Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pujilah Seseorang yang Halal Baginya

Pujilah Seseorang yang Halal Baginya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Kamu tidak bisa memperoleh simpati semua orang dengan hartamu tetapi dengan wajah yang menarik (simpati) dan dengan akhlak yang baik. (HR.Abu Ya’la dan Al-Baihaqi).

Efek baca novel Islami selalu mendapat ide segar, maka ketika kehilangan ide untuk menulis selalu mengembalikan otak untuk membaca novel penuh kisah romantisan khayalan. Akhirnya dari membaca novel Islam sembari senyum-senyum mengantarkan ia menulis tentang pujian. Siapa sihyang tidak pernah dapat pujian? Apakah pujian diperoleh dari teman, relasi, keluarga. Apakah pujian terlontarkan sesuai realitas diri atau tidak. Meskipun pujian diperoleh terkadang membuat ragu-ragu untuk mempercayainya.

Terkadang manusia menyikapi pujian beraneka ragam. Ada yang merasa bangga tiada tara, ada juga yang membuat manusia kebingungan dan disikapi biasa-biasa saja. Biasanya orang yang berilmu dan memiliki agama, ketika mendapat pujian lebih sering merendahkan diri dan malu karena merasa masih banyak aib-aib yang menempel dalam jiwanya, hanya saja Allah selalu menutup aib tersebut sehingga terlihat baik dihadapan manusia. Berharap kita termasuk kategori orang yang biasa-biasa saja ketika mendapat pujian bukan sebaliknya malah bersikap sombong maupun bertepuk dada sebab diatas langit masih ada langit kan? Dan jangan pula pelit memberi pujian kepada mereka yang berhasil dalam segala bidang karena itu adalah bentuk rasa persaudaraan maupun kekeluargaan. Sebab menurut analisa dangkal, jikalau ada manusia pelit memberi pujian pada orang lain bisa jadi hati penuh rasa kebencian, dengki, iri dan dendam. “Hendaklah kamu saling memberi hadiah (pujian). Sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian. (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

Bahkan ada pula yang memuji memiliki tujuan berbeda. Ada yang memuji benar-benar ikhlas maupun cinta. Tetapi tidak sedikit yang memuji atas faktor sungkan, atas faktor keinginan (ada maunya) dan faktor ingin mengambil hati seseorang. Ayooo, sering memuji atas dasar apa?! Tidak ada yang salah tentang memuji orang, toh dengan pujian bisa membuat orang tersenyum, membahagiakan dan memotivasi. Dan pujian adalah bentuk pengakuan dan penghargaan yang tulus akan kebaikan kepada orang yang memiliki nilai tambah baik dari sisi fisik, sisi ilmu, sisi finansial, sisi prestasi dan sisi kebaikan.

Biasanya kita sering dapat pujian dari siapa? Ada baiknya pujian diperoleh dari orang terdekat mislanya dari orang tua, saudara, suami, istri, anak dan bukan berarti dari orang lain tidak boleh mendapat penghargaan. Apalah artinya pujian dari orang lain ternyata dalam lingkaran terdekat tidak mendapat pujian. Padahal yang lebih tahu siapa kita sesungguhnya adalah keluarga karena keluarga mengetahui perilaku kita sehari-hari, sebab perilaku dibelakang panggung lebih ilmiah dibanding berada di ruang publik lebih banyak pencitraan yang ditujukan.

Seandainya bagi yang lajang (gadis atau bujangan) ada seseorang yang memuji dari segi fisik, ilmu, prestasi dan finansial. Tentu ada maksud atau tujuan tertentu -bukan berpikir negatif- tapi begitulah adanya. Bagaimana dengan kalian, lebih suka dipuji oleh orang lain atau orang yang halal bagimu? It’s your choice friends…”tentu ingin dipuji oleh pasangan hidup”.

Jangan engkau puji, sebelum kau halal bagi seseorang karena pujian yang dilontarkan mungkin tidak pernah dipercayai, beranggapan itu hanya cara setan meluluhkan hati, cara setan menyebak hati jatuh pada hal tidak diperkenankan, bagaimana pun cara pujian yang disampaikan tidak akan mengubah sikap dan atas pujian pula membuat galau hati sesorang untuk menyandarkan hati.

Untuk itu jangan berani memuji sebelum terikat ikatan halal. Biarlah pujian dari luar lebih berkaitan prestasi sedangkan pujian dari fisik, kebaikan, keshalihan dan kecantikan cukup dari orang yang sudah halal bagi kita. Baginya pujian yang murni penuh cinta adalah pujian dari orang halal baginya. Menurut bisik-bisik tetangga bahwa pujian dari orang yang sudah halal bagi kita memberi pengaruh signifikan terhadap kehidupan, prestasi dan itu adalah benar-benar penghargaan. Selain itu, pujian terhadap pasangan adalah wujud penghargaan dan respect bagi pasangan, tentu menjadi semangat dan membuat bergairah dalam membahagiakan keluarga.

Bagi kita yang sering memberikan pujian, tahanlah pujian tersebut dan berikanlah pujian pada meraka yang berhak memperoleh yaitu pada istri, suami, anak, maupun keluarga. Jangan-jangan pujian itu tidak pernah dilontarkan pada keluarga? Sedangkan bagi yang sudah memiliki belahan hidup berbahagialah selalu bila mendapat pujian dari yang sudah halal karena masih banyak diluar sana ingin mendapat pujian dari pasangan tapi tidak diraih. Dan mungkin yang memiliki pasangan juga tidak pernah dihargai dengan pujian, melainkan mendapat cacian atau direndahkan oleh pasangan. Bisa jadi kegersangan berumah tangga, indikasi ketidakharmonisan dan tidak adanya musim semi dalam keluarga karena tidak ada rasa saling memuji. Melalui pujian akan memperkokoh bahtera rumah, seiring dengan hadist bahwa “senyummu kewajah saudaramu adalah shadaqah” (Mashabih Assunnah). Pada akhirnya pujilah pasang hidup dengan cinta dan senyuman.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Unpad dan UGM. Berprofesi sebagai Dosen, Penulis Lepas dan Penyiar

Lihat Juga

Arie Untung: Emak-Emak Pelopor Utama Pemasaran Produk Halal

Figure
Organization