Topic
Home / Berita / Opini / Antara Ikhwanul Muslimin, Mesir, dan Al-Azhar

Antara Ikhwanul Muslimin, Mesir, dan Al-Azhar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Hasan Al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin (inet)
Hasan Al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin (inet)

dakwatuna.com – Ikhwanul Muslimin (IM) atau panggilan kerennya Al-Ikhwan adalah sebuah jamaah yang ada di Mesir. IM mulai didirikan pada bulan Maret 1928 di kota Islamiyah Mesir oleh Imam Hasan Al-Banna. Kemudian ketika Imam Hasan Al-Banna dipindah tugaskan sebagai guru di sekolah Abbas pertama di Kairo. Namun, dengan perpindahan tugas tersebut dimanfaatkan oleh Hasan Al-Banna untuk meluaskan aktivitas dakwahnya ke ibu kota Mesir, tempat berbagai keputusan politik dilakukan dan jumlah penduduknya jauh lebih banyak serta heterogen dibandingkan Islamiah.

Kota Islamiah juga menjadi sejarah bagi IM, karena kota Islamiah telah memberikan inspirasi yang mengagumkan sebagai tempat dimulainya pertumbuhan gerakan ikhwan. Dari kota yang merupakan kamp Inggris mulai membangkitkan diri setiap warga yang tekad dan kuat untuk mengkaji ulang keberadaan penjajah Inggris yang telah menimbulkan berbagai bencana, kesengsaraan, serta hilangnya harga diri dan martabat bangsa Mesir umumnya dan Islam pada khususnya. Penjajahan yang dilakukan Inggris merupakan penghalang utama bagi kebangkitan dan kemajuan Mesir serta rintangan besar upaya menciptakan persatuan Arab dan umat islam selama 60 Tahun.

Dengan perjuangan yang dilakukan IM dan semakin banyaknya pengikut sampai mampu ke ranah parlemen menjadikan geram kaum zionis. Mulai dari pemerintahan An-Naqrasyi yang berusaha membubarkan IM sampai saat ini tentang kudeta Mursi yang tidak kunjung usai.

Mesir adalah tempat bersejarah bagi Ikhwan, karena berawal dari Mesir, Ikhwan mampu menguncang dunia bahkan sampai di negara ini. Indonesia. Masih ingatkah dengan kemerdekaan bangsa ini, negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Mesir (secara de facto). Ikhwan masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan.

Keindahan Mesir tidak hanya Piramida dan Sungai Nil yang sangat familiar dikalangan kita. Namun, Mesir masih punya Al-Azhar yang megah hingga saat ini. Selayang pandang sejarah Al-Azhar adalah ketika Shalahuddin al-Ayubi mengembalikan Mesir menjadi Sunni, pemikiran syi’ah dan khilafah Syi’iyah mengakar sekitar abad ke-7 H. Sultan an-Nasher Shalahuddin mencoba mendirikan sebuah institusi ilmiah yang diberi nama Al-Azhar. Institusi tersebut mengkaji dan mengajarkan mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah, serta ilmu keislamaan seperti aqidah, bahasa Arab, serta berbagai disiplin ilmu lainnya. Sejak saat itu hingga sekarang Al-Azhar mulai terkenal sebagai salah satu Institusi pendidikan Islam yang unggul dan hebat di seluruh penjuru dunia Islam, dari ujung barat sampai ujung timur, dan dikunjungi oleh kaum muslim yang ingin menimba ilmu keislaman. Hingga sekarang, sudah tak terhitung alumni yang telah dihasilkan oleh Al-Azhar baik di Mesir dan negara-negara Arab maupun di berbagai negara islam lainnya.

Ulama-ulama Al-Azhar dalam perjalanannya kemudian baik di Mesir, negara Arab serta Islam lainnya, menguasai berbagai disiplin ilmu, atau menduduki berbagai jabatan terhormat. Dengan demikian kiprah dan pengabdian para ulama Al-Azhar telah melampaui Mesir dan menyeberang ke berbagai negara di dunia Arab dan Islam. Sejarah Al-Azhar menjadi saksi yang jujur untuk semua itu. Meski demikian, sebagai sebuah institusi pendidikan islam terbesar, Al-Azhar juga sering dianggap sebagai momok di mata para penjajah dan musuh-musuh Islam dan bagi para penguasa yang zhalim. Hal ini disebabkan sering munculnya berbagai demonstrasi yang dari Al-Azhar, menentang kebatilan dan kezhaliman. Karena dari sana pula dirancang berbagai strategi dan konsep untuk melawan musuh-musuh Islam.

Pandangan ikhwan terhadap Al-Azhar senantiasa posistif sebagai dampak dari pemahamannya yang benar terhadap agama Islam. Ikhwan menyadari sepenuhnya pentingnya peran Al-Azhar baik di Mesir maupun diseluruh dunia Islam dalam melindungi ilmu Islam dan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran. Jamaah ini juga menghargai amal mulia yang dilakukan Al-Azhar di bidang dakwah dan pengajaran. Imam Hasan Al-Banna mengungkapkan hubungan pemikiran IM dengan Al-Azhar dan para ulamanya, beliau mengatakan “Salah satu faktor yang mendorong bangsa Timur untuk menyimpang dari Islam dan memilih untuk mengekor ke Barat antara lain karena mereka beranggapan bahwa kebangkitan Barat berhasil dengan baik setelah mereka mampu meruntuhkan agama dan gereja, membebaskan diri dari kekuasaan Paus, membasmi semua kekuasaan agama di tengah masyarakat serta memisahkan secara total antara masalah agama dengan masalah kenegaraan. Konsep Islam terhadap masalah tersebut sangat berbeda dengan konsep agama manapun. Kekuasaan dalam Islam kecil dan terbatas, dan tidak mungkin dapat mengubah situasi serta membalikkan sistem Islam. Hal itu menjadikan kaidah-kaidah pokok Islam sepanjang waktu akan dapat menyesuaikan diri dengan zaman, dan selalu mengarah kepada kemajuan, mendukung ilmu pengetahuan serta melindungi para ilmuwan.”

Memang erat hubungan IM, Mesir dan Al-Azhar. Mereka tidak dapat dipisahkan, karena sangat berperan penting dalam dunia Islam.
Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...
Mahasiswi semester 4 jurusan Pendidikan Bahasa Arab di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Saat ini masih aktif di KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) sebagai staff humas. Mengikuti FLP (Forum Lingkar Pena) di kampus sejak semester 2.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization