Topic
Home / Dasar-Dasar Islam / Tazkiyatun Nufus / 12 Ramadhan, Menghidupkan Hati dengan Membahagiakan Orang Lain

12 Ramadhan, Menghidupkan Hati dengan Membahagiakan Orang Lain

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (farm4.static.flickr.com)
Ilustrasi (farm4.static.flickr.com)

dakwatuna.com – Hati akan hidup jika dimasuki cahaya keimanan. Tapi cahaya itu akan cepat padam jika tidak dipelihara.

Cahaya Al-Qur’an

Tergetar dan terpengaruh oleh pesan Al-Qur’an adalah hal yang harus diusahakan, bukan sekadar pemberian begitu saja. Usaha yang dilakukan bisa dimulai dengan berwudhu dahulu, karena wudhu bisa menyegarkan semangat. Lalu membersihkan mulut dengan menggunakan siwak atau lainnya.

Memilih tempat yang tenang akan sangat membantu kita dalam berkonsentrasi dalam memahami sehingga bacaan pun akhirnya bisa dirasakan dalam hati. I’tikaf di masjid di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, di antara hikmahnya, adalah untuk menyediakan suasana yang tenang dan damai dalam membaca Al-Qur’an, berdzikir dan tafakur.

Oleh karena itu i’tikaf harus disuasanakan seperti itu. Rasulullah saw. pernah mendengar beberapa sahabat membaca Al-Qur’an dengan suara tinggi dalam i’tikaf. Rasulullah saw. langsung menyingkap tabir tempatnya beri’tikaf, dan mengatakan, “Bukankah kalian semua sedang munajat (berbisik-bisik) dengan Allah Ta’ala? Karena itu janganlah saling menggangu dengan suaranya. Janganlah terlalu meninggikan suara saat membaca Al-Qur’an.” [HR. Abu Daud].

Oleh karena itu sebaiknya kita mencari tempat yang tenang agar bisa mudah memahami dan merenungi bacaan kita. Demikian juga dengan waktu, hendaknya kita pilih waktu yang tenang. Oleh karena itu dianjurkan shalat malam:

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” [Al-Muzammil: 6].

Agar Cahaya Tak Kunjung Padam

Setelah itu, memahami dan merenungi Al-Qur’an adalah hibah dan pemberian dari Allah Ta’ala. Jika kita bisa melakukannya, berarti Allah Ta’ala memilih kita dan menyayangi kita. Tidak semua orang bisa demikian. Ada sebuah rumus dari Rasulullah saw. dalam hal ini:

ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

“Sayangilah yang di atas bumi, niscaya yang di lagi akan menyayangimu.” [HR. Abu Daud dan Tirmidzi].

Rasulullah saw. juga menjelaskan:

أحب الناس إلى الله أنفعهم، وأحب الأعمال إلى الله عز وجل سرور تدخله على مسلم، أو تكشف عنه كربة، أو تقضى عنه دينًا، أو تطرد عنه جوعًا، ولأن أمشى مع أخي المسلم في حاجة، أحب إلىَّ من أن أعتكف في المسجد شهرا

“Orang yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Perbuatan yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah membahagiakan hati orang lain, memecahkan masalah dan musibahnya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan laparnya. Membantu saudaraku menyelesaikan urusannya lebih aku senangi daripada i’tikaf di masjid selama sebulan.” [HR. Thabrani].

Oleh karena itu hendaknya kita selalu berusaha membahagiakan orang lain, karena di antara balasannya adalah dicintai Allah Ta’ala. Diceritakan, seorang shalih didatangi oleh orang yang berpenampilan dan berpakaian baik di dalam kuburnya. Dia pun bertanya, “Siapakah kamu?” Orang itu menjawab, “Aku adalah kebahagiaan yang engkau berikan kepada saudaramu pada hari anu, jam sekian.”

Memberikan kebahagiaan sangat banyak pintunya. Bahkan memberikan sebiji permen pun bisa memberikan membahagiakan kepada orang lain. (msa/dakwatuna)

Redaktur: M Sofwan

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
S1 Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir. S2 Universitas Al-Neelain, Khartoum-Sudan. Dosen Ma'had An-Nuamy, Jakarta

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization