Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Dosen yang Bukan Sekadar Pengajar

Dosen yang Bukan Sekadar Pengajar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Pernah saya mengira bahwa menjadi dosen cukup hanya mengajar saja. Menyampaikan mata kuliah apa adanya. Saya pikir mahasiswa adalah orang yang sudah dewasa sehingga mereka sudah tahu harus bagaimana menjalani hidup dan dunia perkuliahan.
Juga saya juga mengira bahwa mudah saja menjadi dosen itu. Yang penting punya ijazah, punya SK mengajar maka sudah sah seseorang untuk mendapat label dosen. Dulu, ya dulu saya mengira begitu.

Namun seiring waktu, saya temui banyak cerita, aneka peristiwa dan berbagai macam mahasiswa. Kadang kala ada yang baik, cerdas, sopan santun dan murah senyum. Ada juga yang cerdas, namun tidak percaya diri. Pernah juga saya jumpai mahasiswa yang kebingungan tidak tahu harus bagaimana.

Hingga pada suatu ketika, saya menyimpulkan sendiri, bahwa menjadi dosen itu juga pendidik, bukan sekadar pengajar. Walau begitu banyak teori tentang pengajaran, namun bagi saya, mahasiswa adalah seperti putra-putri sendiri. Tentu saja, dalam mendidik mereka diperlukan cinta, cita, rasa, asa, karsa dan masa. Tidak boleh sekadarnya, apalagi dilakukan dengan terpaksa. Satu hal lagi, yaitu keteladanan; terkait akhlak, tutur kata, roman muka dan kemauan untuk terus belajar.

Sejatinya, dosen yang pendidik juga dosen yang pembelajar. Perkembangan ilmu berlari dengan kencang. Teknologi pesat maju melesat begitu dahsyat. Jangan sampai, seorang dosen menjadi makhluk jadul yang membosankan dan merasa pintar sendiri. Apalagi, menjadi dosen seram nan menakutkan.

Sebaiknya, dosen mau juga jadi pembantu. Membantu mahasiswa untuk mengenali dirinya, sehingga tahu harus bagaimana bila menemui kesulitan atau masalah. Membantu mahasiswa merasa percaya diri, membantu mahasiswa untuk jadi orang cerdas yang jujur. Membantu mahasiswa untuk jadi orang pintar yang berakhlak mulia.

Sembari mengakhiri tulisan ringan ini, saya bertanya pada hati nurani: sudahkan saya menjadi dosen yang pendidik? Sembari juga berharap bahwa saya tidak menjadi dosen sok pintar yang menyeramkan. Semoga saya dan mahasiswa mampu menjadi pembelajar tangguh dalam porsi kami masing-masing. Melakukan perintah Ilahi untuk terus menjadi pembelajar selamat hayat di kandung badan.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu dari empat orang anak, dua putra dan dua putri. Menyukai menulis dan membaca. Bekerja sebagai dosen di FKM UAD, Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta sejak 2003.

Lihat Juga

Tradisi Ilmu dan Pendidikan antara Islam dan Barat

Figure
Organization