Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Aku Shofwah, Seorang Anak yang Ingin Bicara Mengenai Gaza

Aku Shofwah, Seorang Anak yang Ingin Bicara Mengenai Gaza

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ilustrasi (inet)dakwatuna.com – Namaku Shofwah Firdaus. Salam kenal dariku, seorang tunas yang dijanjikan perlindungannya. Dijanjikan dengan aturan tinggi negaranya. Namaku Shofwah dan aku adalah seorang anak.

Terlalu muda memang usiaku, hanya sekadar mampu menuliskan kata atas setiap keadaan yang ada, tentang Negara dan tentang dunia. Terlalu tinggi, meninggi atau mungkin ketinggian. Ya, meski aku baru bisa belajar mengeja angka, mendefinisikan huruf untuk disusun menjadi kata. Sampai bisa aku baca.

Sangat tidak berlebih kalau aku berkisah tentangku, tentang duniaku, “ANAK”. Sebutlah Aku adalah anak dan anak adalah aku. Ya, Aku itu Anak.

Kuajak kau berkenalan, mengenalku atas keberadaan dan hak-hakku. Agar ada perhatian antara saya dan Anda, antara kita.

Aku adalah anak dunia, ada dimana-mana. Setiap yang belum mencapai 18 tahun hitungan umur manusia maka ia sama sepertiku, seorang anak manusia.

Aku ada sejak dulu, kini bahkan nanti.

Kalian juga tahu seperti apa kondisi anak sepertiku. Temanku di sana banyak yang menderita, di beberapa negara. Sebutlah salah satunya di Gaza, Palestina.

“Bukannya kami tak ingin bahagia, merengkuh kesempatan bermain sesuai usia. Tapi seruan negara kami berbeda. Kami harus ikut menyelamatkannya”, itu jawaban dari mereka, temanku, yang usianya tak berbeda jauh dariku.

Protes hingga solidaritas bermunculan disini juga disana, di negaraku juga di negaranya.

Hentikan peperangan!
Berikan kemerdekaan!
Gunakan kewenangan!
Belalah atas nama kemanusiaan!

Aku sudah belajar apa hak yang harusnya aku dapatkan selaku anak, juga hak mereka yang disana. Kami harus mendapat persamaan, kesehatan, permainan, makanan, kebangsaan, peran dalam pembangunan, pendidikan, pemberian nama juga rekreasi salah satunya.
Mungkin itu hak yang hanya sekedar dideklarasikan dan disyahkan, tahu apa anak seusiaku tentang Liga Bangsa-bangsa, Perserikatan Bangsa-bangsa, Konvensi Hak Anak dan lain sebagainya. Tahuku mereka adalah badan yang mendukung penetapan atas deklarasi itu, deklarasi yang masih buntu untuk dituju. Nol.

Bukankah seharusnya, hak anak melekat pada mereka yang juga seumuran denganku, mereka teman-temanku. Jika hak anak adalah hak asasi manusia, maka temanilah aku untuk berteriak, melantangkan tuntutan pengangkatan hakku “HIDUP HAK ANAK!”, Hidupkan hakku dan teman-temanku.

Namaku Shofwah, usiaku baru tiga tahun dan aku mendengar berita bahwa di negara sana, Palestina, temanku sedang dalam derita. Aku di Indonesia, nasional kebangsaanku. Namun di hari ini, tepat di 23 Juli, hari ini harus diperingati. Satu hari yang katanya begitu diberkati, hari sakral yang wajib dita’zimi. Hari Anak Nasional.

Jika memang anak di seluruh dunia punya hak yang sama, kenapa di belahan dunia sana masih saja ada yang menderita karena dideritakan? Kenapa masih ada yang tertindas karena ditindas? Kenapa harus ada yang mati karena dimatikan?

Jika memang anak di seluruh dunia sama, dijamin hidup beserta hak-haknya maka hari ini, di mana Hari Anak Nasional diperingati, “Wahai dunia aku menuntutmu memberikan hak-hakku, menegakkan badan untuk membantu teman-temanku”.

Jika memang hari ini adalah Hari Anak Nasional, ajarkan pada kami bagaimana mengajak negeri ini untuk paham etika toleransi, memahami cara tinggi berbudi pekerti pada semua manusia termasuk anak-anak.

Selamat Hari Anak nasional.

*Shofwah adalah seorang gadis kecil yang menginspirasi penulis.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Pekerja Sosial Kementerian Sosial RI (Developer Community) - Penulis - dan Konsultan di Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sinar Kasih Sragen.

Lihat Juga

Sabyan Kampanye Pembangunan Klinik THT di Palestina

Figure
Organization