Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Panggil Aku Ana

Panggil Aku Ana

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (kawanimut)
Ilustrasi. (kawanimut)

dakwatuna.com – Terduduk rapi di hadapanku beberapa orang yang belum pernah kukenal. Wajah-wajah sejuk dan ramah dari kakak-kakak angkatan membuat suasana ruangan ‘lebih sejuk’ dibandingkan sebelumnya. Wajah itu seakan menyapa dan merengkuh erat tubuh dengan rengkuhan yang menghangatkan.

Hari ini merupakan hari pertama aku berkumpul dalam salah satu organisasi di salah satu Universitas di Yogyakarta. Organisasi keagamaan yang kuharapkan membantu menuntunku untuk lebih dekat dengan Rabb-ku. Dan seperti biasa, agenda pertama dari acara ‘kumpul kumpul’ adalah sesi yang menyenangkan. PERKENALAN DIRI.

Mendengar dua kata tersebut selalu membuatku mengeluarkan keringat dingin. Lembaran-lembaran memori itu tidak terasa mulai bermunculan kembali. Oh, bunda, mengapa ingatan ini harus kembali lagi. ingatan tentang masa masa ‘jahiliyah’ ini bunda. Ingatan yang menunjukkan betapa jauhnya diriku dengan Rabb-ku dulu.

Indri, begitulah biasa teman-temanku memanggilku. Hidup di tengah kota dengan segala hingar bingar dan kehidupan ‘bebas’nya menjadikan diriku sebagai seorang gadis yang akrab dengan kehidupan hedonis. Tak jarang celana jeans dan baju yang dibuat dengan bahan yang ‘irit’ menjadi teman setia menemaniku. Jangankan mencintai Rabb-ku, menyebut nama-Nya saja aku tak pernah. Aku terlalu sibuk mencintai makhluknya yang bahkan hampir saja merenggut masa depanku. Keluarga? Jangan kalian tanyakan bagaimana hubunganku dengan keluargaku. Hubunganku dengan mereka tidak lebih dari ‘bandar’ uang yang dengan sesuka hati kuambil untuk kepuasanku.

Apakah aku merasakan kebahagiaan dari segala kemewahan dan kebebasan ini? Nyatanya tidak. Kian lama justru hanya kehampaan yang mendera di hatiku.

Dan hidayah itu datang dari celetuk adik perempuan imutku yang bernama Lana,

“Kak Indri, Kak Indri, apa Kak Indri nggak bosen ya pulang malem terus, hari ini Ibu ulang tahun lho kak, mana kadonya?’

Pertanyaan sederhananya mampu membuat hati ini berusaha mencari jawaban. Dan ketenangan itu aku dapat dari Engkau, Rabb-ku semesta alam.

…….

“Dek?” Sapaan hangat dari kakak angkatan memutus film memori yang sejak dari tadi tampil di benakku.

Mereka yang duduk di hadapanku memasang wajah agak bingung melihat diriku yang dari tadi berdiri terpaku seperti tidak sanggup melanjutkan apa yang keluar dari bibir.

“Assalammualaikum namaku, Indriana Rianti, kalian bisa panggil aku… In…”

Hati ini bergetar di kata tersebut. Tidak, nama itu harus kutinggalkan sekarang. Aku ingin menjadi pribadi yang baru. Pribadi yang lebih dekat dengan Rabb-ku dan Nabi-ku.

Kuulangi lagi perkenalan itu dengan suara lebih mantap.

“Assalammualaikum namaku, Indriana Rianti, kalian bisa panggil aku Ana. Semoga kita di sini selalu mengingatkan dalam hal kebaikan.”

Mungkin cerita di masa lalu tidak selalu apa yang diharapkan, namun,kita selalu bisa memilih akan jadi apa kita nantinya bukan? Dan aku memilih jadi Ana. Apa pilihanmu?

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Seorang wanita asal Bekasi, yang sedang melanjutkan studi di Universitas Gadjah Mada.

Lihat Juga

Hijrah, Dari Gelap Menuju Cahaya

Figure
Organization