafah Islamiyah, umat Islam hanya tinggal menunggu fenomena-fenomena akhir zaman menjelang hari kiamat. Walaupun ada fakta ke depan mengenai rentetan fenomena akhir zaman, janganlah umat muslim menjadi ‘pasrah’ menunggu takdir tersebut benar-benar terjadi. Bukan itu yang diperlukan saat ini. Hal yang harus dilakukan saat ini ialah membangkitkan kembali nilai-nilai Islam ke permukaan, sebelum rentetan fenomena akhir zaman datang satu-persatu.

Umat muslim harus melanjutkan pondasi-pondasi dasar yang telah dibangun oleh negeri-negeri Islam lain di luar sana:

Pondasi pertama ialah Turki. Saat ini turki menjadi basis kekuatan islam yang paling powerful. Di bawah kepemimpinan Erdogan, turki telah berevolusi menjadi negara dengan perekonomian yang kuat. Nilai-nilai sekuler yang dibawa oleh Mustafa Kemal Attaturk-pun perlahan mulai pudar. Sehingga penegakkan syariat Islam perlahan-lahan mulai mengisi kembali kebijakan pemerintah. Turki juga memiliki basis militer yang kuat, apalagi Turki termasuk kedalam anggota NATO. Sehingga kekuatan Turki memang lebih kepada ekonomi dan militer. Dan fakta menggembirakan ini didukung oleh jumlah penduduk Turki yang sudah mencapai 76 juta penduduk. Angka demografi yang besar, untuk sebuah negara maju. Bahkan untuk negara benua Eropa sekalipun.

Pondasi kedua ialah Malaysia. Malaysia saat ini tergolong negara maju. Di Asia tenggara-pun, Malaysia merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terkuat setelah Singapura. Malaysia masuk kedalam Five Power Defense Agreement (FDPA). Yang beranggotakan Singapura, Australia, Selandia Baru, dan Inggris. Sehingga jika Malaysia diserang, anggota yang lain wajib membantu. Malaysia juga masih serumpun dengan Indonesia. Walaupun Malaysia tidak mendeklarasikan diri sebagai negara Islam, tetapi secara sosio-kultural Malaysia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.

Pondasi ketiga ialah Mesir. Mesir menjadi negara Arab yang memiliki jumlah demografi terbesar. Saat ini Mesir memiliki 84 juta penduduk. Begitu juga dengan militernya yang kuat. Karena Angkatan bersenjata Mesir; merupakan Angkatan bersenjata terbesar di Afrika, di negara Arab, bahkan masuk kategori angkatan bersenjata terbesar dunia (peringkat ke-10). Apalagi secara historis, Mesir merupakan negeri-nya para nabi. Yang secara otomatis, sampai saat ini masih melahirkan banyak ulama besar. Sampai Mesir dijuluki sebagai mercusuar keilmuan peradaban Islam. Hal itu bisa terlihat dari peninggalan sejarah, kitab-kitab klasik para ulama, hingga kampus-kampus islam ternama seperti Universitas Al-Azhar.

Ketiga negara tersebut hanyalah bagian dari pondasi dasar bangkitnya kembali nilai Islam di muka bumi. Masih banyak negara islam lain seperti Tunisa, Irak, Iran, Al-jazair, Yaman, Suriah, Libya, dan Sudan. Semuanya adalah potongan energi yang berserakan, dan harus disatupadukan, hingga menjadi sebuah kekuatan besar.

Sehingga di sinilah peran para pemimpin surgawi dibutuhkan. Bahwa di manapun kita berada, nilai Islam harus tetap dijunjung tinggi. Jika sekarang kita berada dalam konteks Indonesia, mulailah berjuang di negeri Indonesia. Karena bangkitnya Islam sangat dipengaruhi oleh para pemimpinnya. Mari mulai kebangkitan itu dari diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat, organisasi pergerakan, hingga negara. Karena hanya para pemimpin surgawi-lah yang dapat memperjuangkan nilai Islam dengan penuh kesungguhan. Dan pada akhirnya, makna bangkit bukanlah menunggu takdir yang sudah ditetapkan. Melainkan optimalisasi perjuangan nilai Islam sebelum takdir tersebut benar-benar terjadi, dan kita rasakan.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Sinergi Antar Gerakan Dakwah Islam di Dalam Menyongsong Kebangkitan Umat

Figure
Organization