Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pejuang Sejati, Mencari Lahan Perjuangan

Pejuang Sejati, Mencari Lahan Perjuangan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: bernaaltay.com)
Ilustrasi. (Foto: bernaaltay.com)

dakwatuna.com – Banyak orang yang berpikir bahwa untuk apa mengerjakan sesuatu toh akan gagal juga, merasa pesimis terhadap diri sendiri karena melihat tantangan yang mustahil ditaklukkan. Hal ini tentu saja membuat mental akan menjadi turun serta tidak ada semangat di dalam diri. Semakin tingginya tingkat pesimis maka muncul peribahasa kesuksesan adalah kegagalan yang tertunda.

Belum lagi omongan masyarakat banyak yang cenderung menganggap rendah sesuatu yang lain dari biasanya. Setiap sikap atau keputusan atau pekerjaan yang aneh terlihat oleh masyarakat akan dipandang rendah bahkan dipandang bodoh. Dan sayangnya banyak yang cenderung mengikuti alur berpikir masyarakat bukan alur berpikir pribadi sendiri.

Banyaknya tantangan-tantangan seperti di atas akan membuat nyali menjadi ciut sebelum aksi dilaksanakan; kalah sebelum berperang.

Niat yang bersih serta azzam (tekad) yang bulat harus menjadi landasan dalam setiap aktivitas. Tanpa kombinasi dari kedua hal tersebut maka mustahil pekerjaan yang akan dilakukan dapat selesai dengan baik.

Salah satu kisah yang memperlihatkan kekuatan optimis yang terwujud dalam niat dan azzam pada kisah perang khandaq/ahzab. Pada perang Ahzab tidak pernah setelahnya terjadi penghimpunan bangsa arab sebesar perang ahzab. Maka di akhir perang Ahzab Rasulullah bersabda disaat umat muslim memenangkan perperangan.

“Sekarang kitalah yang ganti menyerang mereka dan mereka tidak akan menyerang kita. Kitalah yang akan mendatangi mereka.”

Pada perang Ahzab, umat muslim dikepung dari hampir dari semua arah serta terjadi persekutuan antara kaum yahudi dengan kaum quraisy. Sehingga perang ahzab menjadi salah satu perang paling spektakuler yang dilakukan oleh kaum muslimin

Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat” (QS. Al-Ahzab : 11).

Mendengar bersekutunya kaum-kaum kafir, maka Rasulullah langsung mengumpulkan para sahabat untuk merencanakan metode pertahanan yang cocok digunakan. Hingga muncul ide dari Salman Al Farisi bahwa kebiasaan bangsa persia dalam berperang adalah membuat parit, maka Salman mengusulkan agar kaum muslim membentuk pertahanan dengan menggunakan parit yang dibuat mengelilingi madinah.

Dalam membuat parit tersebut terdapat banyak tantangan-tantangan yang dihadapi kaum muslim. Di antaranya:

1. Persediaan makanan yang menipis.

Abu Talhah berkata “kami mengadukan rasa lapar kepada Rasulullah, lalu kami mengganjal perut kami dengan batu, beliau juga mengganjal perut dengan dua batu”. Namun walaupun persediaan makanan yang menipis tidak ada satupun dari kaum muslim yang terpecah belah akibat kecintaan terhadap dunia (makanan) bahkan kaum muslim menjadi lebih solid dengan ujian yang diberikan Allah pada perang ahzab.

2. Cuaca yang begitu panas

Temperatur arab yang panas pada siang hari dan sangat dingin pada malam hari menjadi salah satu ujian yang berat terhadap kaum muslimin.

3. Kondisi tanah dan bebatuan yang sulit dihancurkan

Kondisi tanah dan batuan madinah yang keras menjadi tantangan bagi kaum muslim. Hingga banyak batu-batuan yang sangat susah untuk dihancurkan bahkan terdapat beberapa batu yang sangat sulit dihancurkan sampai meminta bantuan Rasulullah untuk menghancurkan batu tersebut.

4. Waktu yang singkat

Kepungan dari arah selatan dan arah timur yang sudah bergerak menyerang kaum muslim dengan jumlah yang begitu banyak bahkan bangsa arab tidak pernah bersatu menyerang kaum muslim dengan jumlah tentara sebanyak perang Ahzab.

Dengan kondisi serta tantangan seperti itu, tidak menjadikan kaum muslim patah semangat bahkan sebaliknya, kaum muslim semakin optimis dan semakin percaya bahwa Allah SWT akan memenangkan kaum muslim.

Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.(Al Ahzab:22)

Begitu pandainya Rasulullah dalam memanajemen psikologis kaum muslimin. Di saat Rasulullah dan sahabat sedang duduk beristirahat setelah seharian menggali parit, salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah:

Ya Rasulullah, dua kota ini manakah yang ditaklukan lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah (Roma)? Rasul menjawab, “Kota Heraklius ditaklukan terlebih dahulu.” Yaitu Konstantinopel. (HR. Ahmad)

Di saat kondisi yang sulit Rasulullah memberikan pernyataan yang sangat luar biasa. Belum selesai perang melawan kaum kafir, Rasulullah sudah memberikan pernyataan bahwa dua kekuatan terbesar saat-itu akan ditaklukkan oleh kaum muslim yang bahkan belum tentu akan memenangkan perperangan Ahzab.

