Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mentafakuri Hikmah Kehidupan dalam Keseharian

Mentafakuri Hikmah Kehidupan dalam Keseharian

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Hikmah apa yang sudah kita dapat hari ini?

Ada masanya, kita lupa memaknai bahwa hari-hari kita dapat dilalui dengan satu kekuatan besar : Allah. Ialah Allah yang maha segala, yang memampukan diri ini melakukan begitu banyak hal. Dan setiap hari adalah hari yang sejatinya selalu memuat banyak hikmah, jika saja kita mau meluangkan waktu untuk melakukan refleksi dan merenungkannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada kejadian yang menyenangkan, membuat kesal, membuat terharu, dan berbagai kejadian yang sangat dinamis mengubah emosi. Ada satu poin yang harus dilakukan pada titik ini oleh seorang muslim. Saat di mana kita berfikir : sebenarnya pada momen ini apa yang sedang Allah ajarkan padaku?

Segala hal yang terjadi adalah ketentuan-Nya. Dan jika kita mau membuka hati dan meluangkan waktu barang sejenak, ada saja hikmah yang dapat kita ambil dari setiap kejadian. Seorang Imam Syafi’i ketika tersandung ia langsung berpikir bahwa tersandung ini adalah teguran dari Allah, hingga akhirnya ia merefleksikan apa yang harus ia perbaiki atas amal-amalnya.

Barangkali lewat sakit Allah hendak menegur kita yang terlalu lelah dengan begitu banyak urusan dunia namun sedikit sekali mengindahkan memenuhi hak-hak-Nya. Barangkali lewat kelahiran seorang bayi dari sanak saudara, Allah meminta kita mengingat bahwa kelahiran kita dahulu adalah kehadiran yang sangat diharapkan oleh orang tua, oleh karena itu jangan sampai kita menjadi seorang anak yang membuat keduanya kecewa. Barangkali lewat tumpukan tugas yang semakin mendekati deadline, Allah hendak mengajarkan diri ini untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang telah diberikan-Nya. Lewat kemudahan yang diberikan kita sepatutnya menjaga rasa syukur, dan lewat kesulitan hendaknya kita belajar untuk kuat dan menggantungkan segala hal pada-Nya.

Hati ini mungkin masih sulit untuk memaknai setiap kejadian yang dilalui agar dapat menangkap hikmah yang terselip di dalamnya. Maka seperti ayat 6 dalam surat Al Fatihah, ihdinashshiraatal mustaqiim. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Meminta pada Allah agar kerap membersamai langkah kita agar selamat dalam perjalanan panjang kehidupan. Karena kata huda yang termuat dalam kata ihdina bukan hanya bermakna petunjuk yang merupakan arti kata rosyad yang berarti hanya memberi arahan. Tapi huda bermakna memberi petunjuk, sekaligus membersamai kita untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Apapun yang Allah berikan hari ini adalah yang terbaik. Syukuri, kemudian ambil pelajaran daripadanya. Karena hikmah hari ini tentu telah disiapkan agar kita makin siap menjalani kehidupan di hari-hari berikutnya. Memahami, mentafakuri, serta mensyukuri hikmah yang telah Allah berikan akan membuat kita semakin mengenal-Nya. Dan mengenal-Nya akan membuat kecintaan pada-Nya kian bertambah. Kenali Ia lewat hikmah yang terselip di antara ilmu yang kita pelajari, di antara nikmat tubuh; secara fisik dan hati nurani, serta mintalah pentunjuk pada-Nya agar diberi kemudahan dalam proses mensyukuri hikmah yang juga proses mengenal-Nya ini.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Tergabung di Forum Lingkar Pena wilayah Yogyakarta. Staf Media Informasi Islam di Keluarga Muslim Fakultas di kampusnya Bercita-cita menjadi penulis yang dapat menginspirasi sekitarnya dan tidak hanya berkarya untuk kepentingan dunia.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization