Topic
Home / Berita / Daerah / Muballigh Hijrah Bina Umat Membentengi Umat dari Kristenisasi

Muballigh Hijrah Bina Umat Membentengi Umat dari Kristenisasi

Ja’far dan Ibrahim diapit remaja dan anak-anak Masjid Ngentak Sumber Agung saat berlangsung Mubaligh Hijrah Bina Umat, 3 Juli 2014.  (Arif Agung)
Ja’far dan Ibrahim diapit remaja dan anak-anak Masjid Ngentak Sumber Agung saat berlangsung Mubaligh Hijrah Bina Umat, 3 Juli 2014. (Arif Agung)

dakwatuna.com – Yogyakarta.  Ramadhan membawa kabar gembira tersendiri bagi masyarakat muslim di Moyudan, sebuah kecamatan di pinggiran kabupaten Sleman Yogyakarta. Setiap hari, masyarakat mendapatkan ruh baru dalam menyemarakkan dan memakmurkan masjidnya.Muballigh Hijrah menjadi energi tersendiri bagi semaraknya kegiatan dakwah di Moyudan.

Muballigh hijrah adalah program pengiriman santri kelas 12 Ponpes Bina Umat terjun ke medan dakwah yang nyata. Acara yang berlangsung selama 10 hari (1-10 Ramadhan) ini berakhir sampai dengan 8 Juli 2014 diikuti oleh peserta 16 santriwan dan 36 santriwati dan disebar di 13 masjid se kecamatan Moyudan.

Kecamatan Moyudan adalah daerah pertanian yang subur dan penghasil padi sepanjang tahun. Daerah yang awalnya muslim semua ini menjadi target kristenisasi, bahkan di desa Sumber Arum itu hampir separuh warganya telah berpindah agama. Mereka adalah korban kristenisasi yang pada tahun 80-an masif di daerah ini,

“Muballigh Hijrah adalah perhatian kami terhadap masyarakat muslim di Moyudan. Selain kami juga harus berkontribusi positif dengan masyarakat, kami juga bertanggung jawab dengan dakwah Islam di lingkungan sekitar. Membentengi umat dengan dakwah dan juga mengembalikan murtadun ke aqidah yang benar. Santri kami membantu mengajar anak-anak di TPA, pengajian buka bersama, imam shalat dan juga ceramah tarawih”, terang Arif Agung S.H.I selaku koordinator Muballigh Hijrah.

Salah seorang santri muballigh hijrah mengungkapkan kegembiraannya terjun langsung berdakwah di masyarakat.

“Seru dan seneng banget, bisa langsung terjun ke masyarakat. Jadi ilmu kita bisa bermanfaat”, ungkap Syafir Walida Haq santri yang ditempatkan di masjid kampung Keron, Sumber Arum.

“Kita bisa banyak belajar tentang lingkungan yang beda dari lingkungan kita biasanya. Ternyata berhadapan dengan masyarakat lain yang memiliki kultur dan kebiasaan yang beda itu nggak mudah. Harus membiasakan diri untuk saling menerima dan menghargai”, tambah Rasyidah Azzahra santri asal Palembang. (Arif Agung/sbb/dakwatuna)

 

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir dan besar di Jakarta, Ayah dari 5 orang Anak yang hobi Membaca dan Olah Raga. Setelah berpetualang di dunia kerja, panggilan jiwa membawanya menekuni dunia membaca dan menulis.

Lihat Juga

Pekerja Indonesia Malaysia Adakan Buka Bareng dan Tarawih

Figure
Organization