Pernyataan tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi kaum muslim agar memenangkan perang ahzab. Dan hasilnya terbukti kaum muslim memenangkan perang ahzab. Setelah perang Ahzab selesai Rasulullah bersabda:

“Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amirnya dan sekuat-kuat pasukan adalah pasukannya.” (HR. Ahmad)

Mendengar hadist tersebut, para sahabat langsung termotivasi untuk menaklukan dua kota yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW, Sahabat yang pertama kali melaksanakan sabda Rasulullah tersebut adalah Abu Ayyub Al-Anshari. Pada saat itu usianya hampir 80 tahun, walaupun sudah tua beliau tetap memaksa untuk ikut menaklukan Konstantinopel. Mungkin, orang-orang akan beranggapan kepada Abu Ayub Al Anshari, untuk apa ikut berperang, sudah pasti tidak akan bisa menang, memegang pedang saja tidak mampu apalagi memenangkan perperangan melawan benteng terkuat di dunia. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Abu Ayub Al Anshari, Ia tetap semangat dan dengan niat serta azzam yang kuat. Namun Allah SWT menakdirkan lain, ketika di perjalanan, beliau berwasiat agar jasadnya dikuburkan di bawah kaki pasukan Muslim, dan para sahabat berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel. Kemudian perjuangan tersebut dilanjutkan oleh Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, Khalifah Harun Ar-Rasyid, Sultan Beyazid I, dan Sultan Murad II tercatat dalam usaha penaklukan Konstantinopel.

Dari kegagalan-kegagalan yang dialami oleh kaum muslimin dalam menaklukan konstatinopel tidak menyurutkan semangat para khalifah karena dengan tujuan satu yaitu karena Allah SWT agar mendapatkan titel sebaik-baik pemimpin di mata Allah SWT.

Hingga visi menaklukan konstantionpel dan romawi terus mengalir hingga sampai di Muhammad Al Fatih. Dengan motivasi yang kuat dari hadist tersebut menjadikan Muhammad Al Fatih sukses sebagai penakluk konstantinopel. Muhammad al fatih bukan secara langsung dapat menaklukan konstantinopel namun melalui proses panjang sejak pendahulunya yang mengikrarkan akan menaklukan konstantinopel. Akumulasi dari kegagalan pendahulu Muhammad al fatih dalam menaklukan konstantinopel dijadikan sebagai kemenangan Muhammad al Fatih menaklukan konstantinopel.

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya). (QS. Al Ahzab: 23)

Tidak ada kata gagal bagi seseorang yang optimis dalam menghadapi tantangan, bahkan mereka akan mencari tantangan-tantangan baru karena mereka yakin dengan tantangan tersebut akan menjadikan mereka lebih kuat dan dapat menuju ke tingkat yang lebih tinggi. Begitu juga Muhammad Al Fatih, setelah selesai menaklukan konstantinopel, Ia begitu ingin mengambil jatah sebaik-baik pemimpin yang kedua yaitu penakluk Roma. Muhammad Al Fatih tidak berpikir, untuk apa lagi menaklukan Roma toh Konstantinopel sudah ditaklukan namun Ia berpikir bahwa Roma harus Ia taklukkan. Saat itu, pemimpin-pemimpin Roma sudah sangat ketakutan dengan invasi dari Muhammad Al Fatih, Dan Allah SWT ternyata masih memberikan peluang sebaik-baik pemimpin kepada Mukmin lain. Hingga hari ini belum ada yang mampu menaklukan Roma, dan masih tersedia satu kursi sebaik-baik pemimpin yang dijanjikan Rasulullah. Siapakah yang akan mendapatkan titel sebaik-baik pemimpin tersebut?

Thomas Alva Edison, pemilik ribuan paten di dunia. Tidak berhenti pada kegagalan-kegagalan yang menimpanya. Bahkan seiring banyaknya cemooh dan cacian menjadikan Ia semangat dalam menaklukan kegagalan-kegagalan. Bahkan saking optimisnya Ia berujar bahwa kegagalan-kegagalan akan membawa Ia satu langkah lebih dekat menuju keberhasilan.

Dengan kegagalan, akan menunjukkan jalan mana yang membawa pada kegagalan dan mana yang membawa kepada keberhasilan. Yang paling pandai adalah yang mampu belajar dari kegagalan orang lain sehingga Ia tak perlu merasakan kegagalan untuk memperoleh kemenangan.

Konsekuensi dari perjuangan adalah kemenangan atau kegagalan. Tergantung kepada keputusan yang dibuat. Siapa yang mencari kemenangan tentu akan mencari lahan perjuangan siapa yang ingin mencari lahan perjuangan juga tidak mungkin akan memperoleh kegagalan.

Apabila seorang hakim membuat keputusan apabila dia berijtihad dan benar maka dia mendapat dua pahala apabila salah maka ia mendapat satu pahala. (Hadist Muttafaq Alaih, Bukhari Muslim dan Ahmad)

Jika dinukil dari hadist tersebut, dan dianalogikan kepada setiap pribadi muslim. Yang memperoleh kemenangan dari perjuangan akan mendapatkan dua pahala sedangkan jika memperoleh kegagalan akan mendapatkan satu pahala. Dan berapa pahala yang akan didapatkan jika tidak berjuang sama sekali?

Wallahu ‘Alam Bishawab.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa Universitas Andalas Jurusan Teknik Mesin. Berasal dari Kabupaten Agam Sumatera Barat. Aktif di berbagai organisasi intra dan ekstra kampus.

Lihat Juga

Tujuh Kompleks Pengungsi Sulteng Diresmikan ACT

Figure
Organization