Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Menjaga Kamu, Menjaga-Nya

Menjaga Kamu, Menjaga-Nya

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (kawanimut)
Ilustrasi. (kawanimut)

dakwatuna.com – Akankah nama kita bersanding dalam satu nama undangan? Begitu perasaan ini membuncah ketika kau berkata akan dijodohkan pada tempat pengajian yang aku kenalkan padamu, Al Ihya. Rabu, 27 juni 2012 pukul 10.00 wib, tanggal itu akan menjadi peristiwa yang menyesakkan jika dirinya bersanding dengan lelaki lain. Inilah pertama kalinya aku memperjuangkan nama seorang gadis.

Selepas pekerjaan, di bawah senja aku menelpon ibu tersayang, memohon restu padanya, agar nama Muhamad Syahrul Ramdhani bisa bersama Henita Ulfah tertulis di buku nikah, menjadi sepasang yang bahagia. Kejadian yang super cepat, dengan berbekal nekat aku bersama orang yang telah mengandung diriku selama 9 bulan melangkahkan kaki menuju rumahnya.Nekat? Di kantong tak ada uang sepeserpun. Hanya tujuan mulia ingin meminang gadis yang sudah beberapa hari namanya tertanam di bilik hatiku.

Masih teringat jelas, bekas hujan menjadi syahdu. Setelah aku menjadi imam shalat maghrib di rumah gadis harapanku. Dengan mantap aku menyatakan ketulusan niat untuk menjadi imamnya selama-lamanya.

“Hmm. Akan dijodohkan Heni oleh pak Kiyai. Tapi, bapak sendiri belum tahu putri bapak akan dijodohkan oleh siapa. Jika Nak Syahrul mau datanglah ke Kiyai, tanyakan pada pak Kiyai mengenai perjodohan Heni.Malam ini ada pengajian rutin di Al Ihya. Pak Kiyai ada di sana”

Masih terus kuperjuangkan seorang Henita Ulfah. Setelah mendengar ucapan teduh dari ayahnya. Aku langsung tak berdiam diri. Setelah berpamit mencium tangan yang aku harap kelak dia adalah mertuaku, kini aku menembus gelapnya malam. Menyalakan motor dan pergi bersama wanita yang telah membesarkanku. Perjalanan ini rasanya tidak begitu mudah, tapi aku percaya karena tiket ridha Allah sudah aku pegang, tiket yang berasal dari ibuku sayang.

***

Kini aku duduk bersama seorang yang aku harapkan adalah mertuaku kelak, juga bersama ayah. Sore tadi kiyai menelpon kami. Menyuruh kami untuk hadir di tempatnya. Entahlah apa yang akan terjadi? Aku harus menyiapkan hati yang sangat lapang jika tawaran keinginanku untuk menggenapi gadis berkecamata itu ditolak. Bagaimanapun aku masih percaya Sang Pecinta akan memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Sungguh minggu malam yang tidak biasanya, minggu malam yang membuat jantungku berdegup tak karuan.

“Kalau akad dilangsungkan besok lusa, rabu malam siapkah Rul? Nggak usah nyiapin apa-apa. Sudah abah siapkan semuanya. Kamu datang aja ke sini nanti rabu malam, gimana?” Abah sapaan hangatnya, sangat santainya berkata demikian sambil memainkan janggutnya.

“Apa secepat ini kah? Rencananya setelah Idul Adha atau bahkan 2 tahun depan lagi seteleh saya mendapatkan gelar sarjana akan melakukan akad. Tapi kiyai meminta 2 hari lagi atau jika saya menunda maka Heni akan lepas begitu saja?” Batin bergejolak, pikiran tak karuan. Sungguh kaget, awalnya aku mengira tak bisa bersama dengannya.Tapi kiyai merestui dan menyuruhku untuk segera menyempurnakan agamaku dengan gadis yang sering kuberikan hadiah MP3.

“Bismillah, saya siap abah…” Ucapku penuh dengan tekad. Sebenarnya aku pun masih bingung dengan apa yang dimaksud oleh pak Kiyai, “Tidak usah mempersiapkan apapun. Karena segala sesuatunya sudah dipersiapkan olehnya.”

Hingga berkas setumpuk itu hadir di hadapanku, harus aku kerjakan dan diisi dengan baik. Berkas syarat agar pernikahanku diakui oleh negara. Tidak usah datang ke kantor KUA. Bahkan ketua KUAnya yang datang mengetuk pintu rumah dan memintaku untuk mengerjakannya dengan sangat baik dan teliti. Dan, siapakah yang menyuruhnya datang ke Jln.Mayjen Ishak Djuarsa No.6/184 Kel.Gunungbatu, rumahku ini?

“Saya muridnya abah, Nak Syahrul” Senyumnya yang ramah sambil menyodorkan berkas yang menumpuk itu.
Mengurus nikah yang bisa lamanya berpuluh hari, berminggu-minggu dan aku hanya menyelesaikanya hanya dua hari. Ah keajaiban yang tiada tara. Akupun sangat bersemangat menyambut hadiah ini. Hadiah dari sang Kuasa untuk mereka yang mau menjaga. Semoga aku termasuk dalam orang yang menjaga kesucian cinta.

***

Memang, nama seorang lelaki Muhammad Syahrul Ramdhani dan Henita Ulfah tidak akan pernah bersanding di surat undangan. Tapi nyatanya kita kini sudah bersanding di pelaminan. Pernikahan yang kilat ini tentu memberikan efek, hingga aku tak dapat menyebarkan undangan dengan surat-surat seperti para pemuka hajat umumnya. Hanya bermodal saldo pulsa, aku pun seolah menjelma menjadi seorang EO yang sedang menjarkomkan acara penting. Berderet nama yang berada di phone book aku kirimkan. Ingin rasanya bisa merasakan menyebarkan undangan, tapi itu tidak mampu aku lakukan. Melalui sebuah telepon genggam juga lisan aku utarakan kebahagiaanku untuk mengundang para sahabat, kawan kantor, juga keluarga besar. Rasa bersalah bermunculan ketika ada banyak nama yang lupa aku kabari akan hari yang yang bersejarah bagi seorang Dhani.

Bahkan aku pun masih tak percaya bisa mengenakan pakaian pengantin, dengan baju berwarna hitam dan payet-payet yang menawan. Belum lagi di sudut ruangan sana, sudah tersedia makanan yang disajikan untuk para tamu undangan. Bukan berupa makanan ringan, tapi sama seperti orang yang mempunyai hajatan, makanan berat. Nasi dan lauk pauk yang menemaninya.

Padahal ketika aku melangkahkan kaki ke tempat ini, aku hanya mengenakan koko putih, juga membawa kue-kue hasil masakan ibu tersayang. Aku kira akan berjalan dengan sangat sederhana. Tapi, ternyata Abah sudah menyiapkanya dengan sangat sempurna. Kursi pelaminan, sajian makanan yang terpisah untuk tamu perempuan dan laki-laki dengan jumlah tamu undangan sebanyak lima ratus orang. Tentu bukan angka yang sedikit bukan? Ah jika ini menggunakan tabunganku, rasanya sungguh sangat tidak mencukupi. Lantunan shalawatpun menambah khidmat sejarahku ini.

***

“Jagalah Allah di hatimu, maka Allah akan menjagamu”
Sebuah quote yang masih terpatri dalam jiwaku hingga hari ini. Sungguh sejarah yang telah tertoreh indah. Bahkan aku tidak membayangkan sudah bisa memiliki prajurit gagah yang kini sudah bisa berjalan. Jika tanpa rencana-Nya, 2014 adalah targetku untuk menyempurnakan agama, tapi Sang Penggenggam jiwa berkata lain, rencana untuk menabung persiapan dua tahun lagi.

Allah menggerakan semuanya, memiliki buku nikah, ijab qabul dengan cepat menjadi dua minggu dan dua hari. Mustahil bukan? Saat itu tabunganku menipis, tak cukup mengadakan resepsi yang dihadiri sebanyak 500 orang.Tapi aku berhasil menikah hanya mengeluarkan uang untuk mahar, mengadakan resepsi yang menurutku perlu berbayar mahal tapi aku mendapatkannya dengan cuma-cuma.Tanpa Kuasa-Nya ini sungguh mustahil. “Terima kasih Abah!”

Bahkan bisa menjadi imam gadis manis itu saja belum pernah aku rencanakan jauh hari. Tidak kuduga, Bagaimana mungkin teman sekantor yang saban hari aku selalu adu mulut dengannya, tiada hari tanpa berbeda pendapat, berselisih, dan tak bosan juga untuk beberapa hari berikutnya berdamai kembali. Kini Henita Ulfah adalah tulang rusukku.

Bagaimana mungkin gadis yang sangat rapi mengenakan jilbab itu, berbeda bagian tugas kerja, kini bisa menjadi orang yang terpenting mengatur keuangan rumah tanggaku? Ya, kini aku tidak bosan bisa bertemu dengannya, berjumpa dengannya.
Apakah ini sebutan beken dari ‘kawan menjadi pacar?’ Jika orang sering berkata demikian. Itu sungguh salah besar. Aku adalah seorang bernama Muhammad Syahrul Ramdhani, lahir di bulan suci. Begitupun aku mencari penggenap diri tidak mau dipenuhi hal buruk, ya aku adalah pria yang menolak sebuah hubungan berupa pacaran. Aku ingin mendapatkan sebuah kebaikan, menjalani cinta suci, agar Sang Kuasa meridhainya.

