Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Kisah dari Kosan Cempaka No. 13

Kisah dari Kosan Cempaka No. 13

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (zukreenazulkeplee.blogspot.com)
Ilustrasi. (zukreenazulkeplee.blogspot.com)

dakwatuna.com

Suatu Hari di Kosan Cempaka No.13…

Bug bug bug! Woi bangun woi…!”

Dolmen cowok paling bringas di kosan Cempaka no.13 lagi nyoba bangunin Eki salah satu penghuni kosan yang dijadikan sebagai tetua tu kosan. Bukan karena tampangnya yang ketua-tuaan, bukan pula karena umurnya yang paling tua, tapi dialah satu-satunya cowok yang kadang bijaksana, agak dewasa, dan yang paling penting adalah dia yang paling shalih di antara sekumpulan mahluk cowok-cowok aneh lainnya di kosan Cempaka no. 13 itu. Yaaaa, paling shalih, meskipun shalatnya masih belang betong, ngajinya musiman, dan baiknya kadang-kadang, karena teman-temannya di sana jauh lebih belang betong dari dirinya. Weleh-weleh.

Eki seketika itu juga bangun, dengan sedikit kaget dan mempraktekkan beberapa jurus yang tengah dia peragain kayak di mimpinya. Waduh. Dikira maling yang dia tangkep di mimpi balik ngejar dia. Eh tahunya si Dolmen. Syukurlah…

“Ada apaan si, Dollllll! Gue lagi enak tidur jugaaaaa…”

Woi! Kita mau shalat subuh berjamaah ni, kagak bakalan jadi-jadi ni kita shalat kalo elunya masih ngedengkur gitu mah!”

Walah! Buset ni anak. Tapi bener juga. Eki selain jadi tetua juga suka dijadiin imam shalat mereka. Kemarin cowok-cowok aneh penghuni kosan ini pada janji buat shalat subuh berjamaah, setelah kemarin ada tragedi beruntun setiap jam 04.00 pagi. Dua hari yang lalu, Maki, si anak mami yang mirip Cecep itu kecolongan laptop kesayangannya. Kemarinnya lagi, si Tono penghuni kamar sebelahnya kehilangan kipas angin warisan dari kakaknya yang udah dua tahun nemenin dia. Sama Kancur, cowok berotot tapi bolot *eh yang kehilangan galon air minumnya kemarin. Waduh. Ini maling bener-bener deh. Tiga hari berturut-turut. Gara-gara ini tragedi, Eki dkk pada bermuhasabah diri. Untunglah kemarin-kemarin Eki lagi berlaku bijak. Meskipun dia cowok paling imut di sana, tapi kalo bijaknya udah keluar, beuh… anak-anak pada nurut. Selain bermuhasabah diri, mereka juga dengerin celotehan si Aki pemilik ini kosan kemarin, “Banyak-banyak dzikir makanya deh lu pada. Kudu banyak-banyak inget ame Allah makanya. Jangan pada keblinger dunia ke gitu.”

Ucapan si Aki ada benernya juga kalo dipikir-pikir. Penghuni kos-kosan cowok ini emang pada muslim semua. Tapi gak ada hawa ama angin-anginnya sama sekali. Si Markoto contohnya, dia mantan anak pesantren kataya, tapi gak ada bekas-bekasnya. Kecuali bekas luka di keningnya. Yang jadi pertanyaan adalah, serius dia pernah nyantren? Hehe. Terus Eki, emang dia kadang jadi panutan, karena sikap shalihnya yang “kadang-kadang” itu, tapi Eki tetaplah Eki, cowok ababil yang masih galau. Dolmen, Maki, Tono, Kancur, dan yang lainnya bisa dihitung, shalat terakhirnya kapan. Ups…Hehe… Intinya adalah mereka muslim, tapi…

Penghuni kosan Cempaka no.13 akhirnya pada sepakat, sekarang mau jadi anak shalih biar bisa dijagain Allah dari maling-maling nakal. Masya Allah. Seharian itu mereka pada jadi shalih mendadak. Pada ngaji, shalat lima waktu dan tepat waktu, dan pada duduk manis nungguin pengamen di teras depan rumah biar bisa sedekah.

Malam pun tiba. Anak-anak penghuni kosan Cempaka pada janjian mau bangun jam tiga buat shalat tahajud berjamaah. Berharap “No More Maling” masuk. Eh tapi tapi, pas mereka pada siap-siap mau berjamaah shalat tahajud, mereka ngeliat ada cowok setengah bungkuk kepayahan lagi ngangkut beras seplastik. Disinyalir itu plastik beras milik Markoto si rocker mantan santri itu. Karena tak tega lihat orang kepayahan gitu, mereka ngedeketin itu mahluk yang selama ini mereka cari-cari.

“Eh Aki, perlu bantuan ki…?”

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi tingkat akhir di salah satu univeritas di Bandung. Sebagai jurusan pendidikan bahasa saya sangat senang sekali dalam dunia tulis menulis. Ikut dalam salah satu organisasi kepenulisan Islami di kampus, yakni Al-Qolam KI untuk itu saya menggunakan media tulisan sebagai salah satu media dakwah yang semoga lebih menarik.

Lihat Juga

FORKOMMI dan FOKMA Selenggarakan Seminar Konsep Pembangunan Umat

Figure
Organization