Topic
Home / Narasi Islam / Ekonomi / Berpikir Tentang Sesendok Nasi

Berpikir Tentang Sesendok Nasi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (resepmasakantipscarakhas.blogspot.com)
Ilustrasi. (resepmasakantipscarakhas.blogspot.com)

dakwatuna.com – Sumber pangan di alam ini begitu melimpah, mulai dari tumbuhan, hewan, semua bisa dijadikan bahan pangan, tentu saja yang memenuhi syarat keamanan pangan dan syarat agama. Namun, bagaimana jika jumlah penduduk bumi ini begitu banyak dan mengambil semua bahan pangan yang tersedia? tentu lambat laun bumi ini akan rusak karenanya. Pada kenyataannya, populasi manusia memang akan terus bertambah, bahkan sebelum tahun 2050 telah diprediksi bahwa populasi manusia akan bertambah sebanyak 2 miliar orang. Lalu, bagaimanakah cara mencukupi kebutuhan pangan sebanyak 9 Miliar manusia tanpa merusak bumi ini? Ada beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara paling efisien menurut Jonathan Foley – jurnalis majalah National Geographic – adalah mengurangi makanan mubazir.

Sebagai seorang muslim tentu kita sudah sangat familier dengan firman Allah SWT yang menjelaskan tentang larangan bersikap mubazir. Allah SWT menyampaikan larangan tersebut melalui QS. Al Isra Ayat 26-27 yang artinya, “ Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros, sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu kawan setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”. Dari ayat tersebut sudah sangat jelas bahwa kita tidak boleh bersikap mubazir dalam segala hal, baik uang, waktu ataupun makanan dan jika ada sisa harta sebaiknya diberikan pada kerabat, orang miskin ataupun musafir. Perbuatan mubazir merupakan wujud keingkaran kepada Allah, karena dengan membuang harta atau makanan kita dengan sia-sia itu artinya kita telah kufur akan nikmat Allah SWT.

Membuang makanan sisa baik sengaja atau tidak sengaja mungkin menjadi hal yang sepele bagi kebanyakan orang, tapi jika kita teliti lebih dalam, ternyata hal itu cukup berpengaruh bagi dunia ini, kita mungkin sering menyepelekan sesendok nasi yang tersisa di piring kita, itu tak begitu berarti jika dilakukan oleh kita sendiri, namun bagaimana jika 200 juta masyarakat Indonesia melakukan hal serupa? Coba pikirkan jika setiap orang membuang 5 gram nasi di piring mereka, itu artinya akan ada 1000 ton nasi yang menumpuk di tempat pembuangan sampah. Itu baru di Indonesia, faktanya pada tahun 2011 FAO telah melakukan survei tantang masalah ini dan mereka menyatakan bahwa sepertiga makanan yang dikonsumsi oleh manusia di muka bumi ini hilang dengan sia-sia, jumlah tersebut hampir mendekati 1,3 Miliar ton tiap tahun, jumlah yang sangat cukup untuk memberi makan 7 miliar orang di dunia ini. Jika orang-orang yang kelaparan mengetahui kabar ini tentu saja mereka akan mengutuki setiap orang yang sengaja membuang makanan.

Di Negara-negara maju, makanan yang terbuang berasal dari sisa-sisa toko, restoran, atau rumah, sedangkan di Negara miskin, makanan terbuang terjadi karena sarana dan prasarana penanganan bahan pangan yang kurang memadai. Berbeda lagi di Negara berkembang seperti di Indonesia, nampaknya kehilangan makanan disebabkan oleh 2 hal tersebut, selain karena sarana dan prasarana yang kurang memadai, masyarakat negeri sepertinya masih menganggap menyisakan makanan di piring mereka bukanlah masalah besar, lihat saja di kantin-kantin, di acara pernikahan atau pesta, di restoran, banyak sekali makanan sisa yang terbuang sia-sia.

Perbaikan sarana dan prasarana adalah kewajiban pemerintah, sedangkan kewajiban masyarakat adalah memperbaiki cara pikir dan cara makan. Di bulan Ramadhan ini merupakan waktu yang tepat untuk membenahi ini semua. Dengan berpuasa, seharusnya kita semakin tersadar bahwa banyak orang yang masih merasa sulit untuk sekedar makan sesuap nasi, masih banyak anak-anak yang mati kelaparan, dan masih banyak mereka yang cacat karena kurangnya asupan gizi. Menyadarkan diri kita akan masalah-masalah tersebut seharusnya dapat meningkatkan kehati-hatian kita saat makan dan menghindari kemubaziran.

Dengan berpuasa kita dapat lebih menghemat bahan pangan, bahan pangan yang biasanya untuk makan siang dapat disimpan untuk digunakan esok hari atau akan lebih baik lagi jika bahan pangan tersebut diberikan pada orang lain yang membutuhkan. Tidak hanya dengan berpuasa, cara makan juga perlu dibenahi, memasaklah sesuai kebutuhan, dan ambillah porsi yang tepat. Cara makan Rasulullah sangatlah efisien untuk menghindari kemubaziran dan menghemat bahan pangan. Mengambil makanan sedikit demi sedikit dengan begitu ketika sudah merasa kenyang tidak banyak makanan yang tersisa, lalu mengunyah makanan agak lama, secara biologis, mengunyah makanan agak lama akan memberi waktu bagi otak untuk mengirim sinyal “kenyang” ke otak, sehingga kita akan cepat kenyang walaupun hanya makan sedikit, lalu yang ketiga tentu saja makan secukupnya, bahkan Rasulullah tidak pernah makan sampai kenyang dan hanya menghilangkan rasa lapar saja. Selain itu, dari segi kesehatan, makan makanan berserat tinggi juga dapat mencegah rasa lapar, dan baik untuk kesehatan pencernaan.

Banyak cara untuk mengatasi kemubaziran, namun yang paling penting adalah meningkatkan kewaspadaan akan sikap mubazir itu sendiri, karena sikap mubazir merupakan tanda bahwa kita kurang bersyukur akan nikmat yang telah Allah beri, dan ingatlah bahwasanya setiap nikmat yang Allah beri akan dimintakan pertanggungjawaban di akhirat, lalu jika nikmat berupa makanan saja kita buang, hujjah apa yang akan kita sampaikan pada Allah kelak untuk mempertanggungjawabkan sepiring nasi atau sesendok sayur yang terbuang sia-sia? Wallahu a’lam bish shawab, semoga kita tidak termasuk orang-orang yang bersikap boros terhadap harta, termasuk makanan.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Sleman Yogyakarta pada tanggal 25 Mei 1993 sebagai seorang perempuan tulen. Saat ini masih banyak beraktifitas dikampus UGM sebagai mahasiswi S-1 Teknologi Pertanian dan sekaligus "Pelayan umat" di Lembaga Dakwah Fakultas TP atau lebih dikenal dengan nama KMMTP Jaya (keluarga Mahasiswa Muslim Tekn. Pertanian ).

Lihat Juga

IZI Bantu Keluarga Dhuafa Terlilit Utang

Figure
Organization