Istilah lain yang sering aku temukan ‘temen menjadi demen?’ Apa itukah? Rasanya sulit untuk mencerna dalam pikiran. Toh aku dan Heni adalah teman yang sering berdebat. Kemudian bertingkah seperti anak kecil yang bertengkar dan beberapa hari berikutnya berdamai, karena khawatir menabung dosa. Kejadian ini tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Lantas cocok kah aku dengan istilah ‘temen menjadi demen?’

“Setiap akhir pekan kau kemana Hen?” Ajaib. Sejak kapan bibirku bertanya demikian. Mungkin Allah menggerakan hati dan lisanku untuk menjadi seorang yang ramah.
“Hanya membantu orang tua? Ah sayang sekali, aku sarankan kau ke pengajian Al-Ihya” Jawabku setelah mendengar jawaban suara lembutnya.

Salah satu hobiku adalah menghasut orang agar berada di salah satu tempat terindah itu, Al-Ihya. Suatu tempat favoritku. Tempat berkumpulnya orang yang ingin menjadi baik dengan dipenuhi ilmu-ilmu yang disampaikan pak Kiyai. Ya, walaupun aku bukanlah santri di pondok Al-Ihya, aku adalah peserta pengajian umum yang selalu hadir dan duduk rapi mendengar semua tausiyah dan ilmu yang disampaikan oleh pak Kiyai. Semoga ajakan itu bisa membuat gadis yang selalu mengajakku rusuh itu tergoda untuk kesana.

Syahrul, jadwal pengajian minggu nanti mengenai apa? Jam berapa?
Sebuah pesan masuk. Gadis dengan pemiliki sapaan Heni itu sudah beberapa kali menanyakan jadwal pengajian. Dan kini dia sama rajinnya denganku menjadi peserta pengajian di pesantren pak Kiyai. Hanya sebatas ber-sms menanyakan jadwal pengajian di Al-Ihyalah yang membuat kami berkomunikasi. Mungkin, kalau dia tidak pernah ke Al-Ihya kita akan sangat jarang berkomunikasi. Bahkan aku tak peduli dia mau kesana dengan menggunakan apa? Mungkin kebanyakan pria yang mengaku gentle, akan menjemput dan mengantar seorang gadis ke tempat yang dituju. Ah aku adalah aku, masih berpegang kuat untuk menjaga interaksi, tak pernah aku berniat untuk membonceng Heni sebagai bentuk peduliku dan kagumku karena dia mau mengaji di Al-Ihya. Aku hanya bisa berdoa untuknya agar sepanjang perjalanan diberikan kemudahan, keselamatan dan keberkahan. Inikah yang disebut ‘demen’ dan ‘pacar’? Tentu bukan.

***

Dari Thabrani meriwayatkan, dari Aisyah ra.bahwa, “Biasakanlah kamu saling memberi hadiah, niscaya kamu akan saling mencintai.”Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

Apakah itu penyebab ada rasa yang berbeda kepada gadis kelahiran 22 Jul 1991? Ya, aku hanya ingin menjadi seorang yang bermanfaat untuk di sekitar. Hingga berniat manghapus kesalahan ku yang dulu-dulu karena sering beradu mulut dengannya. Maka aku pun sering memberikan hadiah berupa MP3 murattal. Hingga rasa itu semakin saja memasuki bilik jiwaku, aku mencoba bertahan, menjaga untuk terus memegang kuat prinsipku dengan tidak berpacaran.

MP3 berupa tausiyah itu menjadi hadiah yang sering aku berikan padanya. Ya, mempersiapkan jika garis takdir-Nya menyandingkan namaku dan namanya di surat undangan aku sudah membekalinya dengan ilmu-ilmu yang tersimpan di MP3 itu. Sebuah pengharapan yang aku labuhkan pada Sang Maha Pecinta.

***

Kini si gadis yang sering menjadi kawan berselisih, menjadi kekasihku. Kekasih halalku. Dialah wanita pertama yang aku gandeng tangannya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Rasa syukur tak henti, tahmid mengaliri lisanku. Inilah cinta-Nya. Bisa menggenapi seorang gadis yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya, dimudahkan dalam proses untuk bersamanya, berkas-berkas KUA yang merumitkan, biaya nikah yang tidak sedikit, itu berjalan dengan mudah.

Inikah sebuah hadiah dari ‘Jagalah Allah di hatimu, maka Allah akan menjagamu?!’

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Seorang pembelajar yang mencintai kesederhanaan mencoba menyelami sastra, aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan, dan keluarga Rumah Dunia.

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization