Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Cinta Ini Untukmu Ya Allah

Cinta Ini Untukmu Ya Allah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Cinta bagaikan sesuatu yang tak terpisahkan dari suatu kehidupan manusia. Cinta bagaikan rembulan yang tak pernah padam, ia selalu menerangi hati yang sedang dilanda pesona asmara. Setiap manusia memiliki perasaan cinta, cinta kepada Ayah dan Ibu, cinta kepada kakak adik, cinta sanak keluarga, dan paling utama adalah cinta kepada sang Pencipta Allah SWT.

Setiap orang pasti pernah merasakan dan mengalami cinta, suatu perasaan yang membuat hidup ini penuh arti, penuh rasa, dan membuat hidup ini menjadi dinamis. Kita telah mengenal cinta sejak kita dilahirkan, saat itu kita mencintai (maaf) puting susu ibu karena dari situlah sumber kebutuhan biologis kita tercukupi. Setelah itu kita tumbuh menjadi seorang bocah yang bisa merasakan kasih sayang kedua orang tua dan kitapun mencintai mereka. Setelah itu kita tumbuh menjadi remaja yang telah baligh dan mulai mempunyai rasa ketertarikan terhadap lawan jenis, kemudian kita menjadi dewasa yang telah menemukan jati diri sehingga apa yang kita cintai pun menjadi beragam; ada yang cinta harta, kekuasaan, ilmu, popularitas, dll. (Tri Wahyudi,2009).

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al Baqarah :165)

Kandungan dari Al-Quran di atas menerangkan bahwa manusia menyembah dan mencintai selain Allah, maka ia termasuk orang-orang yang zhalim yang di akhirat nanti akan mendapatkan siksa yang pedih, niscaya mereka akan menyesal. Sebaliknya jika manusia itu tulus menyembah dan mencintai hanya kepada Allah SWT, maka mereka adalah termasuk golongan orang yang beriman.

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-Imran : 31)

Kandungan ayat Al-Quran di atas bahwasanya kita umat muslim harus benar-benar mencintai Allah, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni segala dosa-dosa kita karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

… tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. Al-Hujurat : 7)

Kandungan dari ayat Al-Quran di atas adalah bahwa cinta ini datangnya dari Allah dan Allah menjadikan cinta-Nya ini untuk keimanan karena keimanan itu akan menjadi indah di dalam hati kita serta menjadikan kita ini benci terhadap kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan (naudzubillahmindzalik). Sehingga kita termasuk orang-orang yang mengikuti jalan Allah yang lurus.

“ Dari Anas r.a. dari Nabi saw. Bersabda: “ Barangsiapa ada tiga perkara padanya, ia telah mendapatkan manisnya iman, yaitu hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai olehnya dari apa yang selain keduanya, hendaklah ia mencintai dan membenci seseorang semata karena Allah, dan hendaklah ia benci untuk kembali kepada kekafiran, sebagaimana ia benci jika akan dicampakkan ke dalam neraka”. (H.R. Bukhari Muslim)

Hadits di atas memberikan pengertian bahwa seseorang yang dapat melakukan tiga perkara tersebut akan dapat merasakan manisnya iman, yaitu akan selalu mengerjakan ibadah dengan ikhlas. Hal ini disebabkan karena ia menyadari bahwa ibadah yang dikerjakan adalah untuk kepentingan dirinya sendiri.

Mencintai Allah dan Rasul Melebihi Cinta kepada Selain Keduanya
Mencintai Allah dan Rasul melebihi cinta kepada selain keduanya, maksudnya adalah cinta kita kepada Allah dan Rasul- Nya harus di atas segala- galanya. Kita harus menomor satukan cinta kita kepada Allah dan Rasul- Nya, yaitu dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan keduanya. Hal itu bukan berarti kita tidak boleh mencintai yang lainnya, karena kecintaan yang ada di dunia ini tidak akan kekal, mungkin yang kita cintai lebih dahulu meninggalkan kita atau sebaliknya. Allah dan Rasul- Nya mencintai kita selama kita mencintai keduanya. Sehubungan dengan hal tersebut, pernah suatu ketika Malaikat Jibril memberikan pelajaran kepada Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hakim yang artinya : “ Hiduplah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah sesuatu sesukamu maka sesungguhnya kamu akan berpisah. Berbuatlah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan bertemu dengannya “.( H.R. Hakim)

Hadits tersebut memberikan pelajaran bahwa semua yang ada di dunia adalah fana’(rusak). Padahal kita yakin bahwa ada kehidupan setelah hidup di dunia ini. Dunia adalah sarana untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang lebih baik. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Dunia adalah sawah ladang akhirat “ Oleh karena itu, untuk mendapatkan kehidupan di akhirat yang menyenangkan, kita wajib mencintai Allah dan Rasul yaitu dengan meletakkan kepentingan Allah dan Rasul–Nya di atas segala – segalanya.

Seandainya kita berpikir, sungguh ini merupakan keistimewaan yang luar biasa. Allah Yang Maha Besar, Maha Tinggi, Raja Diraja, mengkhususkan khitab (pembicaraan) dan kalam-Nya untuk manusia yang penuh dengan kelemahan ini. Allah memberikan kepada mereka kemuliaan untuk berbicara, berkomunikasi dengan-Nya.

Aku Cinta Allah.. Cinta Allah.. Aku Cinta Allah. Subhanallah Alangkah luar biasanya anugerah dari sang khalik, sang Maha Aziz, sang Maha Rahman dan Rahim.

Cinta yang tulus hanya milik Allah, rindu yang tulus hanya milik Allah, kasih yang tulus hanya milik Allah dan kita semua adalah milik Allah. Begitu nikmatnya alangkah hidup kita ini dicintai dan diridhai Allah SWT, para Rasul-Nya, para para malaikat-malaikat-Nya, serta makhluk ciptaan Allah SWT.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Berasal dari desa Pengarengan Cirebon, di mana Pengarengan merupakan suatu desa yang membuatnya tertegun akan perjalanan hidpnya sebagai ilmuwan. Lahir bulan November 1994. Dilahirkan oleh kedua orang tuanya yang sangat hebat, mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa setelah sebelum guru, karena merekalah menulis di sini, dan karena merekalah berjuang demi apa yang berhak didapatkannya (cita-cita) yaitu sebuah kebahagiaan hakiki (masuk surga bersama kedua orang tua, sanak keluarga dan semua orang yang mencintainya). tTerlahir di keluarga yang sederhana, dan dapat menikmati pendidikan dari mulai TK Nurul Huda Pengarengan, kemudian SDN 1 Pengarengan, kemudian SMPN 1 Lemahabang, lalu SMAN 1 Lemahabang dan bisa menikmati pendidikan tertinggi yakni S1 Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro. Akan manfaatkan betul waktu yang disediakandi UNDIP, yakni dengan berprestasi demi membangun negeri.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization