Topic
Home / Berita / Nasional / Catatan Perjalanan Sebar Kurban, Jelajahi Benua Termiskin Dunia

Catatan Perjalanan Sebar Kurban, Jelajahi Benua Termiskin Dunia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Penyerahan daging kurban kepada warga Somalia.  (anisa/pkpu)
Penyerahan daging kurban kepada warga Somalia. (anisa/pkpu)

dakwatuna.com – Afrika.  Manfaat dari Idul Adha diharapkan dapat dirasakan merata, baik bagi mereka yang tinggal di perkotaan, desa maupun di luar negeri yang tengah mengalami krisis pangan atau memang termasuk ke dalam kategori miskin. Maka hadirnya sebuah ide untuk sebar kurban perlu di apresiasi, hal ini agar tidak terjadi penumpukan hewan kurban disuatu daerah atau wilayah saja.

 

Dari Kenya Menuju Somalia

Usai menuntaskan misi salurkan hewan kurban ke salah satu pemukiman kumuh di Nairobi, Afrika pada Sabtu (04/10/14) lalu. Pagi buta di hari Senin (6/10/10), tim kurban Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU untuk Afrika bergegas melanjutkan perjalanan, meninggalkan KBRI menuju Bandara Jomo Kenyatta International Airport (JKIA), Nairobi. Walaupun mata masih dilanda kantuk akibat mengurus kurban hingga pukul dua dini hari, namun langkah kaki harus segera berpacu menuju bandara. Ditambah lagi, Suryo staff KBRI telah menanti dan siap mengantar serta ingin memastikan keselamatan tim hingga ke bandara.

Di tengah hembusan angin yang dingin dan suhu yang cukup menggigit, sekitar 14 derajat celsius, mobil KBRI yang membawa tim kurban melaju cukup kencang, Akhirnya setelah 40 menit perjalanan, mobil yang tim kurban tumpangi tiba di bandara. Aparat keamanan nampak berjaga di setiap sisi. Walau kalah besar dengan bandara internasional di Jakarta, tapi secara umum terlihat teratur, rapi dan bersih.

Tepat pukul 06.30 waktu setempat, pesawat yang membawa tim kurban akan bertolak ke Somalia, target sebar kurban PKPU selanjutnya.

 

Welcome to Mogadishu

Mogadishu merupakan salah satu daerah di wilayah Afrika Timur, kota terbesar dan sekaligus Ibu Kota Somalia. Penerbangan kami ke Mogadishu dengan menggunakan salah satu maskapai terbaik di Afrika, African Ekspress.

Meskipun dikatakan sebagai maskapai penerbangan terbaik, namun sesaat setelah tiket pesawat berada ditangan, anggapan ini terasa termentahkan. Jauh panggang daripada api. Bagaimana kami harus turut mempercayai anggapan ini, jika tiketnya saja ternyata seperti tiket bus di negara kami, Indonesia, dengan blangko yang sudah tercetak, lalu keterangan lain dibubuhkan dengan ditulis tangan dan stempel perusahaan diujung kanan bawahnya dengan tulisan yang kurang jelas.

Di Boarding pas kami ditulis flight no pesawat  kami adalah XJS 27 dengan tujuan Mogadishu, Somalia. Juga dibubuhkan dengan jelas Gate-4 tempat kami menunggu, namun tidak ada nomor bangku pesawat yang jelas di sana.

Tepat pukul 06.10 waktu lokal Kenya, petugas memanggil para penumpang agar segera memasuki pesawat CRJ 200 dengan kapasitas penumpang 50 orang. Pesawat tanpa nomor kursi, sehingga penumpang berebut memilih kursi masing-masing sesuai selera.

Ternyata para penumpang tujuan Mogadishu ini diisi sebagian besar oleh mereka yang beragama Islam. Maklum Mogadishu adalah memang negara yang populasi muslimnya cukup banyak. Kami bisa mengatakan bahwa mereka adalah muslim karena selain dari busana para wanitanya yang memakai jilbab rapi, juga saat di bandara sejumlah orang tampak melaksanakan shalat subuh. Baik sendiri-sendiri maupun berjamaah. Walau di bandara tidak tampak tersedia mushalla, para penumpang tetap melakukan shalat subuh dengan menempati sudut-sudut ruang tunggu yang tersedia.

Uniknya, selama di pesawat, kami tak diperagakan tentang prosedur keselamatan penumpang oleh kru pesawat. Kru yang ada di pesawat-pun uniform-nya sangat sederhana. Setahu kami terlihat hanya ada satu pilot, copilot serta 2 orang pramugari.

Sekitar 10 menit sebelum mendarat, tampak di bawah pesawat kami lansekap Kota Mogadishu, Somalia. Sebelah kanan kami terlihat lautan biru luas dengan ombaknya yang terlihat berkejaran teratur. Sementara sebelah kiri kami terlihat hamparan padang pasir berwarna kecoklatan berselang-seling dengan rerimbunan pohon-pohon perdu yang memenuhi pandangan mata. Di bawah kami juga tampak atap-atap rumah yang mungkin saja itu adalah atap rumah yang terbuat dari seng dengan warna khasnya yang gelap kecoklat-coklatan.

Tepat pukul 08.48 waktu setempat, pesawat yang membawa kami menjelajahi Afrika. Dari Kenya akhirnya sampai dengan selamat dan mendarat dengan mulus di landasan bandara Somalia.

Jika hembusan angin dapat berkata-kata, “Welcome to Mogadishu”, mungkin itulah sapaan yang menemani langkah kaki kami ketika menjejak tanah Somalia. Untuk kembali menunaikan misi sebar kurban ke benua termiskin dunia, Afrika.

“Mohon doa, mudah-mudahan Allah beri kemudahan dan dilancarkan seluruh rencana yang kami susun dalam rangka distribusi kurban kali ini, khususnya untuk Somalia,” harap Nana Sudiana, salah satu dari  tim kurban PKPU. (anisa/pkpu/sbb/dakwatuna)

 

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Berusaha Menjadi Berarti dan Memberi Arti

Lihat Juga

‘Pinjaman Cina Jebak Afrika dalam Kubangan Utang’

Figure
Organization