Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Qurban dan Keikhlasan

Qurban dan Keikhlasan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi
Ilustrasi

dakwatuna.com – Suatu ibadah yang sangat bernilai tinggi dan sangat dituntut oleh agama adalah melaksanakan qurban (Udhhiyah). Qurban berasal dari bahasa Arab,  Qurban atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan. Atau secara bahasa arabnya qurban diambil dari kata : qaruba (fi’il madhi) – yaqrabu (fi’il mudhari’) – qurban wa qurbaanan (mashdar). Artinya, mendekati atau menghampiri.

Qurban adalah hewan yang dipotong dalam rangka taqarrub kepada Allah, berkenaan dengan ‘Aidul Adha atau yaumun nahr, pada tanggal 10 Dzulhijjah lalu. Perintah berqurban adalah berdasarkan firman Allah SWT, hadits Rasulullah SAW, dan ijma’ ulama.

“Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah, Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”, (Q. S Al Kautsar: 1-3).

“Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhu bahwasanya dia berkata, “Saya menghadiri shalat idul-Adha bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di mushalla (tanah lapang). Setelah beliau berkhutbah, beliau turun dari mimbarnya dan didatangkan kepadanya seekor kambing. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembelihnya dengan tangannya, sambil mengatakan: Dengan nama Allah. Allah Maha Besar. Kambing ini dariku dan dari orang-orang yang belum menyembelih di kalangan umatku”.

Dari Al-Barra bin Azib Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada kami di hari raya kurban, lalu beliau berkata, ‘Janganlah seorang pun (dari kalian) menyembelih sampai di selesai shalat’. Seseorang berkata, ‘Aku memiliki inaq laban, ia lebih baik dari dua ekor kambing pedaging’. Beliau berkata, ‘Silahkan disembelih dan tidk sah jadz’ah dari seorang setelahmu”

“Yang benar bahwa yang dimaksud dengan an-nadr adalah menyembelih qurban, yaitu menyembelih unta dan sejenisnya”, (Ibnu Katsir).

Rasulullah SAW sangat menganjurkan umat Islam untuk berqurban, dan seandainya tidak merasa bagi bagi umat-Nya, maka sungguh qurban itu akan diwajibkannya, sebagaimana berlaku kepada-Nya.

Dari Abu Hurairah, beliau berkata: “Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami”.

“Kami berwuquf di ‘Arafah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya mendengar beliau berkata, ‘Wahai manusia! Setiap satu keluarga di setiap tahun harus menyembelih dan juga Al-‘Atiirah. Apakah kamu tahu apa itu Al-‘Atiirah? Dia adalah yang dinamakan Ar-Rajabiyah”, (H. R. Mikhnaf bin Sulaim Al-Ghamidi).

Nilai Qurban itu dari kita

Walaupun kita telah berqurban setiap tahunnya dengan menyembelih unta, sapi atau lainnya, maka qurban itu baru bernilai dari keikhlasan kita, karena apa yang kita qurbankan, darah qurban, daging qurban, kulit qurban, dan bulu-bulu binatang qurban itu tidak pernah sampai kepada Allah, namun yang sampai kepada Allah adalah nilai keikhlasan kita dalam berqurban.

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapai-Nya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kalian supaya kalian mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kalian. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”, (Q.S Al Hajj: 37).

Dalam menyampaikan nilai qurban kepada Allah adalah nilai ikhlas dan takwa seseorang, bukan apa yang telah ia qurbankan, sehingga seorang yang berqurban seekor kambing akan sama nilainya dengan orang yang berqurban unta, bila sama-sama memiliki keikhlasan yang sama.

“Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”, (QS Al Hajj: 32).

Jangan sampai ibadah qurban ini dikotori oleh noda-noda riya’ (ingin pamer dengan sengaja memperlihatkan amalan tersebut kepada orang lain), atau kotoran sum’ah (sengaja menebarkan amalan yang ia perbuat agar orang lain mendengarnya). Demikian juga jangan sampai menjalankan ibadah qurban hanya semata-mata karena menjaga adat, tradisi, dan kebiasaan keluarganya sejak dahulu. Ini semua adalah niat yang tidak benar dan harus dijauhi.

Di samping itu, ia harus membuang jauh-jauh sikap dan perasaan bangga diri, sombong, dan merendahkan saudaranya yang belum diberi kelapangan oleh Allah untuk berqurban.

“Yang dikehendaki dari ibadah qurban di sini bukanlah semata-mata menyembelih saja, daging-daging dan darah-darah hewan qurban itu tidak akan sampai kepada Allah sedikitpun, karena Dia adalah Dzat yang Maha Kaya dan Maha Terpuji. Namun yang sampai kepada Allah adalah keikhlasan, pengharapan dalam meraih pahala, serta niat yang baik ketika menyembelih qurban. Oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala tegaskan dalam ayat-Nya,“Tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapai-Nya” (Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di).

Termasuk dalam keikhlasan seseorang dalam berqurban yaitu dengan memilih hewan yang diqurbankan itu adalah hewan yang bagus, cantik, bersih, dan indah dipandang mata.

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain. Ia (putra Nabi Adam yang tidak diterima kurbannya) berkata: “Aku pasti membunuhmu!” Berkata pula (putra Nabi Adam yang diterima kurbannya): “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (Q. S Al-Maidah: 27).

Hikmah berqurban

Bila melaksanakan qurban seperti yang diperintahkan agama, maka sangat banyak dan hikmah yang didapatkan dalam berqurban, antara lain:

Pertama; kebaikan dari setiap helai bulu hewan qurban

Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan”, (HR. Ahmad dan ibn Majah)

Kedua; berqurban adalah ciri keislaman seseorang

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami”, (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Ketiga; ibadah qurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah

Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya”, (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib)

Keempat; berqurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa

“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah”, (H. R Muslim).

Kelima; berqurban adalah ibadah yang paling utama

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah”, (Q. s Al Kautsar : 2).

Keenam; berqurban adalah sebagian dari syiar agama Islam

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)”, (QS Al Hajj : 34).

Ketujuh; mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”, (QS Ash Shaffat : 102 – 107).

Semoga dengan melaksanakan berqurban pada tahun ini, benar-benar kita semakin dekat dengan Allah SWT, dan semoga ibadah qurban kita benar-benar diterima oleh Allah juga, dan ini menjadi nilai tambahan dalam bertaqarrub kepada Allah.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumnus STAIN Malikussaleh Lhokseumawe. Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara.

Lihat Juga

Jalan Meraih Taqwa

Figure
Organization